Liputan6.com, Jakarta - Berawal dari keprihatinan sampah sachet tidak laku lagi di bank sampah membuat Estetia Mustika Shani (13), siswi SMPN 61 Surabaya, Jawa Timur ini beraksi untuk menciptakan produk dari sampah plastik.
Ia menuturkan, warga tidak lagi termotivasi untuk mengumpulkan sampah ketika tidak lagi laku di pengepul dan pengelola bank sampah. Dengan demikian, hal itu membuat sampah makin menumpuk, dan di sisi lain untuk mengurai sampah butuh waktu lama.
"Dulu laku di pengepul 1 kg Rp 500. Pertengahan 2019 sudah tidak laku di bank sampah,” ujar Tia panggilan akrab Estetia, saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Senin (16/11/2020).
Baca Juga
Advertisement
Ia mendapatkan ide mengolah sampah tersebut pada pertengahan 2019. Dari keprihatinan Tia tersebut, ia belajar dari aplikasi video bagaimana mengolah sampah sehingga memiliki nilai ekonomi. Ia juga mendapatkan masukan sang ibu.
Tia pun merealisasikan ide mengolah sampah sachet itu sejak Januari 2020. Pengagum RA Kartini mengumpulkan sampah sachet dari warung-warung di sekitar rumah di Surabaya, Jawa Timur. Ia bisa mendapatkan sampah sekitar 140 kg. Ia juga mendapatkan sampah sachet dari warga sekitar.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Hasil Karya Olahan Sampah Sachet Dijual Rp 5.000-Rp 60.000
Tia kadang mendapatkan penolakan untuk diberikan sampah karena merepotkan. Akan tetapi, ia pun bilang baik-baik dan menyediakan wadah sehingga tidak terlalu merepotkan. "Pemilik warung ada yang tak mau kerepotan. Bilang-baik, berikan tas untuk wadah tempat sampah sachet,” ujar dia.
Tia mengatakan, butuh beberapa tahap untuk mengolah sampah sachet. Awal tahapan dengan mengumpulkan sampah. Kemudian menyemprot dengan disinfektan. Selanjutnya dibilas, digunting, dicucui, dan dijemur. Tia mengatakan, pada tahapan tersebut tergantung dari cuaca. “Sebaiknya ketika cuaca panas. Lalu dilipat, dan diolah jadi barang berguna,” ujar dia.
Perempuan kelahiran Juli 2007 ini menuturkan, olahan sampah sachet biasanya dibuat tas perempuan, gantungan kunci, tempat pensil, dompet dan lainnya. Harga produk olahan sampah itu dijual sekitar Rp 5.000-Rp 60.000.
Tia juga memberikan workshop kepada warga sekitar untuk mengolah sampah sachet tersebut. Dengan workshop itu diharapkan bisa menjadi ide bagi warga sehingga jadi lading usaha. “Mereka antusias adakan workshop. Bahkan ada yang ingin dibuat lagi. Kalau sudah bisa mereka bisa menjualnya,” ujar dia.
Advertisement
Bantu Warga
Tia mengatakan, dengan menjual produk olahan sampah sachet juga membantu warga untuk menambah penghasilan saat pandemi COVID-19. Bahkan Tya juga turut membantu warga untuk menjual produk olahan sampah sachet lewat akun instagram. "Saya bantu pasarkan secara offline dan online. Ada dari ibu PKK yang dibantu mama,” kata dia.
Peraih Putri Lingkungan Hidup 2020 ini pun mengatakan telah mengirim surat kepada enam perusahaan minuman. Dirinya prihatin dengan kemasan sachet dari produk yang dibuat. Tia juga berharap masyarakat semakin peduli lingkungan.