IDI: Mobilitas Masyarakat Jadi Salah Satu Penyebab Gugurnya Dokter

Ratusan dokter gugur akibat COVID-19, IDI menyebut mobilitas masyarakat jadi salah satu penyebab.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Nov 2020, 18:00 WIB
Sejumlah orang mensalatkan jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Sabtu (7/11/2020). Pemakaman jenazah dengan protokol COVID-19 dalam sepekan mengalami penurunan, untuk hari ini ada sekitar 20 orang yang datang silih berganti (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Ratusan dokter gugur akibat COVID-19, Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebut mobilitas masyarakat menjadi salah satu faktor penyebab.

Mobilitas masyarakat, terlebih lagi tidak mematuhi protokol kesehatan berisiko terjadi penularan COVID-19.

"Ada kemungkinan, salah satu faktornya adalah hal-hal yang berkaitan dengan mobilitas masyarakat," ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi saat konferensi pers dari RSD Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, pada Minggu (15/11/2020).

"Mobilitas ini juga berkaitan dengan aktivitas yang berpotensi menjadi sumber penularan COVID-19, yakni tidak menjaga jarak dengan baik dan berkerumun. Kemudian berdampak pada kasus kesakitan dan kematian kepada dokter."

Data Tim Mitigasi IDI per 10 November 2020 mencatat, 159 dokter gugur akibat COVID-19. Para dokter yang wafat terdiri dari 84 dokter umum (4 guru besar), dan 73 dokter spesialis (6 guru besar), serta 2 residen yang berasal dari 20 IDI Wilayah (provinsi), dan 71 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).

"Pada tanggal 10 November 2020, ada 159 dokter yang meninggal karena COVID-19. Kemudian antara 10 November sampai sekarang (15 November 2020) (bertambah) ada dua atau tiga dokter yang meninggal," lanjut Adib.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Jangan Sampai Ada Dokter Meninggal

Foto udara lokasi pemakaman jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Sabtu (17/10/2020). Pada Sabtu (17/10), 32 jenazah dimakamkan dengan protokol COVID-19 di TPU Pondok Ranggon. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Adib mencontohkan lonjakan kasus COVID-19 yang dipengaruhi aktivitas masyarakat. Pada Mei 2020, kenaikan lonjakan kasus 20 persen.

Pada Agustus 2020 ada kenaikan lonjakan sebesar 10 persen. Faktor ini pun berkaitan dengan mobilitas masyarakat.

"Kasus positif rate yang terjadi di masyarakat juga berdampak terhadap lonjakan kasus kematian, kesakitan kepada dokter dan tenaga kesehatan. Perlu kami sampaikan kepada masyarakat, Jangan sampai ada dokter yang sakit. Jangan sampai ada yang meninggal," ujarnya.


Perubahan Perilaku Masyarakat

Warga menggunakan fasilitas tempat cuci tangan atau wastafel portabel di Pasar Bogor, Jalan Suryakencana, Kota Bogor, Sabtu (29/3/2020). Wastafel portabel itu sebagai upaya meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga mencegah penyebaran pandemi virus Corona. (merdeka.com/Arie Basuki)

Upaya mencegah paparan COVID-19 kepada dokter, Adib menekankan, masyarakat harus patuh protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak).

"Kepatuhan protokol 3M dapat menurunkan penularan COVID-19. Itu yang perlu menjadi perhatian masyarakat. Bahwa perubahan perilaku masyarakat menjadi poin penting," tegasnya.

"Sebagaimana yang disampaikan oleh pemerintah pusat dan Kementerian Kesehatan dan semua pihak terkait. Perubahan perilaku masyarakat terkait dengan adaptasi kebiasan baru yang berkaitan dengan potensi sumber penularan COVID-19 bisa dihindari."


Infografis Kombinasi 3M Turunkan Risiko Tertular Covid-19 hingga 99,9 Persen

Infografis Kombinasi 3M Turunkan Risiko Tertular Covid-19 hingga 99,9 Persen. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya