Liputan6.com, Jakarta - Melalui Classic Legends Private Limited (CLPL), Mahinda Group mengeluarkan dana 3,4 juta pound sterling (Rp 63 miliar) untuk menghidupkan kembali merek BSA. Pabrikan motor asal Inggris tersebut dikabarkan akan beroperasi tahun. Tak hanya motor konvensional, BSA akan mengembangkan sepeda motor listrik.
Menurut majalah Forbes, Anand Mahindra, Chairman Grup Mahindra yang memiliki kekayaan US$ 1,7 miliar (Rp 24 triliun) memilih untuk berinvestasi di Inggris karena sejarah produksi sepeda motornya. Tak tanggung-tanggung, Anand Mahindra siap untuk mengembalikan kejayaan BSA.
Advertisement
“Inggris adalah pemimpin sepeda motor sejak awal. Sejarah atau asal-usul dari BSA adalah sesuatu yang sangat ingin kami pertahankan. Intinya kita mau merek legendaris agar tetap ada. Para pecinta motor klasik tentu menginginkan hal ini. Sama-sama kita berharap,” ungkap Anand Mahindra ke Guardian.
Perusahaan itu juga menerima dukungan dari pemerintah Inggris, berupa dana hibah sebesar 4,6 juta pound sterling. Jumlah uang yang banyak itu rencananya digunakan untuk mengembangkan sepeda listrik. Dukungan pemerintah ini dengan harapan dapat menciptakan setidaknya 255 pekerjaan setelah produksi sepeda motor BSA berlangsung.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Fasilitas Penelitian
Pihak investor juga berencana membangun fasilitas penelitian di Banbury, Inggris. Di sana mereka bakal membuat kuda besi dengan pembakaran internal (ICE) dan mengembangkan teknologi sepeda motor listrik. Perakitan bisa dimulai tahun depan dan Mahindra berharap dapat membantu menghidupkan kembali industri sepeda motor Inggris. Setidaknya produk pertama mereka bakal meluncur sebelum 2022.
Mahindra Group adalah pabrikan traktor terbesar di dunia dan pembuat mobil terbesar ke-20 berdasarkan penjualan. Perusahaan ini memiliki merek mobil listrik Reva yang memproduksi city car G-Wiz, dan juga produsen kendaraan listrik roda tiga terbesar di dunia.
Mahindra juga memiliki pengalaman dalam menghidupkan merek sepeda motor. Pada 2016, ia mengambil saham kepemilikian di perusahaan yang telah membeli merek BSA, serta merek Republik Cek, Jawa. Jawa diluncurkan kembali pada 2018, dengan 50.000 unit penjualan dalam satu tahun pertamanya. Pencapaian inilah yang mereka ingin ulang dengan BSA.
Advertisement
BSA
Anupam Thareja, mantan bankir investasi yang juga pendiri CLPL, memimpin proyek untuk menghidupkan kembali merek BSA. Thareja awalnya mengakuisisinya, dan sekarang memiliki rencana untuk mendirikan pabrik BSA di dekat situs Small Heath di West Midlands, South-East Birmingham. Dia berkata ingin melanjutkan pesona motor Inggris yang unik dari perusahaan BSA. Tapi hingga kini dirinya enggan memberikan komentar mengenai perkiraan produksi tahunan.
Perusahaan BSA yang baru rencananya menjual sepeda motor mesin pembakaran internal tradisional terlabih dahulu. Besar kemungkinan dijual antara £ 5.000 sampai £ 10.000 atau setara Rp 93 juta hingga Rp 187 juta. Sementara untuk suku cadang didatangkan langsung dari berbagai pemasok dari Inggris dan sekitarnya.
The Birmingham Small Arms Company atau nama lengkap BSA awalnya didirikan pada 1861 untuk memproduksi senjata, dan pabrik pengerjaan logam. Kemudian beralih ke sepeda motor pada 1910. Selama 1950-an dan 60-an, BSA menjadi produsen terbesar dan merek sepeda motor Inggris paling populer di seluruh dunia. Di tahun-tahun itu, Inggris memang berjaya. Tak hanya BSA, beberapa nama lain juga mendunia seperti Triumph, Norton, dan Royal Enfield. Tapi sayangnya pada 1970-an perusahaan bangkrut dan berhenti berproduksi.
Sumber: Oto.com
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19
Advertisement