Liputan6.com, London - Pasien COVID-19 berisiko mengalami penyakit mental usai dinyatakan sembuh. Fakta ini diperoleh dari sebuah penelitian yang melibatkan orang-orang yang pernah terpapar virus SARS-CoV-2.
Para peneliti dari Universitas Oxford, Inggris, menyebut, 20 persen dari individu yang telah terinfeksi COVID-19 didiagnosis dengan gangguan kejiwaan dalam waktu 90 hari.
Studi yang diterbitkan di dalam jurnal The Lancet Psychiatry menganalisis rekam medis elektronik 69 juta orang di Amerika Serikat (AS).
Baca Juga
Advertisement
Sebanyak 62.000 di antaranya adalah pasien Corona COVID-19.
Peneliti, mengatakan, temuan itu kemungkinan besar akan sama hasilnya untuk pasien COVID-19 di seluruh dunia.
Simak Video Berikut Ini
1 dari 5 Orang Mantan Pasien COVID-19 Berisiko Alami Kecemasan
Tiga bulan setelah bergelut dengan COVID-19, tiap satu dari lima orang yang selamat didiagnosis dengan kecemasan, depresi, dan insomnia untuk pertama kali.
Studi ini juga menemukan bahwa orang yang memiliki riwayat penyakit mental sebelumnya, 65 persen lebih mungkin kena COVID-19.
"Orang-orang khawatir bahwa selamat dari COVID-19 akan berisiko lebih besar terkena masalah kesehatan mental. Dan, temuan kami menunjukkan bahwa hal ini mungkin saja terjadi," kata Profesor Psikiatri di Oxford, Paul Harrison, dikutip dari situs Today pada Kamis, 19 November 2020.
Advertisement
Pengaruh COVID-19 Terhadap Kesehatan Mental
Hal senada diungkapkan pakar kesehatan mental yang tidak terlibat dengan penelitian terkait pengaruh COVID-19 terhadap kesehatan otak pasiennya.
Michael Bloomfield, Psikiater dari University Colleger London, mengatakan, pada dasarnya pikiran dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kejiwaan.
"Hal ini kemungkinan disebabkan kombinasi stres secara psikologis yang terkait dengan pandemi COVID-19, dan efek terhadap fisik dari penyakit tersebut," kata Michael.
Kesehatan Mental Dorong Orang Kena COVID-19
Profesor Psikiatri di King's College London, Simon Wessely, juga mengatakan bahwa mereka yang memiliki gangguan kesehatan mental berisiko lebih tinggi terkena COVID-19.
“COVID-19 memengaruhi sistem saraf pusat, dan dengan demikian dapat secara langsung meningkatkan gangguan selanjutnya. Akan tetapi penelitian ini menegaskan bahwa itu bukan keseluruhan cerita, dan risiko ini meningkat karena pernah sakit sebelumnya,” katanya.
(Vania Accalia)
Advertisement