Rupiah Ditutup Menguat Tipis ke Level 14.057 per Dolar AS

Rupiah ditutup menguat tipis 7 poin menjadi 14.057 dari penutupan sebelumnya di level 14.064.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Nov 2020, 15:50 WIB
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah ditutup menguat tipis 7 poin menjadi 14.057 dari penutupan sebelumnya di level 14.064. Pada perdagangan hari ini, rupiah sempat menguat 65 poin di pagi hari kemudian sesi siang menipis ke 15 poin.

Diperkirakan untuk perdagangan besok rupiah kemungkinan akan dibuka fluktuatif, namun ditutup menguat sebesar 5-30 poin di level 14.027-14.080.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai menguatnya rupiah disebabkan adanya kabar vaksin Covid-19 yang tersedia dalam waktu dekat. Hal ini pun dapat meningkatkan optimisme atas pemulihan ekonomi global.

Sebagaimana diketahui perusahaan farmasi Amerika Serikat dan Jerman telah berhasil menemukan vaksin Covid-19 yang diklaim 90 persen efektif dan rendah efek samping.

"Klaim tersebut didasarkan pada data dari 94 orang pertama yang terinfeksi virus dalam uji klinis skala besar Pfizer," kata Ibrahim kepada wartawan, Jakarta, Selasa (11/10).

Selain itu, proses peralihan dari Presiden Donald Trump kepada calon penggantinya Joe Biden nampaknya tidak terlalu mulus. Sebab Trump belum mengakui kemenangan Joe Biden dalam Pilpres. Akibatnya Trump masih bersikeras enggan mengakui kekalahan dari Joe Biden yang membuat proses transisi tertunda.

Selain itu Trump juga merencanakan aksi unjuk rasa untuk meningkatkan dukungan atas tantangan hukumnya terhadap hasil pemilihan presiden. Hal ini pun diamini Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell yang menyebut Trump sepenuhnya berhak untuk melihat adanya penyimpangan dari proses pemilihan.

Sisi lain, dari dalam negeri, menguatnya rupiah hari ini menunjukkan adanya harapan resesi di Indonesia tidak akan bertahan lama. Hal ini ditunjukkan laporan survey konsumen yang dirilis Bank Indonesia pada Oktober 2020.

Alokasi pengeluaran konsumen yang dipakai untuk berbelanja (konsumsi) mencapai 69,36 persen. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 68,8 persen.

"Ini sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Juni 2019," ungkap Ibrahim.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Konsumsi Nasional

Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih menggembirakan lagi, pasca PSBB dilonggarkan kelas menengah yang merupakan motor konsumsi nasional mulai keluar dan berbelanja. Alokasi untuk konsumsi di kelompok masyarakat dengan pengeluaran Rp 2,1-3 juta dan Rp 3,1-4 juta per bulan mencatatkan kenaikan.

Bank Dunia menyebutkan kelompok kelas menengah di Indonesia adalah mereka yang mengeluarkan Rp 1,2-6 juta per bulan. Jadi kelompok berpengeluaran Rp 2,1-4 juta dalam Survei Konsumen BI termasuk golongan kelas menengah.

Ketika konsumsi kelas menengah tumbuh, maka konsumsi rumah tangga secara keseluruhan akan membaik. Konsumsi rumah tangga adalah tulang punggung pembentukan PDB dari sisi pengeluaran, dengan porsi lebih dari 50 persen.Saat konsumsi rumah tangga pulih, maka PDB secara keseluruhan juga ikut terangkat karena porsi konsumsi yang sangat signifikan.

Oleh karena itu, ada peluang ekonomi kuartal IV-2020 bisa tumbuh positif, meski risiko kontraksi masih ada.

Disamping Konsumsi masyarakat, pembentukan PDB juga di lihat dari segi investasi. Oleh karena itu, Pemerintah meminta berbagai pihak mendukung pelaksanaan Omnibus low Undang-Undang Cipta Kerja yang telah disahkan presiden.

Beleid tersebut dapat memperbaiki ekosistem investasi serta mendorong UMKM untuk dapat lebih berkembang. Tujuannya untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang kompetitif produktif sambil memperbaiki pondasi ekonomi Indonesia.

Hal ini penting untuk meningkatkan seluruh potensi ekonomi Indonesia di semua sektor dan seluruh daerah selama masa pemulihan ekonomi akibat pandemi covid-19.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya