Liputan6.com, Jakarta - Kantor perusahaan video game, Ubisoft di Montreal, Kanada, digrebek polisi pada Jumat 13 November 2020. Penyebabnya, polisi menerima laporan penyanderaan terhadap sejumlah karyawan.
Laporan tersebut diterima lewat panggilan gawat darurat 911. Si penelpon mengaku telah menyandera sejumlah karyawan Ubisoft.
Advertisement
"Petugas polisi dikirim ke tempat kejadian untuk menanggapi panggilan 911," kata seorang juru bicara polisi kepada AFP.
Informasi tersebut juga sempat viral di Twitter. Polisi pun menutup jalan dan meminta warga tidak mendekat ke St-Laurent Boulevard dan St-Viateur Street, Mile-End Montreal.
Kendaraan taktis serta pasukan khusus dari kepolisian Montreal dikerahkan untuk menindaklanjuti laporan tersebut. Namun belakangan diketahui, bahwa laporan penyanderaan tersebut ternyata palsu alias hoaks.
"Sejauh ini tidak ada ancaman yang terdeteksi. Tidak ada cedera yang dilaporkan," ujar seorang polisi, seperti dilansir dari theguardian.com, Minggu (15/11/2020).
Seorang karyawan perusahaan yang dihubungi melalui telepon mengatakan kepada penyiar publik Radio-Kanada bahwa sekitar 50 orang dibawa ke teras atap oleh manajer. Mereka kemudian menutup pintu menutu ke atap dan membuat barikade dengan furnitur.
Sementara seorang analis keamanan siber, Ritesh Kotak menyebut bahwa laporan palsu atau hoaks tentang penyanderaan di kator Ubisoft merupakan kejahatan di dunia maya.
Ia pun mempertanyakan sikap polisi setempat yang tidak melakukan pengecekan terhadap laporan tersebut.
"Kami telah melihat ini terjadi berkali-kali. Dan kami telah melihat ini terjadi di seluruh dunia. Pada dasarnya adalah mengelabui operator 911," kata Ritesh Kotak, dilansir dari citinews113.com.
"Terkait jenis kejahatan dan teknologi ini, Anda tidak perlu berada di Montreal secara fisik. Anda bisa berada hampir di mana saja di dunia, dan mereka bisa saja jadi korban kejahatan ini," tambah dia.