Harga Kereta INKA Lebih Murah dari China

PT INKA (Persero) terus bersaing di pasar global

oleh Athika Rahma diperbarui 18 Nov 2020, 19:53 WIB
11 Bogie (sistem kesatuan roda pada kereta api) hasil rakitan PT INKA Madiun tiba di Yogyakarta. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Industri Kereta Api (INKA) Budi Noviantoro membeberkan proyek-proyek internasional yang tengah dikerjakan perusahaan. Proyek tersebut didapatkan dengan lelang terbuka.

Langkah ini, menurut Budi, memiliki resiko di persaingan harga, terutama dengan negara yang menjual produk rakitan dengan harga murah seperti China. Kendati, Budi bilang harga kereta api rakitan INKA masih lebih murah dibanding produksi China.

"Lelang terbuka ada risikonya apalagi kalau kita bersaing dengan perusahaan-perusahaan China maka kita semua tahu, bahwa kalau China harganya sudah mepet, INKA masih murah jadi menang," ujar Budi dalam acara Ngopi BUMN, Rabu (18/11/2020).

Menurutnya, INKA masih beberapa kali memenangkan lelang seperti di Bangladesh, yaitu dengan menyelesaikan kontrak terakhir 250 kereta pada Oktober lalu.

Pihaknya juga sedang menyelesaikan pemesanan dari Filipina, yaitu berupa 6 trainset diesel multi unit (DMU), 3 lokomotif dan 15 kereta penumpang dari INKA.

"Kebetulan lagi Covid dan Manila lockdown sehingga kita kesulitan untuk bisa mengirim. Mudah-mudahan bulan depan sudah bisa kita kirim karena tim Filipina sudah dateng ke INKA untuk melakukan tes," ujar Budi.


INKA Bakal Bangun Pabrik Kereta Api di Afrika

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta PT Inka untuk mulai mewujudkan kereta listrik modern dengan menggunakan baterai. (Dok KSP)

PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA menjajaki peluang pembangunan pabrik kereta api di negara Benua Afrika. Hal ini dilakukan untuk mendukung proyek transportasi kereta api di sana yang akan dilakukan 30 tahun ke depan.

Direktur Utama INKA Budi Noviantoro mengatakan, pihaknya tengah berfokus melakukan penetrasi ke pasar Afrika.

"Jadi saat ini kita sudah masuk di Afrika, ada 3 negara yang sudah deal dengan INKA," jelas Budi dalam acara Ngopi BUMN secara virtual, Rabu (18/11/2020).

Nantinya, INKA akan bekerja dengan beberapa perusahaan di benua Amerika. Setidaknya, ada 1 atau 2 pabrik yang akan dibangun.

Budi juga menjelaskan peluang pembangunan lintasan kereta api di benua Afrika yang tercantum dalam peta proyek African Belt Economic Development (ABED) yang menghubungkan negara-negara network yang memiliki keterbatasan dalam jual beli komoditi ke luar negeri.

"Jadi, ada Mali-Senegal ada 1.929 Km yang harus kita upgrade, kemudian Burkina Faso-Pantai Gading kira2 622 Km dan seterusnya, yang paling besar adalah masuk di area DRC Kongo, jadi ada Kongo dan DRC Kongo, kira kira realisasinya sekitar 4.000 Km tapi mereka minta lagi untuk double track bisa saja 11.000 Km, ini di sekitaran Kongo saja," katanya.

Pembayaran pembangunan lintasan kereta api ini akan menggunakan skema pemanfaatan sumber daya alam tiap negara. Nantinya, INKA bisa menyerap sumber daya tersebut dalam masa waktu tertentu sebagai timbal balik dari membangun lintas kereta api.

Selain pasar Afrika, INKA juga tengah membidik pasar Amerika Latin seperti Guyana, Suriname, Honduras. Budi bilang, INKA menawarkan satu paket mulai dari survei, desain, konstruksi, pengadaan, supervisi dan operator yang dimasukkan ke dalam satu paket termasuk training tenaga lokal untuk bisa membantu mengoperasikan kereta atau proyek lainnya.

"Kata kuncinya, mereka sudah agak bosan dengan produk Cina. Memang agak jauh tapi itulah pasar yang masih memungkinkan INKA dan BUMN lain masuk," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya