Liputan6.com, Jakarta - Ekonom sekaligus Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah memprediksi Bank Indonesia (BI) akan kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 4 persen, pada Rapat Dewan Gubernur atau RDG 18-19 November 2020 ini.
Meski ruang penurunan suku bunga acuan dinilai masih terbuka dalam jangka pendek ini.
Advertisement
"Saya perkirakan BI akan mempertahankan suku bunga pada RDG ini. Walaupun BI punya ruang untuk menurunkan suku bungakarena nilai tukar Rupiah stabil cenderung menguat," ujar dia ketika dihubungi Merdeka.com, Kamis (19/11/2020).
Piter mengatakan, keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan tersebut didasarkan pada belum maksimalnya respon perbankan terhadap pemangkasan BI7DRR yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga BI perlu memberikan waktu kepada perbankan untuk merespon terlebih dahulu suku bunga acuan yang sudah turun sepanjang tahun ini.
"Jadi, saya perkirakan BI akan menunda penurunan suku bunga sampai dengan tahun depan," tutupnya.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 12-13 Oktober 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan di 4 persen. Deposit facility tetap sebesar 3,25 persen dan suku bunga lending facility tetap sebesar 4,75 persen.
"Rapat dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 12 dan 13 September 2020 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan Bi 7 day reverse repo rate sebesar 4 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - September 2020, Selasa (13/10).
Perry mengatakan, keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah.
"Bank Indonesia menekankan pada jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas termasuk dukungan Bank Indonesia kepada Pemerintah dalam mempercepat realisasi APBN 2020 guna mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi covid-19," tutur Perry.
Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gubernur BI: Penurunan Bunga Kredit Bank Sangat Lambat
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengakui penurunan suku bunga acuan BI tidak berpengaruh kepada peningkatan kredit di perbankan. Sebab, sejauh ini transmisi terhadap suku bunga kredit masih tercatat sangat minim.
Dia menduga, rendahnya transmisi penurunan suku bunga BI terhadap bunga kredit perbankan disebabkan oleh persepsi risiko perbankan yang cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
"Yang masih lambat turunnya suku bunga kredit, beberapa berkaitan dengan persepsi risiko perbankan, penurunan suku bunga kredit lambat," ujar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Kamis (12/11/2020).
Berdasarkan catatan, untuk suku bunga pasar uang dari Juli hingga Oktober 2020 telah mengalami penurunan sekitar 252 bps. Sementara untuk suku bunga deposito turun 152 bps.
Namun untuk suku bunga kredit, penurunan suku bunga baru sebesar 50 bps. Dari sisi pertumbuhan, Perry pun mengatakan kredit hanya tumbuh sebesar 0,12 persen.
Melihat kondisi tersebut, BI akan mengambil langkah-langkah baru. Melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Kementerian Keuangan, OJK, BI, dan LPS bakal pihaknya akan mendorong sekaligus menyelerasakan permintaan dan penawaran di industri.
"Fokus KSSK untuk mendorong pertumbuhan kredit adalah mematchingkan supply dan demand termasuk industri, perusahaan, untuk mengatasi permasalahan yang ada agar bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar dia.
Sementara Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso menambahkan, suku bunga kredit telah mengalami penurunan dari 10,35 persen pada bulan September menjadi di kisaran 9,8 persen di bulan Oktober.
Setidaknya dibutuhkan waktu tiga hingga enam bulan bagi perbankan untuk merealisasi penurunan suku bunga BI. "Memang ini mesti ada lacknya, tidak bisa instant karena butuh penyesuaian bagi suku bunga kredit, ada yang enam bulan, ada yang tiga bulan," tandas dia.
Advertisement