Liputan6.com, Jakarta - WhatsApp baru saja meluncurkan kampanye terbaru untuk mengedukasi masyarakat cara mengenali dan mencegah penyebaran disinformasi di Indonesia.
Lewat kampanye ini, perusahaan juga ingin mengajak masyarakat lebih aktif dalam mengenali hoaks yang beredar. Kampanye ini melanjutkan sejumlah upaya perusahaan sebelumnya untuk mencegah penyebaran hoaks.
Sebagai informasi, aplikasi chatting ini memang sudah menghadirkan sejumlah fitur baru untuk memberantas penyebaran hoaks di platformnya, termasuk mengadakan sejumlah pelatihan bagi masyarakat.
Adapun kampanye kali ini bertajuk 'Jari Pintar ABC Hempaskan Hoaks’. Untuk diketahui, A berarti Amati konten pesan, B adalah Baca sampai habis, dan C adalah Cek sumber informasi.
Baca Juga
Advertisement
"WhatsApp sangat berkomitmen memberantas isu disinformasi yang marak, inilah sebabnya kami terus-menerus membarui produk kami guna berkontribusi terhadap tantangan ini," tutur Direktur Komunikasi WhatsApp APAC, Sravanthi Dev, dalam konferensi pers virtual, Kamis (19/11/2020).
Sebagai bagian dari kampanye ini, WhatsApp juga mengemasnya dengan jingle menarik dan mengajak masyarakat untuk ikut dalam tantangan menari (dance challenge) hasil koreografi bintang TikTok, Triarona.
Tidak hanya itu, aplikasi chatting milik Facebook ini juga bermitra dengan figur publik, seperti Abdul Kadir dan Rosianna Silalahi untuk menyebarluaskan kampanye penting ini di berbagai platform.
Upaya WhatsApp untuk Tangkal Peredaran Hoaks dan Spam
Untuk diketahui, WhatsApp menegaskan sangat serius mengatasi peredaran spam dan misinformasi. Hal itu diungkapkan oleh Communications Director WhatsApp APAC, Sravanthi Dev, dalam acara Sharing Session yang digelar Liputan6.com.
"WhatsApp sebenarnya didesain untuk percakapan pribadi antar dua orang pengguna, bukannya mengirimkan pesan secara massal," tutur Sravanthi saat event virtual yang diadakan pada hari ini, Selasa (27/10/2020).
Untuk itu, WhatsApp telah melakukan sejumlah langkah guna menangkal penyebaran pesan spam. Salah satunya adalah perusahaan menggunakan Machine Learning untuk mengenali aktivitas mencurigakan dari akun yang ditengarai penyebar spam.
"Kami memblokir lebih dari dua juta akun setiap bulannya. Kami juga menerima dan memproses laporan dari pengguna mengenai akun-akun bermasalah," kata Sravanthi menjelaskan.
Sementara untuk mengatasi misinformasi yang disebar lewat WhatsApp, sejak tahun lalu aplikasi olah pesan ini memang sudah membatasi fungsi forward (meneruskan) hanya berlaku untuk lima akun dalam satu waktu.
Advertisement
Berhasil Mengurangi Pesan Forward Hingga 25 Persen
Dengan cara ini, kata Sravanthi, jumlah pesan yang diteruskan mampu berkurang hingga 25 persen. Pengguna juga dapat mengetahui pesan mana yang lebih sering diteruskan lewat tanda panah yang ada di pesan tersebut.
"Lalu, kini ada pembatasan pesan yang hanya dapat dilakukan satu akun dalam waktu telah mengurangi jumlah forward pesan hingga 70 persen," ujar Sravanthi melanjutkan.
Kemampuan ini sendiri baru diterapkan sejak 2020. Tidak hanya itu, WhatsApp juga bekerja sama dengan sejumlah instansi dan komunitas dalam menangkal hoaks yang beredar. Bentuk kerja sama itu dilakukan dengan berbagi cara, seperti menyalurkan hibah senilai USD 1 juta kepada Jaringan Internasional Penguji Fakta (IFCN).
Sementara di Indonesia, WhatsApp meluncurkan chatbot bersama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan International Fact Checking Network untuk melawan misinformasi.
"Upaya memberantas hoaks dan misinformasi bukan pekerjaan satu pihak saja, sehingga kami akan terus melakukannya bersama dengan komunitas dan pegiat lain, termasuk menekankan pentingnya isu ini," tutur Sravanthi menutup pernyataannya.
(Dam/Ysl)