Bank Dunia: Siswa Miskin Makin Tertinggal Akibat Pandemi COVID-19

Bank Dunia menyorot nasib siswa miskin di tengah pandemi COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Nov 2020, 13:05 WIB
Aktivitas warga permukiman bantaran rel di Jakarta, Minggu (18/10/2020). Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan angka kemiskinan di Indonesia naik pada periode September 2020. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia merilis tiga laporan terbaru mengenai potensi pendidikan di Indonesia. Laporan itu membahas potensi pendidikan di Indonesia, anggaran, serta kualitas pendidikan dari Kementerian Agama.

Pandemi COVID-19 tentu juga ikut disorot karena memberikan dampak bagi siswa-siswa yang lebih miskin.

"Murid-murid dari keluarga miskin sering tertinggal dari teman-teman mereka," jelas Direktur Bank Dunia di Indonesia, Satu Kahkonen, Rabu (18/11/2020).

"Pandemi membuat disparitas ini semakin parah," imbuhnya.

Murid yang mengalami tantangan tak hanya yang miskin, namun juga yang tinggal di daerah peolosok dan memiliki disabilitas. Bank Dunia meminta pemerintah agar memastikan tak ada anak yang tertinggal.

Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Australia, Allester Cox, juga menyorot kerugian waktu belajar akibat penutupan sekolah terhadap siswa-siswa. 

"Pandemi memiliki biaya signifikan," ujar Cox. "Siswa-siswa miskin semakin tertinggal jauh."

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Murid Tak Sadar Kualitas Edukasi Kurang Mumpuni?

Mendikbud Nadiem Makarim saat rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (16/11/2020). Rapat membahas evaluasi program belajar dari rumah terkait subsidi kuota internet serta isu-isu kesiapan rekrutmen guru honorer tahun 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Spesialis pendidikan Bank Dunia, Noah Yarrow, menyebut sebagian besar murid puas dengan kinerja guru mereka. Murid-murid berkata para guru memotivasi mereka untuk sukses. 

Masalahnya, skor murid Indonesia tertinggal di tingkat internasional seperti PISA. Noah lantas menduga murid-murid tidak sadar mengenai kualitas pendidikan di Indonesia.

"Murid-murid kemungkinan tidak sadar pada tantangan-tantangan yang ada atau sudah terbiasa dan menerima saja," ujar Yarrow.

Beberapa solusi yang Noah Yarrow sampaikan adalah agar pemerintah memastikan murid-murid bisa melampaui standar minimum. Pendidikan PAUD juga dianggap penting untuk memulai pendidikan sejak awal. 

Bank Dunia juga menyarankan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, membantu lembaga-lembaga yang mendukung pendidikan, serta menunjang pengembangan profesi guru dan menyediakan insentif yang sesuai. 


Solusi dari Nadiem

Mendikbud Nadiem Makarim (kiri) mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (16/11/2020). Rapat membahas evaluasi program belajar dari rumah terkait subsidi kuota internet serta isu-isu kesiapan rekrutmen guru honorer tahun 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim berkata pemerintah telah memberikan solusi dengan menyederhanakan kurikulum hingga pelonggaran aturan BOS. 

"Dana Bos kita bebaskan untuk segala kebutuhan Pembelajaran jarak jauh, untuk laptop boleh, subsrkipsi layanan online boleh," ujar Nadiem yang turut hadir di acara. 

Nadiem berkata fokus lain dari pendidikannya adalah memperbaiki kualitas guru. Nadiem tidak setuju jika guru-guru dibawa seminar ke hotel. 

Selain itu, Nadiem berkata telah memberikan modul agar membantu para orang tua mengajari anaknya di rumah. Terkait pembelajaran tatap muka, Nadiem menjelaskan sudah membuat zona-zona, sehingga memungkinkan belajar tatap muka di wilayah tertentu.


Infografis COVID-19:

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya