Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) kembali mengumumkan survei mengenai penetrasi maupun perilaku pengguna internet di Indonesia. Kali ini, survei diadakan untuk mengetahui perilaku pengguna internet dari 2019 hingga kuartal kedua 2020.
Menurut Sekretaris Jenderal APJII, Henri Kasyfi Soemartono, berdasarkan hasil survei kali ini, ada perubahan pola pemakaian pengguna internet di Indonesia. Salah satunya adalah soal perangkat yang digunakan.
"Ada shifting dari tahun ke tahun, kalau dulu PC merupakan hal utama untuk mengakses internet, saat ini 73,2 persen responden tidak pernah menggunakan PC untuk terhubung dengan internet," tuturnya saat konferensi pers virtual, Senin (9/11/2020).
Sementara untuk pengguna yang menggunakan laptop ada sekitar 19,7 persen dari keseluruhan responden. Lalu, smartphone menjadi perangkat yang paling banyak dipakai pengguna untuk mengakses internet.
Baca Juga
Advertisement
"Ada sekitar 95,4 persen pengguna yang terhubung dengan internet menggunakan smartphone," tuturnya melanjutkan. Adapun akses internet yang diakses mayoritas berasal dari paket data sendiri dan disusul akses lain, seperti koneksi di kafe atau tempat publik.
Dengan kondisi tersebut, Henri menuturkan, masih ada tantangan untuk terus memperluas koneksi fixed broadband di Indonesia. Dalam survei ini, APJII juga mengungkap rata-rata waktu yang dipakai pengguna dalam berinternet.
"Sebagian besar (responden) menyatakan delapan jam ke atas," ujarnya melanjutkan. Lebih lanjut survei juga menunjukkan pengguna di Indonesia merasa sinyal internet yang mereka terima di wilayahnya terbilang baik.
Pergeseran juga terjadi pada konten yang diakses pengguna internet saat ini. Mengingat sekarang masih di masa pandemi, APJII mencatat konten online yang banyak diakses berhubungan dengan pendidikan dan laman situs sekolah.
Pengguna Internet di Indonesia Tembus 196 Juta
Sebagai informasi, survei yang diadak APJII biasanya dilakukan pada kuartal pertama di setiap tahun, tapi mengingat awal tahun ini pandemi melanda Indonesia, prosesnya mundur hingga di kuartal kedua.
Dalam pemaparannya, Sekretaris Jenderal APJII, Henri Kasyfi Soemartono menuturkan saat ini internet telah berperan penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik secara global, termasuk Indonesia. Karenanya, penggunaannya pun terus meningkat.
Hal itu juga ditunjukkan oleh survei terbaru ini, menurut Henri, penetrasi pengguna internet Indonesia dari 2019 hingga kuartal kedua 2020 mencapai 73,7 persen. Data itu lantas digabungkan dengan proyeksi BPS mengenai populasi Indonesia yakni sekitar 266 juta.
Hasil itu diperoleh dari survei yang dilakukan pada 7.000 responden dengan metode pengumpulan data wawancara dibantu bantuan kuisioner. Survei itu sendiri dilakukan mulai dari 2 hingga 25 Juni 2020.
"Jadi, internet user Indonesia diperkirakan adalah 196 juta, naik dari 171 juta di tahun 2018, dengan pertumbuhan 8,9 persen atau sekitar 25 juta pengguna," tuturnya saat konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (9/11/2020).
Advertisement
Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia
Sementara untuk kontribusi penetrasi pengguna internet, pulau Jawa masih mendominasi dengan 56,4 persen disusul pulau Sumatera 22,1 persen. Lalu Pulau Sulawesi (7 persen), Kalimantan (6,3 persen), Bali Nusa Tenggara (5,2 persen), dan Maluku Papua (3 persen).
Henri menambahkan, apabila dibandingkan dengan survei 2018, kontribusi penetrasi per wilayah untuk tahun ini kurang lebih berimbang. Untuk perbandingan, penetrasi tahun lalu Jawa (55,7 persen), Sumatra (21,6 persen), Bali Nusa Tenggara (5,2 persen), Kalimanta (6,6 persen), Sulawesi (5,2 persen), dan Maluku Papua (10,9 persen).
"Kontribusi pulau Jawa naik sedikit dari 55,7 persen menjadi 56,4 persen. Ini menggambarkan infrastruktur di Jawa tersebut berkembang, sehingga secara kontribusi tetap memberikan kenaikan," tuturnya menjelaskan
Pada survei tahun ini, APJII juga turut menghadirkan data baru yakni penetrasi di ibukota provinsi tiap wilayah.
Survei ini dilakukan bersama Indonesia Survei Center dengan metode teknik sampling. Adapun margin of error survei ini mencapai 1,27 persen dengan level of confidence 95 persen.
(Dam/Isk)