Liputan6.com, Jakarta Banyak wanita mengalami pendarahan setelah berhubungan seks. Dr. Carolyn Kay, seorang dokter kandungan mengatakan, pendarahan setelah berhubungan seks dikenal sebagai pendarahan postcoital. Hal ini sering dikaitkan dengan infeksi dan kelainan pada rahim dan vagina.
Sumber pendarahan pada wanita muda yang belum menopause biasanya berasal dari serviks, sementara pada wanita yang sudah menopause, sumber pendarahan bisa dari serviks, rahim, labia, dan uretra, seperti dikatakan oleh Carolyn.
Advertisement
Selain itu, berhubungan seks terlalu kuat juga bisa mengakibatkan luka dan goresan sehingga menyebabkan vagina berdarah.
"53 persen wanita pasca menopause mengalami kekeringan vagina dan berdarah atau bercak saat berhubungan seks.
Di sisi lain, 9 persen orang yang masih mengalami menstruasi setiap bulannya juga mengalami pendarahan setelah berhubungan seks” ucap Carolyn, seperti dilansir dari Healthline.
Berikut ini beberapa penyebab pendarahan yang bisa terjadi setelah bercinta:
Simak Video Berikut Ini:
1. Infeksi
Carolyn menyebutkan beberapa infeksi radang jaringan di vagina yang dapat menyebabkan pendarahan, yaitu:
· Penyakit radang panggul
· Infeksi Menular Seksual (IMS)
· Servisitis (peradangan yang terjadi pada serviks atau leher rahim)
· Vaginitis (Peradangan pada vagina yang dapat menghasilkan keputihan, gatal, dan nyeri)
Advertisement
2. Sindrom menopause genitourinari (GSM)
Sebelumnya GSM dikenal sebagai atrofi vagina. Ini adalah kondisi yang umum terjadi pada mereka yang mengalami perimenopause, menopause, dan mereka yang ovariumnya telah diangkat.
Seiring bertambahnya usia, terutama saat periode menstruasi berhenti, tubuh akan memproduksi lebih sedikit estrogen. Estrogen adalah hormon yang bertanggung jawab untuk mengatur sistem reproduksi.
Ketika kadar estrogen lebih rendah, beberapa hal terjadi pada vagina. Hal inilah yang dapat membuat vagina menjadi kering dan meradang, karena tubuh menghasilkan lebih sedikit lubrikasi vagina,
Kadar estrogen yang lebih rendah juga mengurangi elastisitas pada vagina. Jaringan vagina menjadi lebih rapuh, aliran darah berkurang, dan lebih rentan terhadap robekan dan iritasi. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, nyeri, dan pendarahan saat berhubungan seks.
3. Vagina kering
Selain GSM, Kekeringan vagina juga bisa menyebabkan pendarahan pada vagina. Vagina kering bisa disebabkan oleh banyak faktor lain, seperti:
· Menyusui
· Persalinan
· Pengangkatan ovarium
· Konsumsi obat tertentu, termasuk obat flu, obat asma, beberapa antidepresan, dan obat anti-estrogen.
· Kemoterapi dan terapi radiasi
· Melakukan hubungan sebelum benar-benar terangsang
· Bahan kimia dalam produk kebersihan wanita, deterjen pakaian, dan kolam renang.
Advertisement
4. Polip Rahim
Polip rahim adalah pertumbuhan jaringan yang tidak normal di lapisan dinding rahim (endometrium). Polip rahim dapat berbentuk bulat atau lonjong, dengan ukuran mulai dari sebesar biji wijen hingga sebesar bola golf.
Benjolan ini ini dapat menggantung dan melebar pada dinding rahim. Gerakan polip dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan menyebabkan perdarahan dari pembuluh darah kecil.
Sebagian besar polip rahim bersifat jinak, meski beberapa di antaranya dapat berkembang menjadi ganas atau kanker. Kondisi ini lebih sering dialami oleh wanita yang telah memasuki masa menopause.
5. Robeknya Vagina
Melakukan hubungan seks dengan tenaga yang berlebihan juga dapat menyebabkan luka kecil atau lecet pada vagina. Hal ini akan lebih mungkin terjadi ketika vagina mengering karena menopause, menyusui, atau faktor lainnya.
Advertisement
6. Kanker
Pendarahan vagina yang tidak teratur setelah berhubungan seks adalah gejala umum dari kanker serviks atau vagina. Carolyn mengatakan, 11 persen dari orang-orang yang didiagnosis kanker serviks akan mengalami gejala tersebut. Selain itu, pendarahan pascamenopause juga bisa menjadi gejala kanker rahim.
(Deskhila Wijaya)
Infografis 6 Hal Dilakukan Pria Ketika Jatuh Cinta
Advertisement