Liputan6.com, Jakarta - Pertanian regeneratif belakangan jadi topik hangat perbincangan di seputar prinsip fesyen berkelanjutan. Merek besar dan kecil, mulai dari Allbirds dan Patagonia hingga Maggie Marilyn, juga Richard Malone, berbondong-bondong bermitra dengan perkebunan kapas regeneratif dan menyiratkan kata-kata seperti kesehatan tanah dan penyerapan karbon.
Melansir laman Vogue US, Rabu (11/11/2020), bahkan CEO Gucci, Marco Bizzarri, menyebut pertanian regeneratif dalam keynote Copenhagen Fashion Summit. Ia mengutipnya sebagai prioritas dalam misi Gucci untuk mencapai emisi karbon nol.
Baca Juga
Advertisement
Praktiknya dijelaskan berbeda dari tren dan kata kunci fesyen berkelanjutan pada umumnya. Hampir tak ada kerugian atau kompromi, dan tak semata kurang buruk bagi pertanian konvensional. Ini sangat baik untuk setiap makhluk hidup yang terlibat, mulai dari petani, tumbuhan, hewan, tanah, mikro-organisme di dalam tanah, dan, akhirnya, konsumen.
Seperti yang dikatakan Eileen Fisher, "Ini adalah salah satu tempat di mana kami dapat membuat dampak positif. Daripada hanya mengurangi polusi atau melakukan lebih sedikit kerusakan, kami sebenarnya dapat menghidupkan kembali Bumi melalui proses pembuatan pakaian."
Singkatnya, sebuah pertanian jadi regeneratif ketika tanahnya bisa menarik dan menyerap karbon, yang meregenerasi lahan dan mengurangi kelebihan karbon di atmosfer. Saat ini, keseimbangan karbon bumi sangat berbahaya.
Tanah membutuhkan lebih banyak karena karbon membantu tanah menyimpan air dan memberi makan tanaman, sedangkan atmosfer memiliki kira-kira 109 miliar ton terlalu banyak. Jumlah tersebut menyebabkan pemanasan global, naiknya permukaan laut, cuaca ekstrem, dan daftar kerugian lain.
Berbeda dengan metode pertanian konvensional, pertanian regeneratif menghilangkan pestisida dan mengatur tanaman secara strategis sehingga mereka dapat tumbuh, berkembang, dan mendukung satu sama lain.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Peluang Fesyen dalam Pertanian Regeneratif
Di sini, peluang fesyen bertitik berat pada sumber bahan dari pertanian regeneratif dan, lebih luas lagi, berinvestasi dalam solusi regeneratif sebagai bentuk penggantian kerugian karbon. Bukan hanya kapas atau bahan nabati yang memenuhi syarat, wol, seperti yang ditunjukkan Allbirds, dan kulit pun bisa jadi regeneratif.
Masalahnya, kebanyakan desainer tak dapat memberi tahu Anda dari mana asal bahan mereka, apalagi siapa yang menumbuhkan serat atau berapa banyak ia dibayar. Rantai pasokan mode global yang luas telah mempersulit ketertelusuran dan tak cukup hanya mengandalkan label cetek, seperti organik dan alami.
Di situlah peran Nishanth Chopra. Pada 2015, ia meluncurkan Oshadi Studio sebagai latihan dalam desain mode seed-to-sew. Sejak itu, usahanya berkembang jadi rantai pasokan yang sepenuhnya regeneratif untuk dimanfaatkan semua merek.
Chopra bersandar pada apa yang ia sebut teknik pertanian India kuno. Keluarganya memiliki pabrik tekstil besar di Tamil Nadu, salah satu pusat tekstil terbesar di India, dan Chopra melihat dampak buruk industri manufaktur pada masyarakat, juga tanah.
"Saya mengeluh cukup lama, tapi kemudian saya menyadari bahwa saya perlu memulai dari suatu tempat. Mungkin saya tak akan mengubah seluruh industri, bahkan seluruh kota, tapi saya dapat melakukan bagian saya," katanya.
Advertisement
Boyong Semangat Kolaborasi
Chopra mengunjungi petani di desa dan hutan terpencil untuk mempelajari teknik mereka. Kemudian, bermitra dengan komunitas perajin di Tamil Nadu untuk mulai mengerjakan koleksi pertamanya.
Karena kendala yang dijalani, ia mencoba mengendalikan produksi 'di bawah satu atap'. Karenanya, Chopra menyewa petani untuk menanam kapas, kemudian penenun lokal mengubahnya jadi tekstil. Ada juga kolektif pewarnaan alami dan studio cetak blok.
Kemitraan adalah kata penting bagi Chopra. Selain menangani masalah keberlanjutan mode, ia juga semangat mengoreksi narasi industri seputar perajin India.
"Mungkin butuh waktu lama untuk mengubah banyak hal, karena kesalahan terjadi sudah sebegitu lama," ujar Chopra. "Tapi, setidaknya kita bisa menciptakan sesuatu yang orang-orang bisa kagumi, dan sesuatu yang bisa mereka bawa ke masa depan."