Masih Klaim Menang Pemilu AS 2020, Donald Trump Tuding Kecurangan pada Sistem Dominion

Donald Trump masih menyebut dirinya menang Pemilu AS 2020. Pada perhitungan versi media, Joe Biden dinyatakan terpilih menjadi presiden.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Nov 2020, 15:43 WIB
Presiden Donald Trump setelah meletakkan karangan bunga di Makam Prajurit Tidak Dikenal pada Hari Veteran di Pemakaman Nasional Arlington di Arlington, Virginia, Rabu (11/11/2020). Donald Trump pertama kalinya muncul ke publik sejak kalah dari Joe Biden dalam Pilpres AS. (Brendan Smialowski/AFP)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Donald Trump masih meyakini ia menang pemilu AS 2020. Trump terus mengklaim ada kecurangan pada suara yang dikirim lewat pos. 

Hingga kini, Donald Trump belum mengaku kalah atau mengundang Joe Biden ke Gedung Putih.

"Saya menang pemilu!" ujar Donald Trump melalui Twitter, seperti dikutip Senin (16/11/2020).

Pada pemilu AS 2020, sekitar 100 juta suara dikirim lebih awal melalui surat (mail-in ballot/absentee ballot). Metode itu dilakukan karena pandemi COVID-19. 

Hasilnya, Joe Biden mengalahkan Donald Trump di beberapa negara bagian vital, seperti Michigan dan Pennsylvania.  

Donald Trump juga menyalahkan alat hitung suara Dominion. Trump menuding sistem itu tidak aman dan punya kepentingan politik.

"Sistem Voting Dominion, ditolak oleh Texas dan banyak lainnya karena tidak bagus atau aman," ujar Donald Trump.

Pihak Dominion berkata tak punya afiliasi politik dan hanya pernah sekali menyumbang ke yayasan milik Bill dan Hillary Clinton pada 2014.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Dominion

Presiden Donald Trump tiba untuk upacara peletakan karangan bunga di Makam Prajurit Tidak Dikenal pada Hari Veteran di Pemakaman Nasional Arlington di Arlington, Virginia, Rabu (11/11/2020). Trump pertama kalinya muncul ke publik sejak kalah dari Joe Biden dalam Pilpres AS. (Brendan Smialowski/AFP)

Dominion adalah salah satu platform untuk menghitung suara pemilu AS. Platform ini pertama kali disorot karena mengubah ribuan di Michigan. 

Kabar itu diumumkan oleh Partai Republik di Michigan. Ribuan suara berpindah dari Joe Biden ke Donald Trump.

"Di kabupaten Antrim, suara-suara yang dihitung untuk Demokrat sebetulnya untuk Republik, akibatnya 6.000 suara berpindah dari kandidat kami," ujar Laura Cox, Ketua Partai Republik di Michigan.

Laura Cox juga menyorot ada 47 kabupaten lain yang memakai Dominion. Ia pun meminta supaya ada pemeriksaan. 

Isu Dominion hingga kini masih beredar di kalangan pendukung Trump. Pengacara tim Trump, Rudy Giuliani, juga telah memeriksa isu ini.


Gedung Putih Klaim Donald Trump Akan Tetap Dilantik Jadi Presiden

Presiden Donald Trump meninggalkan podium usai berbicara tentang hasil Pilpres AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

Juru bicara Gedung Putih, Kayleigh McEnany, percaya bahwa Donald Trump akan tetap dilantik menjadi presiden Amerika Serikat pada Januari 2021. Padahal, Joe Biden dinyatakan menang pemilu. 

"Saya pikir presiden (Trump) akan menghadiri pelantikannya sendiri, ia faktanya harus ada di sana," ujar Kayleigh McEnany seperti dikutip dari Fox News, Minggu 15 November 2020.

Kayleigh percaya bahwa gugatan dari Donald Trump akan berhasil. Saat ini, tim Trump sedang melayangkan gugatan pemilu di beberapa negara bagian, seperti Georgia, Michigan, dan Pennsylvania. 

Mantan wali kota New York, Rudy Giuliani, dipercaya menjadi ujung tombak tim hukum Donald Trump. 

Kayleigh McEnany bersikukuh bahwa gugatan hukum ini adalah langkah pertama saja, dan bakal ada langkah-langkah selanjutnya. Ia yakin Donald Trump akan mendapat periode kedua. 

"Kita membahas bulan Januari dan Presiden Trump percaya ia akan menjadi Presiden Trump, mendapat periode kedua, dan litigasi adalah langkah pertama, banyak lagi langkah dari hal itu," ujarnya.


Popular Votes Pemilu AS 2020: Joe Biden 78 Juta Suara, Donald Trump 73 Juta

Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

Hasil perhitungan media atas popular votes (suara warga yang memilih) dalam Pemilu AS 2020 menyebut Joe Biden berhasil mengalahkan Donald Trump. Selisih suara antara kedua kandidat cukup besar hingga 5 juta suara.

Kedua capres sama-sama mendapat lebih dari 70 juta suara. Angka itu adalah rekor tertinggi dalam pemilu AS. 

Menurut peta ABC News, Joe Biden sejauh ini meraih 78,6 juta suara popular votes dan Donald Trump meraup 73 juta suara. Masih ada sekitar 3 persen suara yang dihitung.

Joe Biden menjadi kandidat menang dengan popular votes tertinggi dalam sejarah pemilihan di AS, begitu juga dengan Trump yang mendapat suara terpopuler terbanyak bagi kandidat yang kalah.

Joe Biden juga unggul dalam electoral votes (suara dari para perwakilan negara bagian) yang merupakan penentu utama pemenang Pilpres dalam sistem pemilu di Amerika. Ini berbeda dari Donald Trump dalam Pemilu 2016 yang menang dalam electoral votes, namun kalah dalam popular votes dari lawannya saat itu, Hillary Clinton.


Infografis Pemilu AS 2020:

Infografis Trump Vs Biden Klaim Kemenangan Pemilu AS 2020 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya