Liputan6.com, Pekanbaru - Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi terlihat mengeleng-gelengkan kepala ketika berbincang dengan Simson Siahaan di lobi Mapolda, Senin petang, (9/11/2020). Pria bintang dua itu meminta si kurir sabu-sabu tak mengulangi perbuatannya lagi.
"Jangan ngaku sebagai polisi lagi ya," kata Agung kepada polisi gadungan itu.
Baca Juga
Advertisement
Simson merupakan kaki tangan jaringan peredaran narkoba di Riau. Dari komplotannya, polisi menyita 20 kilogram sabu-sabu dalam kemasan susu cokelat.
Sabu-sabu itu dibawa dua kurir, Hendra dan Syamsul Bahri dari Kecamatan Bukitbatu, Kabupaten Bengkalis menuju Pekanbaru. Memakai sebuah mobil, Hendra akhirnya menemui ajal setelah ditembak karena melawan petugas.
"Simson ini sebagai pengaman atau pengatur perjalanan Hendra dan Syamsul," kata Agung.
Mengaku sebagai polisi, Simson meyakinkan Hendra dan Syamsul bahwa jalan tujuan Pekanbaru sudah aman. Simson menyebut sejumlah orang juga sudah mengawal jalanan.
Menurut Agung, komplotan Simson bersama narapidana di Lapas Pekanbaru, Sabaruddin Effendi, sudah tiga kali berniat mamasok sabu-sabu dari Bengkalis ke Pekanbaru.
Dua kali pula mereka mengurungkan niat karena personel Polda Riau sering mengungkap peredaran narkoba di Dumai, Rokan Hilir hingga Bengkalis.
"Ini yang ketiga setelah dua niat sebelumnya mereka takut," ucap Agung.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Pelat Mobil Polisi
Selain mengaku polisi, Simson juga merubah pelat nomor kendaraan mobilnya menjadi pelat polisi. Hal ini juga menjadi triknya mengecoh petugas yang sudah beberapa pekan mengintai gerak-gerik tersangka bersama komplotannya.
"Mobil tersangka sudah disita sebagai barang bukti, dia merubah platnya menjadi plat dinas polisi," sebut Agung.
Agung menyebut Simson merupakan warga Kabupaten Pelalawan. Dia tertangkap setelah Hendra dan Syamsul Bahri dicegat dalam perjalanan dari Bengkalis ke Pekanbaru.
Sementara Sabaruddin Effendi, penyidik gagal meminta keterangan karena sudah duluan meninggal dunia. Informasi ini diperoleh setelah penyidik berkoordinasi dengan Lapas Pekanbaru.
"Sabaruddin merupakan tahanan kasus narkoba juga, sebelum meninggal mengalami muntah darah," kata Agung.
Terpisah Plt Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbaru Alfonsus Wisnu Ardianto mengakui memang ada warga binaan meninggal dunia. Awalnya, Alfonsus tidak tahu kalau Sabaruddin terlibat peredaran narkoba lagi.
"Memang ada yang meninggal, baru tahu kalau terlibat narkoba," kata Alfonsus.
Advertisement