Cek Fakta: Benarkah Masker Penyebab Utama Kematian Pandemi Flu Spanyol? Ini Faktanya

Faktanya, masker tidak disebutkan dalam penelitian penyebab kematian pada pandemi Flu Spanyol di tahun 1918.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 13 Nov 2020, 17:00 WIB
Hoaks masker jadi penyebab utama kematian pada flu spanyol. (Facebook)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak pandemi virus corona covid-19 melanda dunia, pemakaian masker sudah menjadi gaya hidup. Pemakaian masker dimaksudkan untuk mencegah penularan covid-19 yang belum mereda.

Namun, ada segelintir orang yang menolak menggunakan masker. Bahkan, mereka malah menyebut pemakaian masker menjadi penyebab utama kematian saat pandemi Flu Sanyol yang terjadi di tahun 1918.

Begini klaim yang mengatakan kalau penggunaan masker menjadi penyebab utama kematian saat pandemi Flu Sanyol yang terjadi di tahun 1918:

"Pada tahun 2008, Dr. Anthony Fauci menulis sebuah makalah tentang Epidemi Flu Spanyol.Jadi dalam mempelajari pandemi besar dan sebenarnya ini, apa yang dilakukan Dr. Fauci dan rekan-rekannya temukan?

Mereka menemukan bahwa sebagian besar korban Flu Spanyol tidak meninggal karena Flu Spanyol.

Mereka meninggal karena radang paru-paru bakteri. Dan pneumonia bakteri disebabkan oleh.... tunggu saja, tunggu saja.... memakai masker.

Dokter Bedah AS tahu selama ini.."

Ada tiga akun Facebook yang mengunggah klaim tersebut, yakni Don't Be Silent - Break It, Body Temple Health, dan Lane Joseph. Ketiganya membagikan informasi tersebut di penghujung bulan Oktober 2020.

Lalu, benarkah klaim tersebut?

Saksikan video pilihan berikut ini:


Penelusuran Fakta

CEK FAKTA Liputan6 (Liputan6.com/Abdillah)

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kebenaran klaim tersebut menggunakan mesin pencari Google. Hasil penelusuran mengarahkan ke situs USA Today dengan judul artikel: "Fact check: Dr. Anthony Fauci did not say masks contributed to Spanish flu deaths".

Dalam artikel yang dipublikasikan pada 12 November 2020, dijelaskan kalau Dr. Anthony Fauci merupakan ahli penyakit menular dari Amerika Serikat (AS). Dalam artikel itu disebutkan kalau, Fauci melakukan penelitian bersama dua rekannya, Drs. David Morens dan Jeffery Taubenberger soal Flu Spanuol.

Mereka memperhatikan jaringan paru-paru dan sampel otopsi yang diambil dari korban Flu Spanyol pada 1918. Penelitian itu mereka lakukan pada 2008. Kelompok peneliti itu menemukan banyak jenis bakteri yang diketahui menyebabkan pneumonia atau infeksi yang mengobarkan kantung udara paru-paru, atau alveoli.

Hasilnya, dibandingkan dengan sampel jaringan dan bakteri yang diperoleh dari pandemi, terutama Flu Asia 1957 dan Flu Hong Kong 1968. Kedua virus yang bertanggung jawab dalam dua pandemi itu masih merupakan 'keturunan' dari Flu Spanyol.

Dalam penelitian itu, masker tidak disebutkan sama sekali, baik sebagai sumber pneumonia bakterial atau sebaliknya. Fauci dan rekan penelitinya menjelaskan bahwa infeksi primer influenza dapat mempermudah bakteri pneumonia untuk berkembang dan membunuh pasien karena virus akan merusak pertahanan fisik dan kekebalan tubuh, sebuah pengamatan yang dibagikan di antara badan ilmiah.

Hasil penelusuran Google juga mengarahkan ke situs National Institues of Health (NIH) dengan judul: "Bacterial Pneumonia Caused Most Deaths in 1918 Influenza Pandemic". Artikel tersebut sudah tayang pada 19 Agustus 2008.

Dari artikel tersebut, dijelaskan kalau mayoritas kematian selama pandemi influenza tahun 1918 bukan hanya karena virus influenza. Sebagian besar, kematian disebabkan oleh pneumonia bakterial setelah infeksi virus influenza.

Laporan itu dibuat dari salah satu bagian NIH, yakni para peneliti National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID).

"Besarnya bukti yang kami periksa dari analisis historis dan modern soal pandemi influenza 1918, mendukung skenario di mana kerusakan virus diikuti oleh pneumonia bakteri menyebabkan sebagian besar kematian," kata Direktur NIAID, Anthony S. Fauci.

"Intinya, virus ini mendaratkan pukulan pertama, sementara bakteri mengirimkan pukulan yang lebih mematikan," kata Fauci, yang sekarang merupakan kepala satgas covid-19 di Amerika Serikat.

Masih dalam artikel tersebut, ahli patologi, Jeffrey Taubenberger MD, Ph.D., memeriksa sampai jaringan paru-paru dari 58 tentara di pangkalan militer Amerika Serikat yang meninggal karena influenza pada 1918.

"Hasil autopsi mengungkapkan, spektrum kerusakan jaringan memperlihatkan adanya perubahan karakteristik pneumonia virus primer dan bukti perbaikan jaringan hingga bukti pneumonia bakteri sekunder yang parah dan akut," ujar Dr. Taubenberger.


Kesimpulan

Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Klaim yang menyebut masker menjadi penyebab utama kematian Flu Spanyol pada 1918 adalah salah karena tidak ada bukti penelitiannya.

Faktanya, Dr. Anthony Fauci dan rekan penelitinya di tahun 2008 menyimpulkan bahwa korban flu Spanyol 1918 meninggal karena pneumonia bakterial yang disebabkan oleh flu. Masker tidak disebutkan di mana pun, baik sebagai sumber bakteri atau bukan.

 


Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya