Pengguna Internet Baru di Asia Tenggara Naik 4 Kali Lipat Akibat Pandemi Covid-19

Menurut laporan terbaru dari Google, Temasek, dan Bain & Company, pandemi Covid-19 telah mendorong adopsi layanan digital yang kian besar di Asia Tenggara.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 12 Nov 2020, 06:58 WIB
Ilustrasi: Akses layanan digital di Asia Tenggara terus meningkat selama pandemi Covid-19. (Foto. Google)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 ternyata membawa dampak besar untuk ekonomi maupun layanan digital berbasis internet di Asia Tenggara. Pernyataan itu merupakan bagian dari laporan terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company.

Berdasarkan laporan berjudul "At Full Velocity: Resilient and Racing Ahead" tersebut, pandemi Covid-19 disebut telah membuat penggunaan internet di wilayah Asia Tenggara semakin besar, bahkan dari yang pernah terjadi sebelumnya.

Dikutip dari blog resmi Google, Rabu (11/11/2020), sejak awal tahun ini ada sekitar 40 juta orang di Asia Tenggara yang terhubung ke internet untuk pertama kali. Jumlah pengguna internet ini jauh meningkat (naik empat kali lipat) dari 2019 yang hanya 10 juta orang.

Laporan itu juga menunjukkan teknologi memegang peranan vital selama pandemi ini berlangsung Asia Tenggara. Lonjakan jumlah pengguna layanan berbasis teknologi internet juga meningkat di sejumlah sektor hingga 30 persen, terutama di edukasi, bahan makanan, dan pinjaman.

"Delapan dari 10 orang di wilayah ini mengatakan teknologi membantu mereka menghadapi virus ini, dan ada banyak alasan mereka menggunakan internet," ujar VP Google Southeast Asia, Stephanie Davis menjelaskan laporan ini.

Laporan ini juga mencatat lebih dari satu konsumen di setiap tiga layanan digital mulai menggunakan layanan berbasis internet baru di masa pandemi ini. Para konsumen itu juga menyatakan berencana untuk menggunakan setidaknya satu layanan digital tersebut usai pandemi.

Kondisi pandemi juga membuat permintaan dan akses ke layanan digital meningkat di sejumlah kota besar di Asia Tenggara. Bahkan di Indonesia, Malaysia, dan Filipina, lebih dari setengah orang yang baru menjajal layanan digital berasal dari wilayah non-metropolitan.

"Ini merupakan kemajuan yang menggembirakan, mengingat kesenjangan digital antara perkotaan-pedesaan merupakan salah satu tantangan yang disorot dalam laporan ini selama beberapa tahun terakhir," ujar Stephanie melanjutkan.


Perubahan Ekonomi Digital di Wilayah Asia Tenggara

Kepraktisan internet membuat penggunanya jadi lebih mudah untuk mengakses segala informasi

Sektor e-commerce disebut mencatat pertumbuhan paling cepat selama masa pandemi ini. Laporan mencatat transaksi e-commerce mencapai USD 62 miliar di tahun ini, dan diprediksi mencapai USD 172 miliar pada 2025.

Layanan finansial digital juga kian penting di wilayah Asia Tenggara, mengingat transaksi tunai berkurang dari 48 persen saat sebelum pandemi dan kini menjadi 37 persen usai pandemi.

Oleh sebab itu, laporan mencatat nilai transaksi tahunan pembayaran digital di seluruh Asia Tenggara akan mencapai USD 1.2 triliun pada 2025. Di sisi lain, pertumbuhan layanan edutech dan health-tech juga meningkat pesat.

 


Pengaruh pada Dunia Bisnis

Mengingat ada ketidakpastian global saat ini, banyak perusahaan teknologi besar di Asia Tenggara fokus pada penguatan bisnis dan mendapatkan keuntungan, ketimbang berekspansi ke area baru.

Sementara pendanaan untuk perusahaan dengan nilai lebih dari USD 1 miliar juga turun menjadi USD 3,5 miliar pada 2020. Padahal pada 2019, nilai pendanaan untuk perusahaan semacam ini mencapai USD 5,6 miliar.

Kendati demikian, secara keseluruhan, investor masih sangat optimistis dengan kondisi ini. Kesepakatan investasi yang terjadi ternyata terus bertambah.

"Kami mulai melihat investor mencari peluang baru dalam layanan keuangan, pendidikan, dan perawatan kesehatan," tutur Stephanie. Sementara untuk pebisnis pemula yang memiliki ide dan rencana bisnis kuat, kumpulan modal yang tersedia mencapai hampir USD 12 miliar.

(Dam/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya