Pemerintah Yogyakarta Siapkan Ruang Isolasi COVID-19 di Barak Pengungsian Merapi

Ruang isolasi COVID-19 dibuat agar mempermudah masyarakat dalam melakukan karantina.

oleh Novita Ayuningtyas diperbarui 29 Nov 2020, 21:45 WIB
Pengungsi Gunung Merapi mengenakan masker di lokasi pengungsian di Desa Glagaharjo, Sleman, Jawa Tengah, Rabu (18/11/2020). Kondisi Gunung Merapi yang memasuki level siaga membuat beberapa desa dengan radius 5 Km dari puncak Gunung Merapi mengungsikan penduduknya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Kenaikan stastus waspada menjadi siapa pada Gunung Merapi, membuat masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di radius 5 kilometer dari puncak gunung merapi. Selain itu, bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lereng Merapi diharapkan untuk mengungsi ke tempat pengungsian ataupun ke daerah yang cukup jauh dari Gunung Merapi.

Hal ini dikarena, berdasar pantauan dari BPPTKG, dorongan magma di Gunung Merapi diperkirakan sudah mencapai puncaknya. Oleh karena itu, erupsi dari salah satu gunung paling aktif di dunia ini diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat.

Barak pengungsian merapi hingga saat ini pun telah terisi sekitar 50 persen. Namun, untuk mencegah adanya penularan COVID-19 di barak pengungsian merapi, pemerintah Yogyakarta membuat ruang isolasi COVID-19 yang berada di barak pengungsian di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Ruang isolasi yang disediakan oleh pemerintah ini tak dibangun di area Balai Desa Glagaharjo yang dijadikan sebagai barak pengungsian. Akan tetapi ruang isolasi ini dibangun di salah satu ruang kelas di SD Muhammadiyah Cepit, Glagaharjo.


Tetap Didesain sesuai protokol

Meski terbilang cukup mendadak membuat sebuah ruang isolasi di barak pengungsian, akan tetapi desain yang dibuat tetap sesuai dengan protokol kesehatan yang ada. Pasalnya, ruang isolasi ini bukan hanya harus memperhatikan mengenai jarak dan fasilitas kesehatan bagi pasien COVID-19 saja, akan tetapi juga disesuaikan dengan kondisi mitigasi bencana alam.

Dilansir Liputan6.,com daro covid19.go.id, juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito menyebut jika kondisi ruang isolasi tetap disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di pengungsian.

"Harus disesuaikan dengan bencana non alam yaitu pandemi Covid-19. Kontigensi plan dan mitigasi risiko harus disiapkan dengan matang untuk meminimalisir kerugian bahkan korban jiwa pada sektor terdampak termasuk memastikan lokasi pengungsian," ujarnya


Sesuai masukan dari Sri Sultan HB X

Seorang anak berlari di lokasi pengungsian Gunung Merapi di Desa Glagaharjo, Sleman, Jawa Tengah, Rabu (18/11/2020). Kondisi Gunung Merapi yang memasuki level siaga membuat beberapa desa dengan radius 5 Km dari puncak Gunung Merapi mengungsikan penduduknya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menurut Joko Supriyanto selaku kepala BPBD Kabupaten Sleman, ruang isolasi COVID-19 yang dibuat di salah satu kelas ini dikarenakan tidak adanya kegiatan pembelajaran. Pasalnya, kini murid-murid tengah melakukan proses pembelajaran secara online di rumah masing-masing.

"Sebelah selatan barak kan ada SD. Nah, ada banyak ruangan yang kosong. Satu ruang kelas dipakai untuk tempat isolasi (penderita) Covid-19," ujar Joko seperti yang dikutip Liputan6.com dari Merdeka.com, Kamis (19/11/2020).

Ruangan yang dijadikan sebagai ruang isolasi COVID-19 ini berisi empat bilik yang telah diberi sekat. Hal ini guna mempermudah masyarakat jika ada yang positif COVID-19 tak perlu pergi jauh ke asrama Haji untuk melakukan karantina.

Joko juga menambahkan adanya ruang isolasi di barak pengungusian Merapi ini berdasar masukan dari Gubernur DIY, Sri Sultan HB X saat melakukan tinjauan lokasi pengungsian masyarakat di Glagaharjo. Hal ini dilakukan agar masyarakat untuk mempermudah pemantauan serta perawatan bagi para pengungsi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya