Liputan6.com, Jakarta - Teknik arsitektur Jepang menarik perhatian para penasihat UNESCO. Dalam sebuah panel, para penasihat tersebut telah merekomendasikan bahwa keahlian arsitektur tradisional Jepang yang digunakan dalam struktur berbingkai kayu masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda, kata pemerintah Jepang.
Melansir dari laman Kyodo, Selasa, 17 November 2020, berdasarkan rekomendasi tersebut, UNESCO mendaftarkan keahlian arsitektur Jepang dalam pertemuan online yang dijadwalkan pada 14 hingga 19 Desember 2020.
Baca Juga
Advertisement
Rekomendasi tersebut mencakup teknik di 17 area penting untuk memperbaiki dan memulihkan kuil, kuil, dan rumah tua di Jepang, yang secara tradisional terbuat dari kayu.
"Saya berharap UNESCO akan membuat keputusan resmi bulan depan seperti yang direkomendasikan," kata menteri kebudayaan Koichi Hagiuda dalam sebuah pernyataan.
Keahlian arsitektur Jepang itu, termasuk untuk atap dan dekorasi, dan strukturnya. Sebagai contoh Horyuji, kuil Buddha di prefektur barat Nara yang lebih dulu telah masuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1993 bersama Hokkiji.
Teknik arsitektur Jepang itu meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa dan angin topan, meskipun menggunakan bahan alami yang rapuh seperti kayu, gulma, dan tanah.
Saksikan video pilihan di bawah ini :
Daftar ke-22
Jika terdaftar, keahlian arsitektur akan menjadi daftar ke-22 Jepang, bergabung dengan item seperti seni pertunjukan Kabuki dan Noh. Jepang menominasikan keterampilan arsitektur tersebut pada Maret 2019 lalu untuk kedua kalinya.
Komite beranggotakan 24 orang tersebut telah memutuskan untuk tidak mempertimbangkan permohonan awal karena jumlah permintaan dari negara anggota melebihi batas.
Pemerintah Jepang selanjutnya berharap untuk memasukkan tarian rakyat Furyu-odori ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda, mengincar daftar pada 2022.
UNESCO yang berbasis di Paris pada awalnya berencana untuk mengadakan pertemuan Komite Antarpemerintah di Jamaika mulai akhir November 2020. Namun, pertemuan tersebut ditunda karena pandemi corona covid-19.
Advertisement