Catat Marjin Positif, Pengamat Sebut Gojek Berhasil Tinggalkan Strategi Bakar Uang

Pengamat menilai Gojek sudah on the track dan fokus untuk mengembangkan bisnisnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Nov 2020, 16:28 WIB
Mitra Gojek saat menerima masker di Posko Aman Bersama Gojek, Kemayoran, Jakarta, Kamis (23/4/2020). Posko Gojek menerapkan drive thru dengan 3 jenis layanan mulai dari pembagian healthy kit, pengecekan suhu tubuh dan penyemprotan cairan disinfektan untuk kendaraan. (Liputan6.com/HO/Ading)

Liputan6.com, Jakarta - Kemampuan Gojek mencatatkan contribution margin positif dinilai banyak pihak sebagai keberhasilan perusahaan karya anak bangsa itu untuk meninggalkan strategi bakar uang yang identik di kalangan start-up untuk mendorong keberlanjutan usahanya. 

Pengamat Ekonomi Internasional Universitas Indonesia Fithra Faisal menilai Gojek sudah on the track dan fokus untuk mengembangkan bisnisnya. 

“Gojek sudah cukup berhasil meninggalkan strategi bakar uang, karena banyak investor yang masuk untuk memperkuat ekosistem mereka. Mereka sudah berkembang baik, tidak hanya sebagai perusahaan transportasi tapi juga menjadi perusahaan layanan pesan-antar dan pembayaran digital terdepan di mana dua hal terakhir ini yang membuat mereka mampu survive saat pandemi sekaligus berhasil meninggalkan strategi bakar uang,” tuturnya saat dihubungi kemarin.

Fithra melihat kemampuan pengembangan bisnis Gojek sangat tinggi, di mana Gojek selama ini telah mampu menangkap peluang pasar yang ada dan menghadirkan solusi sesuai kebutuhan masyarakat. Kemampuan ini dinilai dia sangat penting, terutama di saat pandemi yang menuntut perusahaan berbasis informasi teknologi untuk memiliki portofolio yang beragam agar bisa survive.

“Banyak start-up yang kesulitan di masa pandemi, seperti yang terkait transportasi dan travel yang harus bertumbangan.  Namun Gojek sebagai super-app tidak memiliki satu layanan saja. Mereka mampu menerapkan strategi pivot dengan memperkuat layanan pesan-antar dan GoPay. Memang agar dapat bertahan di masa pandemi, mereka [perusahaan berbasis IT] itu harus engage teknologi digital. Ini kuncinya,” tukasnya.

Dihubungi terpisah, Ketua Yayasan Nexticorn Daniel Tumiwa menilai pencapaian Gojek yang mencatatkan peningkatan marjin positifsebagai awal yang bagus.

“Saya yakin Gojek melihat hasil sekarang sebagai konfirmasi dan validasi bahwa ini merupakan permulaan yang bagus. Ini berarti Gojek semakin berperan dan dibutuhkan,” kata dia.

Selain itu, lanjutnya, pencapaian marjin positif ini juga membuktikan pengelolaan fungsi yang jelas dari tiap biaya marketing yang dikeluarkan dan bisa terukur.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Cetak Laba

(Foto:Dok.Gojek)

Pada perayaan ulang tahun ke-10 yang digelar Kamis (12/11) lalu, Co-CEO Gojek, Andre Soelistyo sebelumnya mengumumkan, perusahaan berhasil mencetak laba operasional di luar biaya headquarter (contribution margin positive) di tengah kondisi penuh tantangan dalam tahun ini.

Dalam konteks contribution margin positive seperti dijelaskan Andre, setiap transaksi Gojek sudah menghasilkan cashflow yang belum dikurangi biaya headquarter. “Investasi kan ada perpaduan pendanaan dari luar dan internal cashflow. Jika ada profit dari titik produk itu, investasi yang kami lakukan tidak hanya dari luar. Sejak tahun ini investasi bisa dihasilkan dari internal cash flow, ini penting sekali,” jelasnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, semakin besar cashflow internal, maka inovasi yang dilakukan tidak lagi terlalu terbebani pendanaan dari luar.

Gojek mengumumkan jika fundamental perusahaan di tahun 2020 semakin kuat didukung oleh total nilai transaksi di dalam platform Gojek group ( Gross transaction value - GTV) yang mencapai US$12 miliar (sekitar Rp170 triliun) atau meningkat 10 persen dibandingkan tahun lalu.

Pencapaian ini didorong antara lain oleh transaksi dari pengguna aktif bulanan (monthly active users) Gojek yang telah mencapai 38 juta pengguna di seluruh Asia Tenggara.

Sementara itu, GTV dari layanan pembayaran digital, GoPay, saat ini telah melampaui total GTV di masa pra-pandemi seiring dengan semakin banyaknya konsumen dan merchant yang beralih ke layanan digital dan bertransaksi secara online.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya