Liputan6.com, Jakarta Dena Rachman mengenang keputusannya untuk menjadi transgender. Bermula dari suatu pagi ia mengetuk pintu kamar orangtuanya. Dena Rachman memberi tahu keinginan untuk menjadi transgender.
“Pa, Ma, aku enggak bisa hidup seperti ini lagi. aku enggak nyaman menjadi kayak gini dan aku lebih memilih untuk hidup sebagai wanita karena aku seorang wanita,” kata Dena Rachman kala itu.
Baca Juga
Advertisement
Andai ayah ibu tak setuju, Dena Rachman siap meninggalkan rumah. Dena Rachman merasa percuma menjalani hidup sebagai pria seutuhnya. Mendengar ini, ayah ibu Dena Rachman terperenyak.
Pergi Saja Atau Gimana
“Aku pergi saja atau gimana, karena percuma kalaupun tetap (hidup) begini, aku merasa seperti sekarat. Aku merasa seperti sudah mati. Ya sudah, nyokap nangis, bokap syok,” Dena Rachman bercerita.
Hikmah di balik momen ini, untuk kali pertama ia merasakan komunikasi terbuka dengan ayah ibu. Terjadi dialog hangat. Dena Rachman berbagi cerita apa yang selama ini dirasakannya.
Advertisement
Mereka Fokus ke Masa Depan
Tak mudah bagi orangtua untuk menerima anak jadi transgender. “Yaitu balik lagi, mereka fokus ke masa depan. Jadi gue kasih juga mereka pengertian. (Gue) punya modal dan tahu mau ngapain ke depan,” ia menyambung.
Ini disampaikannya dalam video “Sempat Ateis, Akhirnya Dena Rachman Percaya Pada Tuhan” yang mengudara di kanal YouTube Daniel Mananta Network, Selasa (17/11/2020).
Nyokap Memeluk
Mendengar pernyataan Dena Rachman, orangtua memberikan reaksi berbeda. “Nyokap memeluk dan bilang tetap mencintai saya. Ayah butuh waktu lebih lama untuk akhirnya bisa menerima dan menyadari kondisi anaknya,” urainya.
Kini, hubungan Dena Rachman dan orangtua baik. Bahkan, tak pernah sebaik ini. Tidak hanya orangtua, keluarga besar menerima keputusan Dena Rachman. Pernah, suatu hari ia dan keluarga menghadiri acara pernikahan.
Advertisement
Cantik dan Berprestasi
Ibunda Dena Rachman menceritakan kondisi anaknya yang transgender kepada keluarga besar. Kabar ini didengar kakek Dena Rachman. Sang kakek memberi cinta dan dukungan.
“Kakek saya bilang: biar saja Gin, yang penting dia cantik dan berprestasi. Gue langsung wah, Aki. Saya bersyukur bahwa keluarga saya memilih untuk mencintai dan menerima saya daripada membenci,” pungkasnya.