Deretan Hal Terkait Kondisi Terkini Erupsi Gunung Merapi

Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan, guguran lava tercatat keluar dari Gunung Merapi pada pukul 03.58 WIB, 04.04 WIB, dan 05.13 WIB, Rabu, 11 November 2020.

oleh Devira PrastiwiLiputan6.com diperbarui 12 Nov 2020, 06:30 WIB
Abu tipis terdistribusi di beberapa wilayah sekitar lereng Gunung Merapi. (Foto: Humas BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Merapi kembali erupsi. Saat ini statusnya dari Waspada menjadi Siaga karena aktivitasnya meningkat.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut, Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah mengeluarkan guguran lava pada Rabu pagi, 11 November 2020 dengan jarak luncur 700 meter ke arah Kali Senowo.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan, guguran lava itu tercatat keluar dari Gunung Merapi pada pukul 03.58 WIB, 04.04 WIB, dan 05.13 WIB. Namun, secara visual hanya terpantau satu kali dari Pos Babadan selama periode pengamatan pukul 00:00-06:00 WIB.

"Suara guguran terdengar tiga kali dan teramati satu kali dari Babadan arah Kali Senowo jarak 700 meter," kata Hanik Humaida melalui keterangan resminya dikutip dari Antara, Rabu, 11 November 2020.

Oleh karena itu, Balai Konservasi Borobudur (BKB) pun menutup stupa dan lorong Candi Borobudur dengan terpal untuk mengantisipasi erupsi Gunung Merapi.

"Kita gelar cover ini sebagai upaya preventif. Kita melakukan tindakan preventif dan antisipasi agar nanti ketika terjadi erupsi dan arah abunya ke Magelang, Candi Borobudur sudah kita tutup dengan cover," ujar Kepala BKB Wiwit Kasiyati.

Sejumlah persiapan pun dilakukan. Misalnya saja, Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta mengerahkan sebanyak 3.500 personel untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana erupsi Gunung Merapi maupun bencana hidrometerologi di daerah ini.

Berikut deretan hal terkait kondisi terkini Gunung Merapi dan sekitarnya dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Keluarkan Guguran Lava Sejauh 700 Meter

Erupsi Gunung Merapi. (Liputan6.com/Yanuar H)

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah mengeluarkan guguran lava pada Rabu pagi, dengan jarak luncur 700 meter ke arah Kali Senowo.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya, Rabu, menyatakan guguran lava itu tercatat keluar dari Gunung Merapi pada pukul 03.58 WIB, 04.04 WIB, dan 05.13 WIB. Namun, secara visual hanya terpantau satu kali dari Pos Babadan selama periode pengamatan pukul 00:00-06:00 WIB.

"Suara guguran terdengar tiga kali dan teramati satu kali dari Babadan arah Kali Senowo jarak 700 meter," kata Hanik Humaida seperti dikutip Antara, Rabu, 11 November 2020.

Selain guguran lava, BPPTKG juga mencatat 13 kali gempa guguran di gunung itu dengan amplitudo 3-48 mm dan durasi 12-83 detik, tujuh gempa hembusan dengan amplitudo 3-7 mm dan durasi 12-21 detik, 79 gempa fase banyak dengan amplitudo 2-24 mm dan durasi 7-12 detik, serta enam kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 46-70 mm dan durasi 13-25 detik.

Sementara itu, hasil pengamatan visual menunjukkan asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal dengan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.

Cuaca di gunung itu cerah, berawan, dan mendung. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat. Suhu udara 15-20 derajat Celcius, kelembaban udara 60-95 persen, dan tekanan udara 569-689 mmHg.

 


Aktivitas Seismik dan Deformasi Merapi Terus Meningkat

Penampakan Gunung Merapi pagi ini, Sabtu (7/11/2020). (Twitter @BPPTKG)

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta menyebut aktivitas seismik dan deformasi di tubuh Gunung Merapi terus meningkat sejak status gunung api aktif tersebut dinaikkan menjadi Siaga pada 5 November.

"Aktivitas seismik yang terpantau saat ini sudah melampaui aktivitas menjelang munculnya kubah lava pada erupsi 2006, tetapi masih lebih rendah dibanding aktivitas seismik saat erupsi 2010," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida di Yogyakarta, dikutip dari Antara.

Sedangkan untuk deformasi atau penggembungan tubuh gunung terjadi sekitar 12 centimeter per hari. Penggembungan tersebut, kata Hanik, mulai terdeteksi pada 20 Oktober yang terpantau di sektor barat laut.

"Berdasarkan catatan BPPTKG Yogyakarta, dalam tiga hari menjelang munculnya kubah lava pada erupsi 2006, tercatat tidak ada gempa vulkanik dalam, namun gempa vulnaik dangkal terjadi sebanyak enam kali dengan 20 kali guguran," terang dia.

Sedangkan menjelang erupsi pertama pada 2010, terjadi 120 kali gempa vulkanik dangkal, tujuh gempa vulkanik dalam, dan 277 kali guguran.

Sementara untuk kondisi saat ini, lanjut Hanik, tidak ada gempa vulkanik dalam, namun terjadi 33 kali gempa vulkanik dangkal dengan 45 kali guguran.

BPPTKG pun menyusun dua skenario erupsi karena indikator yang ditunjukkan saat ini sudah melampaui kondisi siaga pada 2006, yaitu skenario terjadi ekstrusi magma dengan cepat dan skenario erupsi eksplosif.

Menurut Hanik, dengan aktivitas seismik yang sudah melampaui kondisi yang terukur saat erupsi 2006, maka jenis erupsi yang dimungkinkan terjadi akan bersifat eksplosif.

Namun demikian, lanjut dia, jika terjadi erupsi eksplosif maka tidak akan sebesar erupsi 2010, karena tidak terjadi tekanan berlebihan di dapur magma, migrasi magma berjalan pelan, peningkatan kegempaan dan erupsi menyerupai erupsi pada 2006 yang bersifat efusif, dan banyak terjadi hembusan yang menandakan pelepasan gas.

Berdasarkan pusat terjadinya kegempaan, maka saat ini magma berada dengan jarak sekitar 1,5 kilometer dari puncak.

Pergerakan magma tersebut juga menjadi faktor penyebab terjadinya guguran material sisa letusan yang berada di puncak gunung. Hingga saat ini, guguran lebih banyak terjadi di sisi barat dan barat laut.

"Namun bukan berarti letusan akan mengarah ke sana. Pada 2006 saja, terjadi perubahan morfologi di sisi barat tetapi awan panas meluncur ke selatan," jelas dia.

 


Candi Borobudur Ditutupi Terpal

Petugas mengamati aktivitas Gunung Merapi di Pos Pengamatan Gunung Api Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (8/11/2020). BPPTKG melaporkan adanya potensi erupsi akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi, seperti guguran lava, lontaran material hingga awan panas. (Liputan6.com/Gholib)

Balai Konservasi Borobudur (BKB) menutup stupa dan lorong Candi Borobudur dengan terpal untuk mengantisipasi erupsi Gunung Merapi.

Gunung Merapi saat ini berstatus dari Waspada menjadi Siaga karena aktivitasnya meningkat.

Kepala BKB Wiwit Kasiyati mengatakan, total ada 32 stupa di lantai 8 dan lantai lorong 1 keliling.

"Kita gelar cover ini sebagai upaya preventif. Kita melakukan tindakan preventif dan antisipasi agar nanti ketika terjadi erupsi dan arah abunya ke Magelang, Candi Borobudur sudah kita tutup dengan cover," kata Wiwit di Magelang, Jawa Tengah, seperti dilansir Antara.

Menurut dia, terpal paulin tersebut sudah digelar di lorong lantai 1, sedangkan di lantai lainnya belum digelar tetapi sudah disiapkan di Candi Borobudur.

"Tidak semua ditutup, tetapi cover sudah siap di tempat. Jadi jika erupsi dan abunya mengarah ke Magelang, kita segera menutup stupa yang belum tertutup tersebut. Terpal ini tahan lama dan tidak merusak batu," tutur Wiwit.

 


Polda DIY Kerahkan 3.500 Personel

Lansia berjalan mobil bak terbuka yang menunggu saat dievakuasi dari rumah mereka di lereng Gunung Merapi, di Krinjing, Jawa Tengah, Jumat (6/11/2020). Evakuasi dilakukan bagi warga lereng Merapi menyusul peningkatan status aktivitas vulkanik gunung tersebut. (AP Photo/Taufiq Rozzaq)

Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta mengerahkan 3.500 personel untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana erupsi Gunung Merapi maupun bencana hidrometerologi di daerah ini.

"Personel yang kami siapkan dari Polri sendiri sekitar 3.500 personel terdiri dari Satuan Sabhara dan Lalu-lintas," kata Wakil Kepala Polda DIY, Brigadir Jenderal Polisi Raden Slamet Santoso, di Markas Polda DIY, Baciro, Yogyakarta, dilansir Antara.

Selain diikuti jajaran Polda DIY, apel siaga bencana yang dipimpin Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, itu juga diikuti jajaran instansi terkait, yakni TNI, BPBD DIY, Badan SAR Nasional DIY, Dinas Sosial DIY, serta PMI DIY.

Santoso mengatakan personel yang dikerahkan akan difungsikan mulai dari sebelum bencana, saat terjadi bencana, hingga pascabencana.

Terkait kesiapsiagaan menghadapi erupsi Gunung Merapi, mereka akan ditempatkan di sejumlah titik penyekatan jalur warga yang akan naik maupun turun di kawasan lereng gunung yang kini berstatus siaga itu. "Kemudian juga kami tempatkan personel di tempat-tempat evakuasi pengungsi," kata dia.

Selain itu, Polda DIY juga menempatkan personel di jalur naik maupun turun kawasan Merapi, khusus untuk mengatur arus lalu-lintas.

"Kami juga akan melaksanakan patroli terhadap rumah-rumah atau kediaman yang ditinggalkan penduduk sehingga tidak terjadi pencurian," ucap Santoso.

Sultan HB X berharap seluruh jajaran yang dilibatkan dapat berperan aktif dalam rangka penanggulangan bencana alam di tengah pandemi Covid-19 ini dengan mengoptimalkan seluruh sumberdaya yang dimiliki, baik personel maupun sarana dan prasarana.

Ia juga menekankan kepada seluruh pihak terkait menyiapkan seluruh administrasi yang dibutuhkan terkait kesiapan penanggulangan bencana alam.

"Siapkan segala sarana dan prasarana serta bentuk Satuan Tugas Inti dan Cadangan yang sewaktu-waktu dapat digerakkan ke lokasi bencana dengan menerapkan protokol kesehatan," jelas dia.

 


Siapkan Pengungsian

Suasana posko pengungsian yang diperuntukkan untuk para lansia dan anak-anak berada di Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Rabu (11/11/2020). Daerah yang berada di sekitar gunung merapi bersiap-siap menghadapi segala resiko dari aktivitas gunung merapi. (Liputan6.com/Gholib)

Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi menyiapkan 1.000 buah tempat tidur lipat (velbed) untuk para pengungsi Gunung Merapi.

"Kita siapkan velbed untuk masyarakat yang mengungsi dan sudah disiapkan di polres," katanya saat meninjau lokasi pengungsian di Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, seperti dilansir Antara.

Selain velbed, kata dia, Polda Jateng juga menyiapkan layanan kedokteran kesehatan (dokkes) kepolisian untuk penanganan masyarakat di pengungsian.

"Dokkes kita back up kan terkait penanganan masyarakat di tempat pengungsian," ucap Luthfi.

Ia menyampaikan sudah melakukan kerja sama dengan BNPB maupun Pemprov Jateng serta kabupaten dan protokol kesehatan tetap diterapkan.

"Saya sudah kerja sama dengan BNPB maupun pemerintah provinsi maupun dari kabupaten dengan Dinas Kesehatan sehingga saya tidak ingin situasi semacam ini masyarakat tidak terjaga," terang Luthfi.

Terkait dengan jalur evakuasi, lanjut dia, semuanya sudah dipetakan termasuk juga dengan armadanya. Untuk itu, Polda Jateng akan memback up sepenuhnya.

Saat meninjau lokasi pengungsian, Kapolda mengecek dapur umum dan sempat berdialog dengan perwakilan pengungsi. Selain itu, juga memberikan bantuan bagi pengungsi.

 


Persiapan Pemkot Magelang

Pemandangan Gunung Merapi terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Api Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (8/11/2020). BPPTKG melaporkan adanya potensi erupsi akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi, seperti guguran lava, lontaran material hingga awan panas. (Liputan6.com/Gholib)

Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang menyatakan kesiapan menyediakan bantuan berupa tempat dan sarana lain di daerah itu untuk pengungsian warga yang tinggal di kawasan bahaya erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang sebagai wujud kepedulian antardaerah bertetangga tersebut.

"Kalau kesediaan membantu, seandainya di sana (tempat pengungsian di wilayah Kabupaten Magelang) penuh, pasti (Kota Magelang) membantu. Kewajiban kita menolong sesama," kata Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito setelah Apel Kesiapsiaagan Penanggulangan Bencana Tingkat Kota Magelang di Magelang, dikutip Antara.

Hal yang sama, lanjut dia, pernah dilakukan Pemkot Magelang saat terjadi erupsi Gunung Merapi pada 2010, di mana semua fasilitas di daerah tersebut diprioritaskan penggunaannya untuk pengungsian warga dari berbagai tempat di kawasan Gunung Merapi.

"Waktu erupsi 2010 lalu kita sediakan fasilitas untuk pengungsi. Walaupun demikian, sampai saat ini belum ada permintaan bantuan terkait hal tersebut ke Pemkot Magelang dari Pemkab Magelang," udap dia.

Sigit yang tahun ini mengakhiri posisinya sebagai wali kota setelah menjabat selama dua periode tersebut, berharap aktivitas vulkanik Gunung Merapi segera normal.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikkan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi dari level II (waspada) ke level III (siaga) pada Kamis (5/11), pukul 12.00 WIB. Pemkab Magelang menerapkan pengungsian warga dengan model "Desa Bersaudara".

Hingga saat ini sedikitnya 830 warga, terutama yang dinilai paling rentan bahaya erupsi Merapi, seperti lansia, perempuan, dan anak-anak, dievakuasi dari desa-desa mereka dengan kategori Kawasan Rawan Bencana (KRB) III ke berbagai tempat pengungsian "Desa Bersaudara".

Pihak Pemkab Magelang menyediakan berbagai sarana dan prasarana, serta pelayanan kepada mereka yang telah menempati pengungsian, termasuk tes cepat untuk mencegah penularan COVID-19. Sejumlah lokasi pengungsian dengan model "Desa Bersaudara" yang telah dibuka, antara lain Kecamatan Mertoyudan (Desa Deyangan dan Banyurojo), Kecamatan Muntilan (Tamanagung), dan Kecamatan Mungkid (Ngrajek).

Terkait dengan apel, kata Sigit, sebagai kesiapsiagaan personel dalam penanggulangan dan mitigasi bencana.

"Apel ini untuk kesiapsiagaan kita dalam penanggulangan atau mitigasi bencana. Selama ini sudah baik, seperti kejadian angin tanggal 5 November lalu. Ini sinyal, sedia payung sebelum hujan," kata dia.

Ia juga memastikan berbagai peralatan pendukung penanganan bencana alam berfungsi dengan baik, seperti gergaji mesin, perahu karet, dan tali.

Ketua Garda Relawan Indonesia (GRI) Kota Magelang Heri Prawoto mengatakan daerah setempat meskipun topografinya relatif kecil, tidak luput dari potensi bencana, terutama saat pancaroba seperti sekarang ini.

Untuk itu, katanya, kesiapsiagan tetap diperlukan, baik menyangkut sumber daya manusia maupun peralatan pendukung.

"Kota Magelang juga ada ancaman bencana, jadi perlu kita sikapi bersama. Awal pancaroba ini ada angin kencang, puting beliung, dan tanah longsor juga terjadi di Kota Magelang," katanya.

Ia menyebutkan beberapa waktu lalu terjadi angin kencang yang merobohkan puluhan pohon dan tanah longsor di tiga lokasi, yakni Nambangan, Wates, dan Paten Jurang.

Apel Kesiapsiaagan Penanggulangan Bencana Tingkat Kota Magelang di halaman depan kantor Wali Kota Magelang diikuti berbagai komponen, seperti TNI, Polri, Satpol Pamong Praja, petugas pemadam kebakaran, Tim SAR Kota Magelang, relawan dan instansi terkait lainnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya