Proses Produksi Industri Petrokimia Ditargetkan Berbasis Energi Terbarukan di 2030

Kemenperin mengharapkan proses produksi industri petrokimia sudah dapat dilakukan dengan berbasis energi terbarukan atau renewable energy pada 2030.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2020, 12:50 WIB
Siemens dan Bentley Systems akan mengembangkan digital twin pertama untuk kompleks petrokimia di Indonesia miliki Chandra Asri. (Foto: Chandra Asri)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Muhamad Khayam mengharapkan proses produksi industri petrokimia sudah dapat dilakukan dengan berbasis energi terbarukan atau renewable energy pada 2030.

“Pada Indonesia’s Chemical 4.0 terdapat beberapa tantangan, mulai dari pabrik tidak efisien, adaptasi teknologi rendah, kurangnya kemampuan R&D, dan persoalan rantai pasok. Diharapkan, pada 2030, industri petrokimia ini nantinya berbasis renewable energy,” kata Khayam saat menghadiri seminar web bertajuk Indonesia Petrochemical and Plastic Industry Outlook 2021 dikutip dari Antara, Kamis (19/11/2020).

Kendati demikian, produksi berbasis migas dan batubara tetap akan dilaksanakan secara beriringan. Hal tersebut berkaitan dengan skema Indonesia’s Chemical 4.0 yang ingin dicapai.

Pada 2030, Kemenperin memproyeksikan bahwa produksi kimia dasar akan meningkat, kemudian penggunaan bahan baku dan kawasan industri semakin optimal, produktivitas di semua rantai nilai semakin meningkat, dan terdapat produsen biochemical dan kimia berbasis migas batubara terkemuka.

Untuk menuju ke sana, Khayam menyampaikan bahwa dalam tiga hingga lima tahun pertama hingga 2021, Kemenperin akan berupaya mengurangi impor kimia dasar hingga 35 persen dengan beberapa cara. Di antaranya meningkatkan kapasitas pemurnian nafta dan kimia dasar (olefin dan aromatik) untuk menyalurkan ke industri hilir.

Selanjutnya, meningkatkan efisiensi dengan menggunakan teknologi 4IR, serta memperkuat produksi serat sintetis untuk mendukung industri tekstil.

Kemudian, lima sampai sepuluh tahun selanjutnya yakni pada 2025, Kemenperin berupaya meningkatkan kontribusi penjualan resin sintetis dan serat sintetis sebesar lebih dari 1,5 kali, dengan meneruskan peningkatan produksi serat sintetis, memperkuat produksi produk perantara, dan meningkatkan kemampuan untuk mengubah biomassa menjadi biokimia dasar.

“Terakhir, 10 sampai 15 tahun hingga 2030, Kemenperin membidik Indonesia menjadi Top 5 produsen biofuel dan bioplastic,” pungkas Khayam.     

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Chandra Asri Jajaki Kemitraan Terminal Industri di Cilegon

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Chandra Asri) bersama Royal Vopak (Vopak), perusahaan penyimpanan tangki independen terkemuka di dunia, telah menandatangani Letter of Intent (LOI) untuk mendirikan perusahaan patungan (joint venture) untuk kolaborasi di bisnis infrastruktur industri di Cilegon, Provinsi Banten, Indonesia.

Chandra Asri dan Vopak akan menjajaki peluang penyimpanan yang menarik di jaringan pasokan, untuk membantu mengembangkan rantai nilai petrokimia yang ada dan membangun fondasi untuk perluasan klaster industri di Cilegon, Provinsi Banten, Indonesia.

Finalisasi LOI ini dan pendirian perusahaan patungan ini tunduk pada syarat dan ketentuan akhir, termasuk peraturan adat dan persetujuan pemegang saham.

“Kami menyambut baik ketertarikan yang ditunjukkan oleh operator kelas dunia seperti Vopak untuk bermitra dengan kami. Kami menantikan diskusi yang produktif dengan Vopak untuk bersama-sama menjajaki pertumbuhan operasi jetty dan tank farm kami yang ada saat ini, dengan dua tujuan strategis utama: pertama untuk mengembangkan bisnis jetty dan tank farm baru untuk melayani pelanggan pihak ketiga baru, dan kedua untuk mempersiapkan diri menghadapi investasi dan pembangunan infrastruktur pendukung kompleks petrokimia kedua kami," kata Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra, Presiden Direktur Chandra Asri di Jakarta, Senin (5/10/2020).

Erwin pun mengaku yakin dengan potensi pertumbuhan industri petrokimia di Indonesia.

"Dan inisiatif ini menandai langkah maju lainnya ke arah tersebut untuk memperkuat skala dan jangkauan bisnis kami, untuk melayani kebutuhan pelanggan kami serta pasar domestik," kata dia.

Saat ini, Vopak bersama-sama memiliki dan mengoperasikan satu terminal minyak di Jakarta (49 persen kepemilikan) dan satu terminal bahan kimia di Merak (95 persen kepemilikan).

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan produsen petrokimia terkemuka di Indonesia, Chandra Asri, untuk menjajaki peluang dalam layanan infrastruktur industri ini. Kami percaya pada potensi pertumbuhan jangka panjang Indonesia dan potensi kolaborasi ini akan memungkinkan kami untuk berinvestasi lebih lanjut di Indonesia yang telah ditetapkan sebagai salah satu area fokus pertumbuhan kami," ungkap Division President, Vopak Asia & Middle East Michiel Gilsing.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya