Pengelolaan Lahan 30 Ribu Ha Food Estate Kalteng Target Rampung Desember 2020

Mulanya rencana penyelesaian masa tanam padi di lahan intensifikasi seluas 30 ribu ha tersebut bisa rampung pada November 2020.

oleh Nurmayanti diperbarui 17 Nov 2020, 14:15 WIB
Pengolahan lahan di lokasi pengembangan 215 hektare lahan tersebut akan melibatkan setidaknya tujuh kelompok tani yang menaungi 169 petani di Desa Siria-Ria, Humbang Hasundutan.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan proses pengelolaan lahan di mega proyek food estate atau lumbung pangan di Kalimantan Tengah (Kalteng) bisa selesai pada Desember 2020.

Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono menceritakan, mulanya rencana penyelesaian masa tanam padi di lahan intensifikasi seluas 30 ribu ha tersebut bisa rampung pada November 2020.

Momon menjelaskan, area seluas 30 ribu ha tersebut sekitar 20 ribu ha berlokasi di Kabupaten Kapuas. Sementara 10 ribu ha lainnya berada di Kabupaten Pulau Pisang.

"Perkembangannya, realisasi olah lahan sudah mencapai 63,40 persen atau sekitar 19 ribu ha dari target 30 ribu ha. Diharapkan pengelolaan lahan )food estate) seluruhnya akan selesai pada akhir November ini," ujar dia saat menggelar Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV DPR RI, Selasa (17/11/2020).

Namun, pasca dilakukan perhitungan kembali, target tersebut akhirnya mundur karena beberapa pertimbangan.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhi menyampaikan, komposisi alat mesin pertanian yang dimiliki Kementan sebenarnya sudah siap di food estate Kalteng.

Terdiri dari truk roda 2 (TR 2) sebanyak 914 unit dan TR 4 sejumlah 318 unit, yang tersebar di 5 kecamatan di Pulau Pisang dan 11 kecamatan di Kapuas.

Secara teori, ia melanjutkan, komposisi tersebut sebenarnya bisa membuat pengelolaan lahan tuntas pada akhir November.

"Tapi kenyataannya memang tidak semuanya bergerak sesuai dengan teori yang kita hitung. Sehingga kami targetkan, pertengahan atau minggu kedua Desember (2020) sudah selesai," ungkapnya.

"Karena memang kapasitas TR 4 untuk 3 ha per hari dan TR 2 untuk 0,4 ha per hari. Jadi kalau kalau kami hitung, idealnya sampai dengan minggu kedua Desember," jelas Sarwo Edhy.

Saksikan Video Ini


Kementan Siapkan Penyuluh Terbaik untuk Food Estate di Sumba

Food Estate

Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Siti Munifah, mengatakan food estate masuk dalam program Kementerian Pertanian yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

"Food estate merupakan program yang dicanangkan Presiden Joko Widodo dan dipertegas juga oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di mana disetiap provinsi harus ada dua pengembangan food estete di dua kabupaten. Hal tersebut untuk penyediaan pangan daerah maupun peningkatan ekspor," ujar Siti Munifah saat melakukan kunjungan di food estate Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (12/10/2020).

Menurutnya, Kementerian Pertanian melalui BPPSDMP terus mendorong kemampuan penyuluh untuk mendampingi petani dan mau berkomitmen dalam pelaksanaan pembangunan food estate yang salah satunya di Sumba NTT.

Siti Munifah menambahkam, untuk mempercepat pembangunan pertanian harus dimulai dari desa dan untuk mempercepat komunikasi antara Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kecamatan, Kementan sudah membentuk Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) yang merupakan transformasi dari BPP. Dengan Kostratani, fungsi BPP lebih ditingkatkan berbasis IT dan single data.

"Kalau Bupati mau menyampaikan atau melihat data produktivitas terkait food estate bisa di Kostratani. Dan melalui komunikasi lewat Kostratani, semua permasalahan di lapangan akan diatasi melalui lintas Direktorat Jenderal Kementan," ujar Siti Munifah.

Sementara Bupati Sumba Tengah, Paulus S K Limu mengatakan, program food estate dan Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang diinisiasi Gubernur NTT, akan mampu meningkatkan ekonomi dan pendapatan masyarakat khususnya di Sumba Barat.

"Pemda Sumba Tengah telah menyiapkan lahan seluas 5.000 hektare untuk pengembangan food estate. Lahan tersebut 3.000 hektare untuk lahan sawah dan 2.000 hektare untuk lahan ladangnya. Selama 2 bulan ini, kami sudah olah lahan jagung 800 hektare, selebihnya Tanpa Olah Tanah (TOT). Sedangkan untuk lahan sawah sedang dilakukan proses sambil menunggu cuaca yang baik," terangnya.

Kawasan food estate nantinya tidak hanya tanam jagung dan padi saja, tapi juga tanaman lain seperti buah dan sayur serta perkebunan, sehingga akan menjadi kawasan agrowisata.

"Di setiap kesempatan saya selalu bilang, saya bukan bupatinya Sumba Tengah, tetapi bupatinya food estate. Hal tersebut karena saya mau Sumba Tengah keluar dari kemiskinan yang 36 persen. Dan untuk mengurangi kemiskinan tersebut, harus kembali kepada pertanian, perkebunan dan dan perikanan, tanpa itu semua tidak bisa," ujar Paulus.

Paulus menambahkan, bahwa untuk melakukan pengembangan food estate harus direncanakan dengan matang, baik dari segi pemakaian benih unggul, pemupukan serta menggunaan teknologi alat dan mesin pertanian.

"Saat penanaman juga dilakukan dengan brigade, yaitu melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, SMK, serta babinsa, karena kalau dilakukan sendiri tidak bisa. Yang menjadi permasalahan dalam pengolahan lahan adalah kurangnya alsintan, kalau alsintannya lebih banyak akan lebih baik. Tapi kami tidak, kami juga tidak mengeluh dan terus berjalan," tambahnya.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya