Jadi Lumbung Pangan Dunia, Jokowi Minta Sektor Pertanian Makin Inovatif

Pemerintah tengah berfokus pada pengembangan lumbung pangan (food estate) di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 18 Nov 2020, 10:06 WIB
Presiden Jokowi menjajal salah satu alat dan mesin pertanian dari Kementerian Pertanian RI.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah berfokus pada pengembangan lumbung pangan (food estate) di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pengembangan food estate tersebut jadi potensi agar Indonesia bisa menjadi salah satu lumbung pangan dunia.

"Saat ini banyak negara di dunia melihat pentingnya pengembangan sektor pangan. Bukan hanya untuk merespon kemungkinan terjadinya krisis pangan akibat pandemi, tapi juga karena kebutuhan pangan sejalan dengan melonjaknya populasi penduduk di seluruh dunia," kata Jokowi saat membuka Jakarta Food Security Summit (JFSS), Rabu (18/11/2020).

Menurut dia, hampir setengah populasi penduduk dunia berada di kawasan Asia. Termasuk di 3 negara terbesar yakni China, India dan Indonesia.

"Situasi ini membuka peluang yang menjanjikan bagi sektor pangan. Kebutuhannya sangat besar, pasarnya sangat besar, dan akan terus tumbuh," ujar Jokowi.

Namun, ia mengingatkan pengembangan sektor pangan membutuhkan cara-cara baru yang inovatif. Sehingga mampu meningkatkan efisiensi proses produksi, meningkatkan pangan berkualitas dengan harga terjangkau, memperbaiki daya dukung lingkungan, hingga mensejahterakan para petani.

"Kita harus melompat dengan cara-cara baru, dengan skala produksi yang lebih besar dengan peran sentral korporasi petani. Mengedepankan nilai tambah di tahap on farm maupun off farm, dan berbasis teknologi modern yang lebih efisien dan lebih produktif," imbuhnya.

"Sehingga memberikan kesejahteraan yang lebih baik pada para petani dan sektor-sektor pendukungnya," pungkas Jokowi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Dampak Pandemi, Pekerja di Sektor Pertanian Bertambah

Petani menanam padi di sawah kawasan Tangerang, Banten, Jumat (7/8/2020). PDB pertanian tumbuh 16,24 persen pada triwulan-II 2020 (q to q), bahkan secara y0y sektor pertanian tetap berkontribusi positif yakni tumbuh 2,19 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto menyadari di tengah kondisi pandemi Covid-19 banyak masyarakat yang beralih pekerjaan. Utamanya di sektor-sektor tertentu, seperti misalya pertanian.

Dia mengatakan, dari jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2020 sebanyak 128,45 juta orang, mayoritas mereka bekerja di sektor pertanian. Tercatat, pada Agustus sektor pertanian tumbuh 29,76 persen.

Kemudian kedua diikuti perdagangan sebesar 19,23 persen, industri pengolahan 13,61 persen, akomodasi dan makanan minuman 6,65 persen serta konstruksi 6,28 persen.

"Dari struktur tidak berubah, 3 sektor serap banyak angkatan kerja, pertanian 29,76 persen, kemudian perdagangan dan pengolahan," katanya di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Kamis (5/11/2020).

Dia menambahkan, sektor pertanian juga tercatat mampu menyerap tenaga kerja pada Agustus 2020, yakni mencapai 2,23 persen. Kemudian diikuti perdagangan 0,46 persen, jasa kesehatan 0,02 persen serta informasi dan komunikasi 0,01 persen.

"Ada pergeseran jumlah penduduk bekerja di pertanian meningkat 2,23 persen demikian perdagangan terutama perdagangan eceran meningkat," ungkap dia.

Adapun lapangan kerja yang mengalami penurunan jumlah tenaga kerjanya yaitu industri pengolahan mencapai minus 1,3 persen, konstruksi minus 0,46 persen dan jasa pendidikan minus 0,29 persen.

Selain itu juga ada, administrasi pemerintahan minus 0,28 persen, jasa perusahaan minus 0,11 persen, jasa keuangan dan asuransi minus 0,17 persen, pertambangan dan penggalian minus 0,06 persen serta pengadaan air dan real estat 0,01 persen.

"Bisa dilihat bahwa hampir seluruh sektor terjadi pengurangan jumlah penduduk yang bekerja terutama untuk industri pengolahan terjadi pengurangan besar," tuturnya.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya