Waspada, Angka Stunting Berpotensi Naik Akibat Pandemi Covid-19

Pada tahun 2019 prevalensi stunting turun menjadi 27,67 persen dari 30,8 persen pada tahun 2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Nov 2020, 13:00 WIB
Foto : Warga Adonara, Flores Timur saat membawa anak-anaknya menerima makanan tambahan untuk menanggulangi stunting (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti mengurai keunggulan ikan untuk mencegah stunting atau kerdil akibat kekurangan gizi kronis yang masih mengintai anak Indonesia.

Keunggulan tersebut diantaranya mengandung asam lemak Omega 3 tinggi untuk perkembangan mata, otak, dan jaringan syaraf serta memiliki komposisi asam amino lengkap.

"Sehingga mudah dicerna dan diserap tubuh, serta sumber vitamin D dan Kalsium bagi pertumbuhan tulang," ujar Dirjen PDSPKP, Artati Widiarti di Jakarta, Selasa (16/11).

Artati mengingatkan jajarannya untuk terus berbenah untuk mendukung penurunan stunting. Meski pada tahun 2019 prevalensi stunting turun menjadi 27,67 persen dari 30,8 persen pada tahun 2018 (Survei Status Gizi Balita Indonesia, 2019).

Namun, angka ini masih diatas angka toleransi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 20 persen. "Angka prevalensi stunting ini berpotensi meningkat dengan adanya pandemi Covid-19 di Indonesia yang berdampak pada sosial dan ekonomi masyarakat," paparnya.

Oleh karena itu, Artati memastikan KKP akan terus mendukung program prioritas percepatan penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.

Salah satu caranya dengan melakukan intervensi sensitif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya asupan protein khususnya dari ikan untuk perbaikan gizi masyarakat.

Tak hanya itu, KKP juga terus mendorong peningkatan konsumsi ikan nasional melalui Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) guna menekan angka stunting di Indonesia.

"Ditjen PDSPKP mengajak 1.000 peserta yang didominasi kaum perempuan untuk bersama-sama mengedukasi pentingnya ikan bagi anak-anak. Terlebih bagi kalangan kaum ibu, yang memiliki peran penting dalam memutuskan hidangan apa yang tersaji di meja makan," tutupnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Belajar Makan Ikan

Pedagang mengecek ikan di Pelelangan ikan Muara Baru, Jakarta, Sabtu (6/7/2019). Angka ini mengalami kenaikan 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp32 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Psikolog dan Founder ruangtumbuh.id, Irma Gustiana Andriani, mengulas tips melalui pendekatan psikologis agar anak terbiasa makan ikan. Dia menyebutkan bahwa problema utama yang sering terjadi pada saat proses belajar makan pada anak adalah gerakan tutup mulut, picky eater, alergi dan kondisi emosional lainnya.

Karenanya, agar anak gemar makan ikan, dia mengingatkan perlunya mengutamakan kenyamanan anak saat kegiatan makan. "Suasana menentukan motivasi anak," jelas Andriani.

Selanjutnya, Andriani menyebut penggunaan visualisasi yang menarik untuk perangkat makan, seperti perangkat makan yang colorful dengan tematik tertentu. Menurutnya, anak-anak memerlukan contoh karena pada anak-anak mereka jagonya meniru.

"Sajikan secara unik, kombinasikan dengan menu ikan. Kenalkan tentang ikan melalui kegiatan bermain. Berikan apresiasi pada proses pembelajaran dengan pujian verbal ataupun non verbal," imbuh dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya