Soekarno Hatta Jadi Salah satu Bandara Tersibuk di Dunia Selama Oktober

Kapasitas kursi penerbangan atau seat capacity yang tersedia di Bandara Soekarno-Hatta pada Oktober 2020, tercatat sekitar 2 juta kursi.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 15 Nov 2020, 11:16 WIB
Penumpang berjalan di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, Rabu (28/10/2020). PT Angkasa Pura II menyebutkan ada 50.000 penumpang yang datang dan pergi dari Bandara Soetta untuk berpergian saat libur panjang pada hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Meski di tengah pandemi, PT Angkasa Pura II mengklaim, bila pasar penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta berada dalam tren positif. Hal tersebut berdasarkan laporan yang diterbitkan lembaga penyedia data penerbangan global, OAG, yang berbasis di Inggris.

Sesuai laporan OAG Frequency & Statistics, kapasitas kursi penerbangan atau seat capacity yang tersedia di Bandara Soekarno-Hatta pada Oktober 2020, tercatat sekitar 2 juta kursi atau naik 0,2 persen bila dibandingkan dengan September 2020.

"Di sisi lain, kapasitas kursi pada Oktober 2020 yang sebanyak 2 juta kursi itu sudah mencapai sekitar 57 persen dari posisi Oktober 2019, saat tidak ada pandemi Covid-19, yakni sebanyak 3,55 juta kursi," tutur President Director PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, Minggu (15/11/2020).

Adapun laporan OAG Frequency & Statistics itu juga mengindikasikan aktivitas penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta pada Oktober 2020 terlihat lebih sibuk dibandingkan dengan bandara-bandara lainnya dari sisi ketersediaan kursi penumpang pesawat.

Kapasitas kursi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta pada Oktober 2020 sekitar 2 juta kursi. Lebih banyak dibandingkan dengan bandara lain semisal Bandara Changi yakni 314.084 kursi, Hong Kong 499.370 kursi, Seoul 861.355 kursi.

Kemudian Amsterdam 1,59 juta kursi, Paris Charles de Gaulle 1,32 juta kursi, Chicago O’Hare, 1,91 juta kursi, Frankfurt 1,30 juta kursi, Istanbul 1,51 juta kursi, dan Dubai 1,5 juta kursi.

Muhammad Awaluddin mengatakan PT Angkasa Pura II akan selalu menjaga operasional Bandara Soekarno-Hatta sebagai bandara jangkar di rute domestik.

“Peningkatan penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta berarati juga peningkatan penerbangan di bandara-bandara lainnya, karena itu PT Angkasa Pura II sangat fokus dalam menjaga operasional dan konektivitas Bandara Soekarno-Hatta termasuk di tengah pandemi ini melalui penerapan protokol kesehatan yang ketat,” ujar Awaluddin.

 

Saksikan video di bawah ini:


Tanda Permintaan Meningkat

Penumpang mengantre untuk memasuki Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, Rabu (28/10/2020). PT Angkasa Pura II menyebutkan ada 50.000 penumpang yang datang dan pergi dari Bandara Soetta untuk berpergian saat libur panjang pada hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurutnya, jumlah kapasitas kursi penerbangan yang meningkat sekaligus mengindikasikan membaiknya permintaan masyarakat atas penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta.

“Demand tumbuh diikuti peningkatan supply, dan ini dapat berjalan dengan baik di Bandara Soekarno-Hatta. Saat minat masyarakat untuk terbang naik, PT Angkasa Pura II dan maskapai mampu menyediakan kursi penerbangan yang dibutuhkan. Sehingga, tercipta iklim positif di Bandara Soekarno-Hatta," tutur Awaluddin.

Adapun sejak Juli 2020 telah dicanangkan Safe Travel Campaign di Bandara Soekarno-Hatta oleh PT Angkasa Pura II bersama stakeholder antara lain Otoritas Bandara Wilayah I, Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), serta Satgas Udara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dan KKP Kementerian Kesehatan.

Pulihnya pasar penerbangan, lanjut Muhammad Awaluddin, juga sebagai hasil dari berjalannya strategi perseroan dalam mengoptimalisasikan slot time penerbangan, mengaktifkan kembali rute yang sempat ditutup, dan meningkatkan frekwensi di rute eksisting.

Sementara itu, dorongan diberikan pemerintah melalui kebijakan stimulus passenger service charge (PSC) dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“Kebijakan pemerintah memberikan insentif PSC membuat harga tiket pesawat lebih rendah sehingga mendorong pasar penerbangan,” jelas Muhammad Awaluddin. (Pramita tristiawati)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya