Neraca Perdagangan Oktober 2020 Surplus USD 3,61 Miliar

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Oktober 2020 surplus sebesar USD 3,61 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Nov 2020, 12:02 WIB
Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Oktober 2020 surplus sebesar USD 3,61 miliar. Surplus tersebut terjadi akibat nilai ekspor tercatat lebih tinggi sebesar USD 14,39 miliar sedangkan posisi nilai impor sebesar USD 10,78 miliar.

"Neraca perdagangan kita terjadi surplus sebesar USD3,61 miliar di Okober 2020 ini ini peningkatannya cukup besar karena terjadi penuruan dalam impor kita di Oktober," Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Setianto, dalam video conference di Kantornya, Jakarta, Senin (16/10).

Dia mengatakan, surplus ini jauh lebih besar dibandingkan surplus bulan September 2020 sebesar USD 2,39 miliar. Juga jauh lebih besar dibandingkan dengan posisi bulan Oktober 2019 yang hanya surplus sebesar USD 122 juta.

Jika dirinci surplus neraca perdagangan Indonesia menurut negara, pada posisi Oktober 2020 Amerika Serikat (AS) menjadi terbesar yakni surplus mencapai USD 1,02 miliar. Di mana ekspor Indonesia ke AS mencapai USD 1,6 miliar dan impor USD 609 juta.

Kemudian surplus lainnya juga terjadi dengan Filipinan sebesar USD 570 juta dan India sebesar USD 546 juta.

Sebaliknya ada beberapa negara yang masih mengalami defisit pada Oktober 2020. Di mana dengan Australia defisit sebsar USD 178 juta. Kemudian Ukraina defisit USD 158,1 juta.

"Meskipun Ukraina tidak begitu besar namun menyumbang defisit sebesar minus USD 158 juta," imbuh dia.

Selanjutnya defisit neraca perdagangan Indonesia juga terjadi kepada Hongkong. Yakni tercatat sebesar USD 93,2 juta.

Adapun secara keseuruhan BPS mencatat untuk neraca perdagangan dari Januari sampai Oktober 2020 mengalami surplus USD 17,07 miliar. Surplus ini jauh lebih bagus dibandingkan posisi pada bulan Januari sampai Oktober 2019 yang pada waktu itu mengalami defisit minus USD 2,12 miliar.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ekspor Sawit Indonesia Naik pada September, Bagaimana di Akhir 2020?

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (14/8/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan neraca dagang Indonesia sepanjang Januari hingga Juli 2019 mengalami defisit sebesar USD 1,9 miliar atau setara Rp 27 triliun. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Industri kelapa sawit mulai menunjukan tren pemulihan usai menghadapi situasi sulit akibat pandemi Covid-19. Tingkat produktivitas tercatat kembali meningkat pada akhir kuartal III 2020.

Menurut laporan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) pada September 2020 sebesar 4,73 juta ton, meningkat dari Agustus 2020 yang sebesar 4,38 juta ton.

Senada, nilai ekspor produk sawit pada September mencapai USD 1.871 juta, naik 10 persen dibandingkan Agustus yang sekitar USD 1.697 juta.

Bahkan, total nilai ekspor produk sawit sepanjang Januari-September 2020 mencapai USD 15.498 juta. Jumlah tersebut naik dibanding periode serupa di 2019 yang sebesar USD 14.458 juta.

Secara volume, ekspor produk sawit di September 2020 mencapai nilai 2.764 ribu ton, naik 3 persen atau sekitar 81 ribu ton dari Agustus 2020 yang sebesar 2.683 ribu ton.

Lantas, apakah tren peningkatan produksi dan ekspor CPO beserta produk turunannya akan berlanjut di tiga bulan terakhir 2020?

Wakil Ketua Umum III Gapki Togar Sitanggang mengatakan, pihaknya belum melakukan perhitungan terkait angka produksi dan ekspor produk sawit pada Oktober 2020.

"Oktober belum ada data. Oktober biasanya hampir sama dengan September. Plus minusnya sedikit," kata Togar kepada Liputan6.com, Jumat (13/11/2020).

Menurut dia, nilai produksi dan ekspor CPO pada November diperkirakan akan kembali menurun. Perhitungan tersebut diambil berdasarkan tren yang terjadi di setiap tahunnya.

"November biasanya sudah turun. Ini secara umum, tahunan seperti itu," ujar Togar.

Sebagai informasi, China masih menjadi pasar terbesar CPO dan produk turunannya asal Indonesia. Ekspor sawit ke Tiongkok pada September 2020 tercatat 645 ribu ton, naik dari 618 ribu ton pada Agustus 2020.

Kenaikan ekspor juga terjadi untuk wilayah tujuan seperti Brazil, Malaysia, Rusia, dan kawasan Afrika. Penjualan ekspor ke Brazil naik menjadi 44 ribu ton, Malaysia sebesar 39 ribu ton, dan Rusia 37 ribu ton.

Di sisi lain, India yang jadi salah satu negara tujuan terbesar pengiriman CPO dan produk sawit, nilai ekspornya stagnan di angka 351 ribu ton. Sementara ekspor ke Uni Eropa dan Pakistan pada September terpantau lebih rendah dari Agustus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya