Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas Gunung Merapi semakin meningkat. Kegempaan yang menimbulkan guguran berupa materi vulkanik makin sering terjadi.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, guguran di Gunung Merapi tersebut berupa material vulkanik lama.
Advertisement
"Memang kegempaan guguran saat ini sering terjadi, namun guguran berupa material vulkanik lama," kata Hanik seperti dilansir Antara, Minggu, 15 November 2020.
Oleh karena itu, Palang Merah Indonesia (PMI) pun menyiagakan ratusan personelnya di berbagai lokasi terdampak bencana erupsi Gunung Merapi untuk membantu pemerintah daerah setempat.
"PMI di Jawa Tengah untuk saat ini telah menyiagakan 300 relawan dengan berbagai spesialisasi (kemampuan khusus) seperti pertolongan pertama, evakuasi, medis, dapur umum dan psikososial (dukungan psikologi)," kata Ketua Bidang Penanggulangan Bencana (PB) PMI Jawa Tengah Sarwa Pramana, dilansir Antara.
Berikut 6 hal terkait kondisi terkini di Gunung Merapi dihimpun Liputan6.com:
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gemuruh Guguran
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan suara guguran terdengar sebanyak enam kali dari Gunung Merapi berdasarkan periode pengamatan pada Sabtu, 14 November 2020 mulai pukul 00.00 WIB sampai 24.00 WIB.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Minggu, menjelaskan suara guguran di Gunung Merapi itu terdengar dengan intensitas lemah hingga sedang.
Pada periode itu, BPPTKG juga mencatat 39 kali gempa guguran, tiga kali gempa frekuensi rendah, 306 kali gempa fase banyak, 43 gempa vulkanik dangkal, dua kali gempa tektonik, serta 63 kali gempa hembusan
Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih keluar dari Gunung Merapi dengan intensitas tipis hingga sedang dengan ketinggian 50 meter di atas puncak.
Advertisement
Laju Deformasi Gunung Merapi
Berikutnya, laju deformasi Gunung Merapi diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan rata-rata 12 sentimeter per hari.
BPPTKG telah menaikkan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Untuk penambangan dialur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
BPPTKG meminta pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.
Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga diminta mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.
Tak Seperti 2010
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, aktivitas di Gunung Merapi saat ini, memang sering terjadi kegempaan yang menimbulkan guguran berupa materi vulkanik.
Namun, dia menegaskan, guguran tersebut berupa material vulkanik lama. "Memang kegempaan guguran saat ini sering terjadi, namun guguran berupa material vulkanik lama," kata Hanik seperti dilansir Antara, Minggu, 15 November 2020.
Dia menjelaskan, aktivitas Gunung Merapi masih tinggi pasca kenaikan aktivitas dari waspada menjadi siaga. Meski demikian, aktivitas tersebut cenderung stabil.
"Dalam beberapa hari terakhir aktivitas guguran sering terjadi, namun guguran itu berasal dari material vulkanik lama," jelas Hanik.
Dia menuturkan, aktivitas ini tak sama seperti pada 2010. "Hal tersebut tidak seperti aktivitas kegempaan pada erupsi Gunung Merapi tahun 2010," ungkap Hanik.
Advertisement
Belum Tampak Kubah Lava
Hanik menuturkan, saat ini kubah lava Gunung Merapi belum tampak. Dia menjelaskan, magma Gunung Merapi sudah berada di permukaan, hal ini bisa dilihat dari deformasi atau penggelembungan perut gunung yang mencapai 12 sentimeter per hari.
Meski demikian, Hanik meminta mengimbau masyarakat di lerang Gunung Merapi untuk selalu siaga dan mematuhi instruksi pemerintah.
"Deformasi menandakan bahwa badan gunung mengembung akibat terdesak oleh magma," tukas Hanik.
PMI Mulai Siagakan Ratusan Personel
Palang Merah Indonesia (PMI) menyiagakan ratusan personelnya di berbagai lokasi terdampak bencana erupsi Gunung Merapi untuk membantu pemerintah daerah setempat.
"PMI di Jawa Tengah untuk saat ini telah menyiagakan 300 relawan dengan berbagai spesialisasi (kemampuan khusus) seperti pertolongan pertama, evakuasi, medis, dapur umum dan psikososial (dukungan psikologi)," kata Ketua Bidang Penanggulangan Bencana (PB) PMI Jawa Tengah Sarwa Pramana, Minggu, 15 November 2020, seperti dikutip dari Antara.
Selain personel, PMI juga menyediakan berbagai peralatan yang ditempatkan di tempat evakuasi akhir (TEA) Gunung Merapi, seperti alat cuci tangan portabel, pemeriksaan suhu tubuh, tandon air, serta kendaraan khusus seperti Hagglund yang disiagakan di Magelang.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Markas PMI Jawa Tengah Mu'rifah menambahkan PMI Jateng telah melakukan koordinasi dengan tiga PMI yakni Kabupaten Magelang, Klaten dan Boyolali untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi di Gunung Merapi dengan menyiapkan rencana operasi.
Selain itu, pihaknya juga telah menyiapkan logistik bencana berupa family kit 1.500 paket, selimut 1.500 lembar, terpal 1.500 lembar, matras 1.500 lembar, masker 50 ribu lembarm serta disiapkan pula truk tanki air bersih dan mobil listrik untuk kebutuhan gudang losgitik.
"Logistik yang kami siapkan ini sifatnya untuk mengantisipasi kebutuhan saat terjadi tanggap darurat bencana seperti hazmat sebanyak 3 ribu pcs dan faceshield 3 ribu pcs untuk mengantisipasi kondisi di lapangan," jelas Sarwa.
Advertisement
Hewan Ternak Mulai Diungsikan
Hewan ternak yang berada di sekitar Gunung Merapi mulai diungsikan. Sebanyak 128 ekor hewan ternak berupa sapi milik pengungsi sudah dievakuasi ke tempat evakuasi sementara (TES) di Balai Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
"Namun ini belum seluruhnya, masih ada beberapa ekor yang belum dievakuasi (dari Gunung Merapi) karena warga memilih untuk memelihara di sana dulu," kata Koordinator Pengungsi di Balerante Zainu di Balai Desa Balerante, Minggu, 15 November 2020.
Ia mengatakan hewan ternak tersebut seluruhnya ditempatkan di kandang komunal milik Desa Balerante. Menurut dia, kandang kosong tersebut berkapasitas 280 ekor sehingga akan mencukupi jika nantinya seluruh hewan ternak sudah dievakuasi.
Untuk pakan hewan ternak, kata dia, sejumlah pengungsi lebih memilih untuk merumput di sekitar rumah masing-masing di Gunung Merapi pada pagi hingga siang hari. Jika sudah mencukupi maka warga akan kembali turun ke lokasi pengungsian untuk memberi makan ternak mereka.
"Jadi kalau siang agak sepi, mereka naik dulu. Baru kalau malam kembali ramai, mereka lebih memilih tidur di pengungsian biar lebih tenang jika sewaktu-waktu terjadi aktivitas Merapi," katanya seperti dikutip dari Antara.
Selain rumput yang dicari oleh warga, ujar dia, ada juga bantuan dari pemerintah daerah berupa konsentrat sebanyak 5 ton.
Ia mengatakan bantuan yang diberikan beberapa waktu lalu tersebut mencukupi untuk kebutuhan pakan beberapa hari ke depan.
"Tadi saya dapat informasi, katanya besok juga akan ada bantuan konsentrat lagi sebanyak 2 ton. Jadi para pengungsi tidak perlu khawatir," katanya.
Salah satu pengungsi Tuginem mengatakan setiap pagi masih kembali ke rumahnya yang berada di Dukuh Sambungrejo untuk mencari rumput. Wanita berusia 55 tahun yang mengungsi dengan suaminya ini membawa dua ekor sapi.
"Tapi kalau sudah selesai cari rumput ya langsung kembali ke sini," tutup Zainu.