Diabetesi, Hati-Hati terhadap 10 Pemicu Lonjakan Gula Darah Ini

Berikut ini adalah beberapa pemicu gula darah tinggi atau hiperglikemia yang mengejutkan,

oleh Fitri Syarifah diperbarui 14 Nov 2020, 18:00 WIB
Ilustrasi Diabetes Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Bagi Anda yang menderita diabetes tipe 2, dokter mewanti-wanti agar mempertahankan gula darah tetap terkendali.

“Mengontrol gula darah penting karena dua alasan utama. Pertama, orang merasa lebih baik ketika gula darah mereka tetap terjaga. Dalam jangka panjang, itu adalah hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes,” kata Lynn Grieger, RD, CDCES, pelatih pribadi bersertifikat di Prescott, Arizona.

Menurut American Diabetes Association, komplikasi diabetes termasuk kerusakan saraf, penyakit ginjal, kondisi kulit, kerusakan mata, penyakit jantung, dan stroke.

Lalu, Gregory Dodell, MD, asisten profesor klinis endokrinologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai di New York City, banyak penderita diabetes yang mendapat masalah dengan makanan olahan, tanpa sadar menambahkan gula dalam menu mereka. Berikut ini adalah beberapa pemicu gula darah tinggi atau hiperglikemia yang mengejutkan, namun ternyata umum, dilansir dari Everyday Health.

1. Pemanis buatan

Sebuah studi Januari 2020 yang diterbitkan dalam Journal of Family Medicine and Primary Care menunjukkan bahwa mengonsumsi pemanis buatan nol kalori, seperti yang ditemukan dalam diet soda dan yang sering ditambahkan ke kopi dan teh, sebenarnya meningkatkan kadar gula darah dalam jangka panjang. Menurut penelitian, sekali dikonsumsi dapat memperburuk resistensi insulin dan kemampuan tubuh untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Meskipun demikian, efek negatif dari pemanis buatan pada gula darah kemungkinan lebih kecil daripada gula yang sebenarnya, catat Dr. Dodell. Penasihat ilmiah 2018 dari American Heart Association dan American Diabetes Association mengakui bahwa alternatif gula ini dapat menjadi pilihan sementara bagi orang-orang yang berhenti minum minuman manis tetapi menegaskan bahwa mereka tidak boleh digunakan dalam jangka panjang karena efek kesehatannya yang tidak diketahui.

2. Makanan tinggi lemak jenuh

Sebuah studi Februari 2017 yang diterbitkan dalam European Journal of Nutrition menemukan bahwa diet tinggi lemak, dan khususnya lemak jenuh, meningkatkan resistensi insulin. Sementara peningkatan, lemak perut dapat menyebabkan kesehatan insulin yang buruk, lemak makanan tampaknya mempengaruhi resistensi insulin bahkan pada orang yang berat badannya stabil dan tidak melihat peningkatan kadar lemak perut mereka.

Makanan berlemak tinggi boleh dikonsumsi dalam jumlah sedang, penting untuk memperhatikan seberapa banyak lemak yang Anda makan, kata Grieger.

Menurut pedoman, rekomendasi konsumsi lemak harian sekitar 20 hingga 35 persen kalori. Sedangkan lemak jenuh dari makanan seperti keju, daging merah, makanan yang digoreng, dan makanan yang dipanggang sebaiknya kurang dari 10 persen dari asupan kalori harian Anda.

3. Melewatkan sarapan

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada Juli 2015 di Diabetes Care melacak asupan makanan dari 22 orang penderita diabetes tipe 2 serta kadar gula darah mereka selama dua hari. Studi tersebut menunjukkan bahwa pada hari mereka melewatkan sarapan, kadar gula darah mereka lebih tinggi sepanjang hari. Menurut para peneliti, tidak sarapan dapat menghambat fungsi sel beta pankreas, yang memproduksi insulin.

Sedangkan menurut Grieger, apa yang Anda makan untuk sarapan adalah kuncinya. Karena hanya menyebutkan sarapan saja bisa berarti Anda dapat mengonsumsi apapun, sehingga tidak bisa menjaga kadar gula darah tetap stabil. Dia merekomendasikan untuk memilih makanan pagi seimbang yang mengandung nutrisi dan rendah karbohidrat, seperti telur orak-arik dengan bayam, jamur, dan tomat.

 

Simak Video Berikut Ini:


4. Perubahan Hormon Saat Menstruasi

Ilustrasi penyakit diabetes (Photo by Tumisu on Pixabay)

“Gula darah melonjak selama fase ovulasi selama beberapa hari dan kemudian meningkat lagi pada minggu terakhir siklus, hari-hari sebelum kembali menstruasi," jelas Dodell.

Menurutnya ini karena memuncaknya kadar estrogen dan progesteron. Juga pada wanita perimenopause, kadar hormon dan periode menstruasi sering tidak teratur, sehingga cenderung memiliki kadar gula darah yang tidak dapat diprediksi, kata Grieger.

Jika siklus menstruasi Anda tampaknya memengaruhi kadar gula darah Anda, Mayo Clinic merekomendasikan Anda untuk melakukan pemeriksaan gula darah bulanan secara rutin. Dengan demikian akan terlihat pola untuk memprediksi perubahan gula darah dan dokter dapat menyesuaikan perawatan Anda sesuai kebutuhan sepanjang siklus.

5. Tidak aktif secara fisik

Olahraga penting dalam mengelola diabetes tipe 2. Selain membantu Anda mempertahankan berat badan yang sehat atau menurunkan berat badan, serta menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung, aktivitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin tubuh dan membantu sel Anda mengeluarkan glukosa dari darah dan menggunakannya untuk energi, kata Grieger. Sebagaimana menurut review yang dirilis Maret 2020 pada Mayo Clinic Proceedings, orang dengan diabetes tipe 2 mungkin dapat mengurangi ketergantungan mereka pada obat penurun glukosa dan insulin dengan berolahraga secara teratur.

Sehingga jika tubuh tidak aktif dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan aktivitas hanya dalam tiga hari meningkatkan kadar gula darah pada individu yang sehat dan biasanya aktif.

Jika Anda mulai aktif kembali, perhatikan tanda-tanda gula darah rendah, atau hipoglikemia, selama berolahraga. Sebaiknya uji gula darah Anda sebelum dan sesudah olahraga, serta selama jika Anda tidak yakin bagaimana reaksi gula darah, katanya. Jika gula darah turun terlalu rendah, segera hubungi dokter.

6. Stres meningkatkan kortisol, yang mempengaruhi sensitivitas insulin

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres dan mengendalikan hormon, misalnya dengan berjalan selama lima menit atau tarik napas dalam 10 menit untuk memperlambat pernapasan Anda. Ada kebiasaan teratur yang dapat Anda kembangkan, seperti membuat latihan harian atau rutinitas meditasi seperti disarankan Grieger.

7. Respons inflamasi tubuh terhadap infeksi

Saat sakit atau mengalami infeksi, tubuh melepaskan hormon untuk membantunya melawan penyakit. Ini merupakan hal yang baik, namun berbeda bagi penderita diabetes tipe 2, kadar gula darah mereka bisa melonjak. Kemungkinan karena respons peradangan tubuh (alias stres) terhadap penyakit dan infeksi, jelas Dodell.

Oleh karena itu penting untuk menghubungi dokter spesialis untuk membantu Anda menentukan apa yang harus Anda lakukan untuk menjaga kadar gula darah, terutama saat sedang sakit.

8. Obat dan Suplemen

Penyakit itu sendiri bisa meningkatkan kadar gula darah, begitu pula obat-obatan yang melawan penyakit. Sejumlah obat, bahkan vitamin dan suplemen dapat meningkatkan gula darah. Contohnya termasuk kortikosteroid, obat asma, pil KB, antidepresan tertentu, dan beberapa obat untuk jerawat parah, kata Dodell.

Meskipun penyebab pastinya tidak sepenuhnya jelas, penelitian menunjukkan bahwa perubahan aliran darah serta efek langsung pada pelepasan insulin dan reseptor dapat menjelaskan mengapa obat penurun tekanan darah berpotensi meningkatkan gula darah.

Oleh karena itu, penting untuk memberi tahu dokter tentang setiap obat yang Anda minum, baik obat generik maupun yang diresepkan oleh dokter lain. Sehingga dapat membantu dokter menemukan pengobatan alternatif untuk menjaga kadar gula darah Anda, meskipun untuk sekedar mengelola gula darah karena ada obat yang harus diminum namun meningkatkan gula darah dan tidak ada alternatifnya.

9. Kurang tidur

Kurang tidur dapat meningkatkan stres dan menurunkan insulin yang berdampak pada kenaikan gula darah. Menurut National Sleep Foundation (NSF), sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan diabetes menemukan hal yang sama: Kurang tidur dapat menyebabkan lonjakan gula darah.

NSF mengatakan hubungan itu mungkin terkait dengan fakta bahwa kurang tidur memicu pelepasan hormon stres kortisol sekaligus mengurangi jumlah insulin yang dilepaskan saat Anda makan.

Kurang tidur juga meningkatkan hormon kelaparan dalam tubuh, membuatnya lebih sulit untuk mengikuti diet sehat, jelas Dodell.

10. Buruknya kesehatan gigi

Penyakit gusi telah lama dikenal sebagai komplikasi diabetes tipe 2. Tetapi para peneliti dari American Dental Association juga menemukan bahwa gusi yang tidak sehat sebenarnya dapat meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh.

Dodell juga mencatat bahwa penyakit gusi dapat meningkatkan risiko infeksi serta peradangan di seluruh tubuh, yang keduanya dapat meningkatkan kadar gula darah.

Oleh karena itu, penting bagi penderita diabetes tipe 2 untuk merawat kesehatan gigi dan mulut mereka lebih ekstra. Kontrol rutin ke dokter gigi untuk memeriksakan diri dan jangan lupa beritahu dokter gigi bahwa Anda menderita diabetes


Banner Infografis Diabetes Melitus pada Lansia di Indonesia

Banner Infografis Diabetes Melitus pada Lansia di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya