Liputan6.com, Kamchatka - Menurut sebuah laporan berita, seekor induk beruang dan anaknya ditembak dan dibunuh pada saat mencoba menaiki kapal selam nuklir di Rusia. Transportasi air ini tengah berlabuh di dekat Desa Rybachiy, di Semenanjung Kamchatka Rusia timur.
Kapal selam itu berfungsi sebagai pangkalan konstruksi pada tahun 1960-an.
Advertisement
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, pada 8 November anggota awak kapal selam tersebut melihat kedua beruang sedang berenang dari teluk yang berdekatan dan naik ke atas dek kapal tersebut. Menurut Moscow Times, personel yang berasal dari angkatan laut memanggil instruktur berburu lokal, untuk membunuh hewan tersebut dengan ”senjata berburu khusus”.
Dalam sebuah versi video yang belum diedit, terlihat ledakan dari senapan sebelum anak beruang jatuh dari dek kapal selam dan kemudian masuk ke teluk.
Sejauh ini, mengapa para beruang bertekad datang ke kapal selam belum diketahui. Tak ada seorangpun yang akan menduga.
Militer Rusia kemudian menjadi sorotan karena mengeksekusi makhluk itu tanpa sebab.
Seperti dilansir dari Livescience, Rabu (11/11/2020), seorang juru bicara Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia, mengatakan kepada kantor berita Rusia Interfax dalam sebuah video bahwa sejumlah beruang terlihat beberapa kali dalam beberapa hari terakhir. Hal ini menjadi ancaman untuk penduduk desa.
"Tidak ada cara lain," kata salah satu kru menurut Moscow Times yang menerjemahkan klip video dari bahasa Rusia.
"Jika kamu mengejarnya, ia akan mengembara ke desa-desa. Begitulah cara kamu melawan beruang di Kamchatka," jelas kru tersebut.
Perubahan Iklim Yang Lebih Cepat
Diperkirakan ada sekitar 24.000 beruang liar yang menghuni di Semenanjung Kamchatka. Maka, seperti yang disarankan juru bicara Angkatan Laut Rusia, mereka bukanlah yang pertama menjelajahi wilayah manusia untuk mencari makanan.
Pada Februari 2019, lebih dari 60 beruang kutub menyerbu sebuah kota yang berada di Kutub Utara Rusia, ketika es laut yang menipis memaksa mereka menjauh dari tempat berburu reguler mereka. Perubahan iklim ini telah menyebabkan Kutub Utara menghangat dua kali lebih cepat dari bagian dunia lainnya dan mengakibatkan penurunan besar es laut di setiap tahun, menurut sebuah laporan pada Desember 2018 yang dirilis dari National Oceanographic and Atmospheric Administration (NOAA).
Reporter : Romanauli Debora
Advertisement