Iran Cemas Angka Kematian Akibat COVID-19 Bertambah 2 Kali Lipat

Iran meminta rakyat agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Nov 2020, 13:29 WIB
Petugas berpakaian pelindung berjalan melewati deretan tempat tidur di rumah sakit sementara khusus pasien virus corona COVID-19 di Teheran, Iran, Kamis (26/3/2020). Rumah sakit sementara yang dibangun di pusat pameran internasional ini memiliki 2.000 tempat tidur. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Liputan6.com, Tehran - Iran khawatir warga yang terpapar COVID-19 bisa bertambah dua kali lipat jika masyarakat tak patuh protokol kesehatan. Menteri Kesehatan Iran Saeed Namaki berkata, ini adalah kesempatan terakhir.

"Ini adalah kesempatan terakhir agar sistem kesehatan kita pulih, jika masyarakat gagal, kita akan kalah dari dan mencapai angka kematian hingga 4-digit," ujar Menkes Iran seperti dilansir Middle East Monitor, Rabu (18/11/2020).

Saeed Namaki mengatakan, jumlah itu adalah 'jurang yang dalam' dan sulit bagi negara untuk keluar dari situasi itu.

Saat ini, Iran dan Eropa mulai memasuki musim dingin sehingga dikhawatirkan kasus COVID-19 melonjak. Negara-negara Eropa sudah mencatat lonjakan kasus COVID-19. Prancis juga menerpkan lockdown kembali.

Hingga Selasa 17 November 2020, ada tambahan 113.352 kasus COVID-19 baru di Iran. Totalnya, ada 788.473 kasus.

Angka kematian ada 42.461 total warga Iran yang meninggal akibat COVID-19. Jumlah pasien meninggal di Iran merupakan yang tertinggi di Timur Tengah.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Perketat Protokol Kesehatan

Petugas berpakaian pelindung bekerja di rumah sakit sementara khusus pasien virus corona COVID-19 di Teheran, Iran, Kamis (26/3/2020). Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Kedokteran Iran mengatakan, satu warga Iran meninggal akibat virus corona COVID-19 setiap 12 menit. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Iran tidak menerapkan lockdown total. Pemerintah Iran berkata akan memperketat protokol kesehatan di ibu kota Tehran dan kota-kota lainnya.

Pengetatan aturan akan dimulai pada 21 November mendatang. Bisnis dan layanan non-esensial akan tutup atau dikurangi.

Akses keluar masuk kendaraan juga akan dibatasi. Bila protokol diterapkan, mobil-mobil tak diizinkan untuk keluar masuk kota-kota yang aturannya sedang diperketat.

Saat ini, Iran sedang disanksi Amerika Serikat. Sanksi tersebut dinilai Iran memberatkan kondisi negaranya.


Pekan Lalu, Donald Trump Nyaris Serang Iran

Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

Presiden Amerika Serikat Donald Trump nyaris menyerang Iran pada pekan lalu. Targetnya adalah situs utama nuklir Iran.

Dilansir Arab News, Selasa 17 November 2020, Presiden Trump telah mengundang para petinggi negara di Oval Office untuk membahas serangan ini. 

Turut hadir adalah Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, (plt) Menteri Pertahanan Christopher Miller, dan pemimpin Kepala Staf Gabungan Mark Milley.

Donald Trump meminta opsi kepada penasihatnya untuk menyerang nuklir Iran. Setelah menimbang-nimbang, ia akhirnya membatalkan niatnya, sebab ada risiko konflik yang meluas.

"Dia (Trump) meminta opsi-opsi. Mereka memberikannya berbagai skenario dan ia akhirnya memutuskan tidak melanjutkannya," ujar seorang sumber kepada The New York Times.

Pihak Gedung Putih menolak berkomentar mengenai atas niat penyerangan Iran ini.


Infografis COVID-19:

Infografis 9 Waktu Tepat Cuci Tangan Hindari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya