Liputan6.com, Jakarta - Vaksin bertujuan untuk mencegah seseorang untuk sakit dengan cara membangun kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin terbukti mengurangi angka kesakitan dan kematian. Keberadaan vaksin yang efektif dan aman akan memberi dampak positif bagi masyarakat agar dapat kembali beraktivitas secara normal, termasuk melakukan penerbangan.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan Indonesia (PERDOSPI), Dr dr. Wawan Mulyawan SpBS(K) SpKP AAK mengapresiasi keberadaan vaksin sebagai suatu hal yang sangat positif.
Advertisement
“PERDOSPI sebagai asosiasi yang tergabung dalam IDI (Ikatan Dokter Indonesia) berkewajiban untuk membantu pemerintah menyampaikan informasi yang benar terkait vaksin sehingga masyarakat menjadi well-informed dan pada akhirnya, jika vaksin ini efektif, akan memberikan rasa aman bagi masyarakat untuk bepergian, termasuk dengan transportasi udara,” kata dr. Wawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (14/11/2020).
Dunia penerbangan akan sangat terbantu dengan hadirnya vaksin ini. Keefektifan dan keamanannya, akan mengembalikan secara bertahap keberanian masyarakat untuk bepergian dengan pesawat terbang.
Pada akhirnya, semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan pesawat untuk perjalanannya akan dapat memberikan darah baru bagi industri penerbangan yang saat ini mengalami kontraksi keterpurukan yang dalam.
“Jika industri penerbangan mulai pulih, maka dampaknya pada ekonomi Indonesia akan luar biasa. Karena selain pergerakan masyarakat untuk kegiatan bisnis dan pariwisata akan kian meningkat, juga kegiatan pergerakan barang dan logistik lainnya yang memerlukan waktu cepat akan meningkat pula. Maka pemulihan ekonomi yang diupayakan pemerintah akan bisa lebih cepat,” jelas dr. Wawan.
Begitu pula disampaikan Ketua Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dewantoro.
“Saya sangat mendukung pemerintah yang saat ini tengah berupaya menyediakan vaksin COVID-19 karena dapat membangkitkan ekonomi Indonesia, terutama di sektor pariwisata. Vaksin bisa membuat masyarakat lebih percaya diri untuk mulai beraktivitas normal dan tidak ragu-ragu berkunjung ke daerah wisata,” jelas Dewantoro.
Dewantoro juga mengatakan bahwa vaksin yang aman dan efektif dapat kembali menghidupkan ekosistem pariwisata seperti industri penerbangan, hotel, rumah makan, pemandu wisata dan agen perjalanan.
“Saya dukung pemerintah untuk menghadirkan vaksin COVID-19 karena saya memperkirakan jika ada vaksin COVID-19 dapat memulihkan pariwisata NTB hingga 50 persen dan pasti secara bertahap membaik,” kata Dewantoro dengan optimis.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dirut Garuda Indonesia Ungkap Kunci Utama Pulihkan Industri Penerbangan Pasca Pandemi
Pandemi Covid-19 berimbas ke berbagai lini kehidupan masyarakat, termasuk menurunnya volume penerbangan. Hal ini karena mobilitas masyarakat yang cenderung berkurang selama pandemi.
“Krisis terhadap industri penerbangan terjadi akibat apa yang disebut dengan berhentinya mobilitas,” kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra dalam gelaran WOW Brand Festive Day, Rabu (4/11/2020).
Data BPS mencatat, jumlah penumpang angkutan udara domestik yang diberangkatkan pada September 2020 sebanyak 1,9 juta orang. Angka ini turun 4,6 persen dibanding Agustus 2020. Sementara jumlah penumpang tujuan luar negeri (internasional) naik 9,32 persen menjadi 34,0 ribu orang.
Irfan menjelaskan, sejatinya tak ada masalah apapun dengan industri penerbangan itu sendiri. Sebab, menurutnya, industri penerbangan ini merupakan industri kebahagiaan. Dimana orang-orang melakukan perjalanan untuk menemui orang atau tempat yang didambakan.
“Industri penerbangan itu adalah industri yang berinteraksi langsung dengan manusia. Hari ini sebenarnya tidak ada masalah apapun dengan industri penerbangan ini,”
“Tapi yang jadi masalah adalah anxiety to travel. Keengganan orang untuk terbang. Padahal berapa bulan sebelumnya orang punya begitu banyak rencana untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain,” kata Irfan.
Oleh karena itu, Irfan sempat tak menyetujui awak Garuda Indonesia untuk mengenakan hazmat. Alasannya, tak lain karena interaksi manusia. Yang sekali lagi ia tegaskan, bahwa orang-orang pergi dan memilih untuk naik pesawat dengan hati yang senang.
“Bayangkan orang tersebut masuk ke pesawat udara, kemudian dihadapkan sama pramugara atau pramugari yang berpakaian hazmat. Tentu saja pertanyaan yang muncul di kepalanya dia adalah saya ini lagi di pesawat atau sedang di ruang bedah. Ini yang kita hindari,” jelas Irfan.
Advertisement