Liputan6.com, Bandung - Memasuki musim penghujan, menandakan juga kelahiran bayi-bayi ular. Sekitar November dan Desember adalah bulan menetasnya telur-telur ular karena proses siklus biologi alami mereka.
Baca Juga
Advertisement
Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat menyatakan, seperti tahun lalu, banyak ditemukan bayi-bayi kobra di permukiman warga. Hal itu dikarenakan induk kobra menaruh telur di sekitar hunian manusia sekitar Agustus-September setelah musim kawin.
Aji menjelaskan, ular adalah satwa liar yang habitatnya dekat dengan manusia. Mereka mendapatkan makanan di sekitar tempat tinggal kita. Induk ular secara insting akan menaruh telurnya di lokasi yang banyak makanan ular untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya nanti.
"Ular adalah satwa yang mampu beradaptasi cepat dengan lingkungan baru termasuk pembangunan kawasan yang awalnya adalah habitat mereka. Meskipun tergusur, ular dapat bertahan hidup di sela-sela pondasi dan rumah warga," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (12/11/2020).
Menurut Aji, ular adalah satwa soliter alias hidup sendiri, bukan berkelompok sehingga sulit diketahui keberadaannya. Jika ada temuan satu ekor ular, tidak berarti ada kawanannya di sekitar mereka. Ular sangat pintar bersembunyi.
Namun demikian, ular tidak membuat sarang. Sarang adalah tempat tinggal satwa, jika keluar cari makan dia akan balik lagi ke tempat yang sama. Sedangkan ular, bersifat nomaden atau berpindah-pindah.
Jikalau ditemukan lubang tetasan telur ular, itu adalah tempat induk ular menaruh telurnya dan ditinggal. Induk ular tidak mengerami telur ular.
Adapun makanan ular yang menjadi mangsa mereka banyak ditemukan di sekitar hunian. Mulai dari cacing, jangkrik, kadal, kodok, tikus, hingga burung merupakan makanan alami ular yang mudah ditemukan.
"Mangsa-mangsa ini akan mengundang ular hadir di sekitar tempat tinggal warga dan jika ada area yang nyaman, ular akan berkembang biak," kata dia.
Meski demikian, Aji menyoroti bahwa predator alami ular semakin menipis jumlahnya sehingga tidak ada kontrol populasi ular secara alami di alam. Sehingga, kita perlu menjaga keberadaan musang, garangan, dan biawak yang menjadi satwa pemangsa telur serta bayi ular. Begitu pula burung karnivora yang merupakan pemangsa ular yang efektif di alam.
Oleh karena itu, Aji menyarankan agar pada masa telur-telur ular menetas sekarang ini, masyarakat bisa membersihkan pekarangan rumah. Jika terdapat area yang tidak pernah dibersihkan akan memberikan lokasi nyaman bagi ular untuk berkembang biak, apalagi ketersediaan makanan melimpah.
"Sudut-sudut gelap dan liar ini adalah tempat yang dicari oleh induk ular meletakkan telurnya dan ditinggal. Oleh karena itu bersihkan rutin area yang rimbun dan tidak tersentuh. Potong rumput tinggi, kerja bakti warga agar ular bergeser keluar kawasan. Jika beruntung ditemukan telur ular untuk dipindahkan, jangan dimusnahkan," bebernya.