Fenomena Gelombang Kedua Pandemi, Satgas COVID-19 Ingatkan Masyarakat Tetap Waspada

Fenomena gelombang kedua pandemi, Satgas COVID-19 mengingatkan masyarakat tetap waspada.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 13 Nov 2020, 16:00 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut data yang dihasilkan dari sistem BLC bersifat real-time saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (27/10/2020). (Tim Komunikasi Satgas COVID-19)

Liputan6.com, Jakarta Fenomena gelombang kedua (second wave) pandemi COVID-19 di negara-negara lain, terutama Eropa, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mengingatkan masyarakat Indonesia untuk tetap waspada.

Second wave atau lonjakan kedua adalah tren kenaikan kasus COVID-19 yang kembali memuncak setelah mengalami kurva penambahan kasus yang melandai.

"Adanya lonjakan kasus COVID-19, merefleksikan kenaikan kasus aktif atau orang yang sakit, baik yang tengah menjalani isolasi atau dirawat akibat COVID-19," jelas Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Kamis (12/11/2020).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala COVID-19 akan muncul atau dapat dirasakan setelah 5 atau 6 hari dari terpapar virus Corona. Gejala paling lama dapat dirasakan setelah 14 hari, bahkan terkadang tidak tampak sakit.

Wiku menyebut, ada dua istilah untuk membedakan pasien COVID-19. Pertama, asimptomatik berarti seseorang menularkan tanpa menunjukkan gejala apapun. Kedua, presimptomatik berarti seseorang yang masih dalam tahap pengembangan gejala atau berada dalam masa inkubasi.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Mayoritas Penderita COVID-19 Tak Bergejala

Sejumlah pasien berstatus orang tanpa gejala (OTG) senam bersama tim medis di Stadion Patriot Chandrabaga, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (27/9/2020). Dari 28 pasien OTG, beberapa di antaranya mengikuti senam di arena stadion karena masih menunggi hasil pemeriksaan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Wiku merujuk penelitian dari Kronbichler et al pada 506 pasien dari 36 studi (2020), He et al pada 50 pasien dari 114 studi (2020), dan Yu et al pada 79 pasien dari 3 rumah sakit di Wuhan, Tiongkok tahun 2020.

Bahwa ketiga penelitian, kebanyakan penderita COVID-19 yang tidak bergejala adalah populasi berusia muda dan berpotensi menularkan orang-orang sekitarnya.

"Fenomena ini juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil riset itu, apabila seseorang terlihat sehat, bukan berarti mereka terbebas atau tidak berada dalam kondisi sakit," tambah Wiku.

Oleh karena itu, Wiku meminta masyarakat tetap menjaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan. Ini karena efektifitas penekanan risiko penularan akan lebih maksimal dengan menerapkan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan).

"Saya imbau masyarakat jangan lengah karena pandemi masih berlangsung. Saya apresiasi seluruh elemen, baik tenaga kesehatan, komunitas, pemerintah, dan masyarakat atas kerjasama bisa bertahan di masa pandemi COVID-19 sampai sekarang," imbuh Wiku.


Infografis 10 Tips Aman Bersepeda di Tengah Pandemi

Infografis 10 Tips Aman Bersepeda di Tengah Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya