Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 membuat industri perbankan harus beradaptasi dalam menjalankan bisnisnya agar bisa tetap bertahan. Hal ini pun yang dialami BRI dalam menghadapi ketidakpastian baik domestik maupun global.
Direktur Utama PT Bank rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso mengungkapkan pihaknya pun dihadapkan dua pilihan. Mempertahankan diri agar selamat atau mengejar target laba perusahaan.
Advertisement
"Dalam situasi ini ada dua pilihan, mengejar laba atau cari selamat dulu," kata Sunarso di Jakarta, Rabu (11/11/2020).
Sunarso mengatakan dalam kondisi saat ini, perusahaan tetap akan mencetak untung namun nilainya akan tumbuh negatif. Sementara itu, jika perusahaan menyelamatkan diri terlebih dahulu ada beberapa komponen penyelamatan yang harus disiapkan.
Dalam menghadapi ini, BRI mengambil kebijakan tetap mencatat laba positif dengan upaya memberikan restrukturisasi kredit kepada nasabah. Upaya restrukturisasi kredit ini juga dibarengi dengan pencadangan sehingga diperkirakan laba bersih tahunan tumbuh negatif.
Meski begitu langkah ini nyatanya membuat para investor percaya BRI bisa tetap bertahan ditengah terpaan pandemi. Sebab, sebagai bank dengan mayoritas nasabah pelaku usaha UMKM, BRI dinilai akan goyah lantaran para nasabahnya menjadi yang paling terdampak.
"Ini lebih dari cukup dan lebih memadai, ini cara mengamankan perusahaan dan menimbulkan kepercayaan kepada investor," tutur Sunarso.
Upaya menyelamatkan diri ini juga harus dibarengi dengan adaptasi dari sisi strategi bisnis. Sunarso menjelaskan perusahaan pun akhirnya membuat strategi bisnis mengikuti stimulus.
Sebagai bank yang dipilih untuk menyalurkan stimulus ekonomi pemerintah, penugasan ini dijadikan peluang oleh BRI. Para nasabah yang mendapatkan dana hibah dari program Bantuan Presiden Produktif dijadikan target debitur oleh BRI.
"Makanya resource ini penyaluran stimulus, dan demain ini digunakan BRI untuk melakukan bisnis penyaluran kredit," kata dia.
Penerima bantuan ini kata Sunarso banyak yang membuka usaha baru. Ketika bisnisnya mendapatkan pasar dan membutuhkan pembiayaan, BRI bisa memberikan pinjaman lunak yang juga dijamin oleh pemerintah.
Dia melanjutkan arah kebijakan perusahaan tidak asal-asalan dan mengikuti kebijakan makro. Pihaknya juga hati-hati dalam mengelola rasio pencadangan.
"Kita berhati-hati dalam pengelolaan rasio dengan pencadangan, tumbuhnya di tempat yang pas. Jadi tidak semua pendapatan dicatat sebagai laba," kata dia mengakhiri.
Anisyah Al Faqir
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BRI Pastikan Kecukupan Modal untuk Salurkan Kredit
Direktur Bank BRI, Sunarso mengatakan secara ideal BRI mencatat Loan to Deposits Ratio (LDR) sebesar 82,68 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yakni 92,99 persen.
"Rasio LDR 82,68 persen atau lebih rendah dibandingkan LDR diakhir tahun lalu yaitu 92,99 persen," kata Sunarso.
Artinya, lanjut Sunarso kondisi ini menunjukkan BRI memiliki likuiditas yang memadai untuk tetap tumbuh. Penurunan LDR ini membuka ruang bagi BRI pada penurunan cost of fund lebih lanjut.
Sementara itu, permodalan BRI berada di level yang optimal. CASA pada kuartal III-2020 ini tercatat 20,92 persen.
"Baik LDR dan CAR tersebut menunjukkan sisi likuiditas bisa tumbuh signifikan dan memiliki kecukupan modal," kata Sunarso.
Selain itu, pada kuartal III-2020 ini BRi telah menyalurkan kredit sebesar Rp 935,435 triliun. Meningkat 4,86 persen dibandingkan kuartal II-2020 yaitu Rp 891,97 triliun.
Dari total kredit yang disalurkan tersebut 80,65 persen atau Rp 754,33 triliun disalurkan kepada UMKM. Sedangkan kredit kepada pelaku non-UMK sebesar Rp 181,01 triliun.
Bos BRI ini optimis, bank plat merah ini melihat peluang di tengah kemerosotan perekonomian sebagai dampak pandemi Covid-19. BRI akan berkontribusi positif bagi kondisi yang ada saat ini.
"Kami optimis melihat diujung lorong gelap ini ada setitik cahaya," kata di mengakhiri.
Advertisement