Liputan6.com, Jakarta - Selama 8 bulan merespons pandemi COVID-19, gotong royong menjadi kunci utama Indonesia dalam melakukan penanganan. Langkah ini membutuhkan kolaborasi yang erat antara pemerintah, media, swasta, akademisi, dan masyarakat.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menerangkan bahwa pemerintah sejauh ini sudah mewujudkan kolaborasi erat melalui Aksi Strategis Indonesia dalam Respons Pandemi COVID-19.
"Kolaborasi ini diwujudkan melalui Aksi Strategis Pemerintah Indonesia dalam respons terhadap Pandemi COVID-19. Terdapat sembilan aksi strategis yang terus dilakukan Pemerintah selama pandemi COVID-19 berlangsung," kata Wiku saat konferensi pers di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Selasa (10/11/2020).
Baca Juga
Advertisement
Kesembilan Aksi Strategis Indonesia dalam Respons Pandemi COVID-19, sebagai berikut:
1. koordinasi, perencanaan dan pemantauan
2. Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat
3. Surveilans tim gerak cepat dan investigasi kasus COVID-19
4. Pengaturan mobilitas pintu masuk transportasi internasional dan Pembahasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
5. Pengembangan laboratorium nasional
6. Pencegahan dan pengendalian infeksi
7. Menyusun dan melaksanakan tata laksana kasus COVID-19
8. Memberikan dukungan operasional dan logistik ke seluruh daerah
9. Mempertahankan sistem pelayanan kesehatan yang esensial
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Mitigasi Penyakit Infeksi Baru
Pelaksanaan upaya Aksi Strategis Indonesia dalam Respons Pandemi COVID-19, partisipasi kementerian dan lembaga terus diikutsertakan.
Indonesia sebelum terjadinya pandemi COVID-19, sudah mempersiapkan kerangka koordinasi dalam mitigasi penyakit infeksi baru (emerging infectious disease), yang mana COVID-19 termasuk dalam kategori tersebut.
"Hal ini tertuang dalam Inpres (Instruksi Presiden) Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan Kemampuan Dalam Mencegah, Mendeteksi, Merespon Wabah Penyakit Pandemi Global dan Kedaruratan Nuklir, Biologi dan Kimia," lanjut Wiku.
"Disebutkan ada pembagian tugas sesuai keahlian dan kapasitas masing-masing."
Advertisement
IAR dengan Pelibatan 168 Fasilitator
Untuk evaluasi berkelanjutan, setiap negara sangat dinamis dan krusial. Ini dilakukan untuk menguatkan kesiapsiagaan dan kemampuan merespons berbagai situasi dan kondisi.
"Pengalaman adalah guru yang terbaik. Selama 8 bulan ini, Pemerintah berusaha melakukan refleksi untuk mengidentifikasi efektifitas setiap upaya terhadap perubahan yang diharapkan. Termasuk melakukan prosedur peninjauan dengan standar dunia yang ditetapkan WHO (World Health Organization), yaitu intra action review (IAR)," jelas Wiku.
Peninjauan IAR melibatkan 168 peserta fasilitator, reporter, dan notulen yang berasal dari stakeholder multisektor meliputi, Kementerian Kesehatan, Satgas Penanganan COVID-19 nasional dan daerah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Selanjutnya, pelibatan Kementerian/lembaga terkait lainnya, TNI/Polri, serta perwakilan dinas kesehatan daerah, rumah sakit, puskesmas, Palang Merah Indonesia (PMI), dan mitra internasional lainnya.
Membawa Indonesia Diundang WHO
Wiku menambahkan, langkah IAR di Indonesia yang melibatkan multisektor membawa Indonesia diundang WHO untuk berbagi pengalaman.
Pada Jumat, 6 November 2020, di hadapan Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto menyampaikan, paparan mengenai hasil peninjauan penanganan COVID-19 di Indonesia.
Selain Terawan, menteri kesehatan Thailand dan Mali, Afrika juga diundang berbagi pengalaman penanganan COVID-19 di negara masing-masing.
"Ketiga negara dipilih karena memiliki karakter masing-masing dalam menangani COVID-19. Perisitwa ini merupakan bukti keseriusan Pemerintah Indonesia untuk terus memperbaiki penanganan COVID-19," imbuh Wiku.
"Dan diharapkan memberi pelajaran dan menginspirasi kepada negara lainnya yang sedang mengalami pandemi ini."
Advertisement