Tes Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech Manjur 90 Persen, Boleh Optimis tapi...

Vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh Pfizer, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, dan BioNTech dari Jerman, mengumumkan hasil awal yang menjanjikan dari uji klinik fase 3. Tapi...

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2020, 20:30 WIB
Ilustrasi Vaksin COVID-19 yang dikembangkan Pfizer-BioNTech (iStockphoto)

Jakarta - Vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh Pfizer, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, dan BioNTech dari Jerman, mengumumkan hasil awal yang menjanjikan dari uji klinik fase 3.

Sebuah 'analisis sementara' itu merupakan data awal sebelum riset selesai, guna memahami apakah ada indikasi vaksin itu mungkin bekerja.

Saat ini, uji coba vaksin ini melibatkan 43.538 volunter, separuh di antaranya diberi vaksin dua dosis dan separuh lagi diberi dua dosis plasebo. Para relawan ini kemudian melanjutkan kehidupan normal mereka tapi mereka dipantau untuk melihat tanda-tanda mungkin terkena COVID-19, dengan tes untuk mengkonfirmasinya.

Analisis terhadap 94 relawan yang terkonfirmasi COVID-19 menunjukkan vaksin ini memiliki kemanjuran lebih dari 90%.

Ini berarti, jika Anda mengambil 10 orang yang akan sakit akibat COVID-19 dan memvaksin mereka, hanya satu orang dari 10 yang akan sakit.

Tapi, bukan berarti hasil positif ini membuat publik bersemangat secara berlebih. Sejumlah proses dan hal harus tetap diperhatikan sebelum vaksin COVID-19 yang efektif benar-benar bisa dihasilkan dan didistribusikan untuk publik secara luas, demikian seperti dikutip dari analisis para pakar yang dipublikasikan di The Conversation Indonesia, dikutip pada Minggu (15/11/2020).

 

Simak video pilihan berikut:


Butuh Data

Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Ada lebih banyak data yang akan datang. Kabar ini baru info sementara dari siaran pers dan datanya belum melalui “peer-review” melalui publikasi ilmiah, meski telah dinilai oleh dewan pemantau independen. Studi ini juga tidak akan selesai sampai 164 sukarelawan mengkonfirmasi COVID-19, dan perkiraan kemanjuran dapat berubah. Pada akhirnya, relawan harus dipantau untuk jangka waktu tertentu setelah vaksinasi untuk melihat setiap efek samping yang ada. Semua tahapan itu harus diselesaikan.

Pertanyaan penting juga masih ada. Tidak jelas berapa lama perlindungan yang diberikan vaksin itu akan bertahan, karena penelitian ini baru berlangsung selama tiga bulan. Tidak jelas apakah vaksin ini melindungi dari penyakit parah atau apakah vaksin ini akan bekerja dengan baik pada semua orang. Misalnya, sebuah uji klinis fase 1 dengan vaksin ini menunjukkan bahwa respons kekebalan lebih rendah pada orang tua.

Tapi kemanjuran 90% sangat mencolok. Untuk memberikan beberapa konteks, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat mengindikasikan bahwa mereka akan melisensikan vaksin SARS-CoV-2 dengan kemanjuran 50%. Vaksin flu sering kali memberikan sekitar 60% kemanjuran dan vaksin gondok, yang saat ini merupakan vaksin tercepat yang pernah dibuat dalam empat tahun, memberikan sekitar kemanjuran 88%.

Vaksin BioNTech/Pfizer bisa melampaui itu, hanya dalam sembilan bulan pengembangan. Tingkat kemanjuran ini berarti penularan virus dapat dikendalikan dengan sangat efektif.

Itu membuat komunitas riset bersemangat. Ini menjadi pertanda baik untuk vaksin lain yang saat ini sedang diuji untuk SARS-CoV-2 dan kita bisa mendapatkan beberapa vaksin yang berhasil. Ini akan bagus karena beberapa mungkin bekerja lebih baik pada populasi tertentu, seperti orang tua.

Berbagai vaksin juga dapat diproduksi dengan menggunakan berbagai infrastruktur yang sudah mapan, yang akan mempercepat distribusi vaksin.

 


Sebelum Produksi Skala Komersial

Kandidat vaksin Sinovac Biotech LTD untuk virus corona Covid-19 diperlihatkan dalam Pameran Internasional China untuk Perdagangan Jasa (CIFTIS) di Beijing pada 6 September 2020. Untuk pertama kalinya, China akhirnya resmi memamerkan produk dalam negeri vaksin COVID-19. (NOEL CELIS/AFP)

Vaksin BioNTech/Pfizer merupakan jenis vaksin mRNA.

Artikel ini oleh Associate Professor Archa Fox, seorang ahli biologi sel molekuler dari University of Western Australia, menjelaskan apa itu vaksin mRNA:

Vaksin mRNA adalah molekul berlapis mRNA, mirip dengan DNA, yang membawa petunjuk untuk membuat protein virus.

Setelah injeksi ke dalam otot, mRNA itu diambil oleh sel. Ribosom, pabrik protein sel, membaca instruksi mRNA dan membuat protein virus. Protein baru ini diekspor dari sel dan sisa proses imunisasi serupa dengan vaksin lain: sistem kekebalan kita meningkatkan respons dengan mengenali protein sebagai benda asing dan mengembangkan antibodi untuk melawannya.

Masalah bagi Australia adalah belum dapat membuat vaksin mRNA di negerinya sendiri.

Pemerintah Australia memiliki perjanjian untuk mendapatkan sepuluh juta dosis vaksin BioNTech/Pfizer. Karena vaksin ini membutuhkan dua dosis, kesepakatan ini hanya cukup untuk lima juta orang Australia. Tidak jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai vaksin tersedia secara luas, tapi kita mungkin mendengar lebih banyak tentang ini dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.

Vaksin membutuhkan penyimpanan pada suhu di bawah -60℃. Hal ini tentunya akan menjadi tantangan bagi pengiriman ke Australia dan distribusi lokal, meski bukan tidak mungkin. Salah satu solusi untuk masalah ini adalah membentuk pusat vaksinasi untuk meluncurkan vaksin setelah tersedia. Dalam sebuah pengumuman Pfizer, perusahaan tersebut mengatakan akan menggunakan strategi pengiriman suhu sangat rendah dan vaksin tersebut kemudian dapat didistribusikan di atas “es kering”.

Saat ini, Australia tidak memiliki kapasitas untuk memproduksi mRNA dalam skala komersial karena teknologinya dianggap masih baru. Tapi kami dan yang lainnya telah bekerja untuk mengkoordinasikan dan membangun kapasitas produksi di Australia untuk vaksin dan terapi mRNA pada masa depan. Dengan dukungan finansial yang ditujukan untuk kolaborasi manufaktur mRNA yang melibatkan pihak swasta dan publik, Australia dapat memiliki akses terhadap teknologi yang vital ini.

 

*Artikel ini tayang di The Conversation Indonesia dengan judul asli 'Kemanjuran 90% vaksin COVID-19 dari Pfizer mengejutkan, tapi kita harus menunggu data lengkap', ditulis oleh Harry Al-Wassiti dan Colin Pouton (Monash University), serta Kylie Quinn (RMIT University).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya