Liputan6.com, Jakarta Jam baru menunjukkan pukul 09.00 WIB, tapi salah satu warung makan di Jalan Veteran 36 Umbulharjo, Warmindo Bakzoo sudah ramai. Bukan oleh pelanggan, melainkan para relawan.
Para relawan yang tergabung dalam gerakan Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan Yogyakarta (DU-BGPY) itu tampak cekatan menyiapkan nasi bungkus untuk para buruh gendong di beberapa pasar.
Empat orang yang bertugas menjadi juru masak terlihat antusias menanak nasi, memasak oseng kacang panjang dan terong, serta menggoreng ayam. Menu tersebut ditambah air mineral kecil akan mereka bagikan untuk makan siang para buruh gendong perempuan di pasar Giwangan, Yogyakarta.
Baca Juga
Advertisement
Lima orang lainnya sibuk menata kertas nasi dan makanan yang sudah matang. Meski sedang diburu waktu, mereka tak terlihat tegang. Canda tawa mengiringi aktivitas mereka.
"Jam 11, nasi bungkus sudah harus diantar ke pasar" tutur Berkah Gamulya, salah satu iniasiator Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan Jogja saat ditemui Liputan6 di dapur umum Warmindo Bakzoo pada Selasa (10/11/2020).
Tangal 9 - 13 November 2020 ini, target mereka adalah para buruh gendong perempuan di pasar Giwangan, pasar Gamping dan pasar Kranggan, Yogyakarta.
Disambut buruh gendong perempuan dengan antusias
Pandemi Covid-19 ini memang menyerang hampir semua sektor, tak terkecuali ekonomi. Pengusaha besar maupun UMKM, hingga buruh gendong di pasar pun terdampak pandemi Covid-19.
Untuk membantu beban buruh gendong perempuan, sekelompok orang dari berbagai latar belakang membuat dapur umum yang bertujuan membagikan nasi bungkus untuk makan siang para buruh gendong.
Sebelumnya gerakan yang sudah dimulai sejak 19 Oktober 2020 hingga 13 November 2020 ini sudah memfasilitasi makan siang untuk 145 buruh gendong perempuan di pasar Beringharjo.
Total buruh gendong perempuan yang menjadi sasaran dapur umum ini berjumlah lebih kurang 273 orang. Berasal dari 145 buruh gendong di pasar Beringharjo, 100 orang di pasar Giwangan, 25 orang di Gamping, dan 13 orang buruh gendong di pasar Kranggan.
"Bagi aku, kamu, kita nasi bungkus mungkin tak seberapa. Tapi bagi para buruh gendong yang pendapatannya tak pasti itu, sebungkus nasi sangat dinantikan. Apalagi di masa Pandemi Covid-19 ini." Terang Mulya saat menjelaskan alasan dia dan teman-temannya membuat kegiatan bagi-bagi nasi bungkus untuk buruh gendong perempuan.
Pihaknya berharap, bantuan yang sedikit ini dapat meringankan beban ekonomi para buruh gendong perempuan walau sekadar untuk makan siang. Apalagi merosotnya perekonomian juga dirasakan langsung oleh para buruh gendong perempuan di mana orang yang memakai jasa mereka menurun drastis jika dibanding sebelum pandemi.
Mendapat uluran tangan berupa nasi bungkus dari Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan Yogyakarta, para buruh gendong pun menyambutnya dengan antusias. Terbukti, permintaan makan siang bertambah.
"Dari awal gerakan kami pada 19 Oktober, hanya 130 bungkus per hari. Mulai hari kedua, ada tambahan permintaan," kata Mulya.
Tak cuma itu, bantuan makan siang yang sebelumnya hanya menyasar para buruh gendong perempuan di pasar Beringharjo itu kini juga menyebar ke pasar lainnya, yakni Giwangan, Gamping dan Kranggan.
Dipilihnya buruh gendong perempuan pun bukan tanpa alasan. Pasalnya, mereka telah memiliki paguyuban. Sehingga sistem penyaluran bantuan lebih mudah, tertata dan semua buruh gendong perempuan bisa menikmati nasi bungkus yang disediakan dapur umum.
"Memberi bantuan makan kepada orang yang sama selama 5 hari berturut-turut memiliki dampak yang lebih daripada memberi bantuan secara acak. Seorang ibu buruh gendong jadi punya kepastian berapa pengeluaran tiap hari, juga ada rasa aman akan kebutuhan makan hari itu." Imbuhnya
Advertisement
Relawan datang dari berbagai latar belakang
Ide membuat Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan Yogyakarta ini berawal dari 4 pemuda, yakni Elanto Wijoyono, Adriani Zulivan, Dodok Jogja serta Mulya, pemilik Warmindo Bakzoo yang usahanya terpaksa tutup karena Pandemi.
Relawan yang ikut membantu pun tak kalah tangguh, mulai dari koki yang diberhentikan dari tempat kerja hingga mahasiswa yang tergerak menolong dengan tenaga dan waktu yang ia miliki.
"Di tengah situasi yang seperti ini, hanya sumbangsih tenaga yang bisa saya lakukan. Saya merasa masih lebih beruntung dibanding para buruh gendong perempuan itu." Ucap Yusuf, salah satu relawan yang sebelumnya bekerja menjadi koki namun terdampak Covid-19 dan di-PHK.
Setiap harinya lebih kurang ada 37 relawan yang hadir di dapur umum. Mereka dibagi dalam tiga kelompok. Pertama, kelompok memasak yang bertugas pada jam 07.00 WIB, kelompok kedua membungkus nasi pada pukul 09.00 dan kelompok terakhir di bagian pengiriman nasi bungkus pada pukul 11.00 WIB.
Pembagian kelompok beserta waktunya itu bertujuan agar tidak terjadi kerumunan di dalam warung mengingat saat ini masih dalam pandemi Covid-19.
“Jadi datangnya bertahap sehingga protokol Covid-19 tetap berjalan, semua juga wajib pakai masker,” ujar Mulya.
Setiap harinya menu yang dibagikan pun berbeda-beda. Mulai dari aneka tumis sayur, ditambah lauk tempe, telur, ikan atau ayam goreng.
Bahan-bahan makanan itu didapatkan dari kepedulian masyarakat. Mulai dari hasil bumi hingga donasi sejumlah uang.
Mereka pun berkeinginan dapur umum untuk buruh gendong perempuan ini nantinya dapat terus berjalan di tengah pandemi Covid-19 dan bisa berlanjut ke tahap dua.
“Secara kapasitas, sementara ini yang kami bisa, nanti istirahat 10 hari kami kumpulkan donasi lagi mudah-mudahan bisa lanjut bikin tahap kedua pada 23 november sampai 22 desember,” pungkasnya.