6 Film untuk Hari Pahlawan, Ada Performa Terbaik Roy Marten Sebagai Wolter Monginsidi

Selasa (10/11/2020), Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Di rumah saja, mengingat masih pandemi. Yuk, simak enam film pahlawan terbaik karya anak negeri.

oleh Wayan Diananto diperbarui 10 Nov 2020, 14:00 WIB
Selasa (10/11/2020), Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Di rumah saja, mengingat masih pandemi. Yuk, simak enam film pahlawan terbaik karya anak negeri. (Foto: Legacy Pictures/ IMDb)

Liputan6.com, Jakarta Selasa (10/11/2020), Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Momen tepat untuk mengenang kembali mereka yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia puluhan tahun silam.

Pandemi Covid-19 mengondisikan kita di rumah saja. Namun semangat Hari Pahlawan bisa kita nyalakan dari sana. Ada banyak film Indonesia yang layak disimak kembali pada Hari Pahlawan.

Mayoritas pemeran pahlawan di enam film berikut ini jadi nomine Festival Film Indonesia (FFI) pada masanya. Bahkan, ada yang menang Piala Citra saking gemilang. Redaksi Showbiz Liputan6.com mengucapkan Selamat Hari Pahlawan.


1. Tjoet Nja' Dhien (1988)

Poster film Tjoet Nja Dhien. (Foto: IMDb/ Kanta Indah Film)

Karya Eros Djarot ini adalah film pahlawan terbaik yang pernah dibuat dalam sejarah sinema Indonesia. Tjoet Nja' Dhien diperankan dengan penuh penjiwaan oleh diva layar perak Tanah Air, Christine Hakim lalu meraih Piala Citra keenam.

Tjoet Nja' Dhie mengantarnya sebagai pemain film peraih Piala Citra terbanyak dalam sejarah. Tjoet Nj'a Dhien salah satu yang terlaris di eranya, menang tujuh Piala Citra termasuk Film Terbaik.


2. Tapak-Tapak Kaki Wolter Monginsidi (1982)

Poster film Tapak-tapak Kaki Wolter Monginsidi. (Foto: Koleksi Pribadi Daniel Irawan)

Lahir di Manado, Robert Wolter Mongindisi meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan di usia muda, yakni 25 tahun. Ia memimpin pergerakan pascakemerdekaan Indonesia, saat Belanda berupaya menguasai Ibu Pertiwi lagi.

Robert Wolter Mongindisi meninggal di eksekusi tim penembak Belanda. Ia menjadi bukti autentik pemuda harapan bangsa. Kisah tragisnya dimainkan Roy Marten. Sepanjang kariernya, Roy Marten baru sekali menjadi nomine FFI dan itu lewat peran Wolter Monginsidi.


3. Soerabaia '45 (1990)

Poster film Soerabaia '45. (Foto: Koleksi Pribadi Daniel Irawan)

Mahakarya Imam Tantowi ini memotret pertempuran dahsyat yang melibatkan Bung Tomo di Surabaya. Salah satu adegan ikonisnya, tentu saja perobekan bendera Belanda menjadi sang Merah Putih.

Soerabaia '45 mengantar Imam Tantowi sebagai Sutradara Terbaik FFI 1990. Meski gagal meraih Film Terbaik, juri FFI kala itu memberi penghargaan khusus Soerabaia ’45 sebagai Film Yang Menggambarkan Semangat Juang Indonesia.


4. Soekarno: Indonesia Merdeka (2013)

Poster film Soekarno: Indonesia Merdeka. (Foto: MVP Pictures/ IMDb)

Perjalanan hidup Soekarno dalam biopik karya Hanung Bramantyo ini memang kurang utuh, namun dikemas ngepop sehingga enak diikuti dan mudah dipahami. Soekarno dimainkan dengan apik oleh Ario Bayu. Ia diganjar nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik.

Film Soekarno: Indonesia Merdeka menang 4 Piala Citra FFI 2014 untuk Penyunting Gambar, Artistik, Tata Busana, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Tika Bravani sebagai Fatmawati.


5. Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015)

Poster film Guru Bangsa: Tjokroaminoto. (Foto: Yayasan Keluarga Besar HOS Tjokroaminoto/ IMDb)

Di tangan Garin Nugroho, Guru Bangsa: Tjokroaminoto menjela biopik sekaligus drama musikal ciamik. Tjrokroaminoto yang notabene salah satu inspirator Soekarno diperankan Reza Rahadian.

Seketika, citra B.J. Habibie yang dimainkan Reza sebelumnya tanggal. Belangkon, kumis, dan kostumnya membuat penonton yakin, sang aktor adalah Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto. Ia diganjar nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 2015.


6. Kartini (2017)

Poster film Kartini. (Foto: Legacy Pictures/ IMDb)

Versi klasik Raden Ajeng Kartini diperankan Jenny Rachman dalam film rilisan 1982 arahan sineas legendaris, Sjumandjaja. Versi kekiniannya, digarap Hanung Bramantyo dengan Dian Sastrowardoyo sebagai pemeran utama.

Lebih dramatis dengan beberapa adegan penguras air mata. Salah satunya, saat Kartini menikah lalu pamit pada ibu kandungnya, yang dimainkan Christine Hakim. Gugur sudah air mata di momen ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya