Wall Street Menguat Meski Kasus Covid-19 di AS Terus Meningkat

Saham naik karena Wall Street beralih ke teknologi untuk keamanan di tengah meningkatnya kasus Covid-19

oleh Athika Rahma diperbarui 20 Nov 2020, 06:00 WIB
Reaksi pasar negatif terhadap penyelesaian utang Yunani membuat indeks saham Dow Jones merosot 348,66 poin ke level 17.598.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup lebih tinggi pada perdagangan Kamis (Jumat waktu Jakarta) karena para investor meningkatkan eksposur mereka ke saham-saham perusahaan teknologi utama di tengah meningkatnya jumlah kasus virus Corona.

Dikutip dari CNBC, Jumat (20/11/2020), Dow Jones Industrial Average naik 44,81 poin atau 0,2 persen dan ditutup pada level 29.483,23. Sebelumnya, Dow turun lebih dari 200 poin.

S&P 500 juga naik 0,4 persen menjadi 3.581,87 dan Nasdaq Composite naik 0,9 persen menjadi 11.904,71. Ini menjadi kenaikan pertama untuk rata-rata saham utama dalam tiga sesi terakhir.

Saham Netflix dan Amazon masing-masing naik 0,6 persen dan 0,4 persen. Saham Alphabet naik 1 persen dan saham Microsoft ditutup lebih tinggi 0,6 persen.

Sementara itu, saham Apple naik 0,5 persen dan Facebook mengakhiri hari dengan naik 0,4 persen.

Saham juga mendapat dorongan setelah Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer, D-NY, mengatakan Pemimpin Mayoritas Mitch McConnell, R-KY, telah setuju untuk melanjutkan negosiasi tentang stimulus fiskal baru.

Berdasarkan data Universitas Johns Hopkins, Analisis CNBC menemukan bahwa rata-rata tujuh hari infeksi virus corona baru AS setiap hari sekarang berada di 161.165, naik 26 persen dari minggu lalu. Secara total, lebih dari 11,5 juta kasus virus corona telah dikonfirmasi di AS.

"Sementara kami menunggu kejelasan tentang vaksin dan stimulus fiskal tambahan, investor benar-benar berjuang untuk menafsirkan dampak jangka pendek dari melonjaknya kasus virus corona," kata Kepala Strategi Investasi di State Street Global Advisors, Michael Arone.

"Yang juga jelas adalah saham teknologi telah menjadi selimut keamanan investor. Saat kecemasan meningkat, mereka kembali ke pertumbuhan teknologi yang andal," lanjut dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kasus Covid-19 di AS

Sejumlah petugas keamanan terlihat sedang bertugas di Times Square di New York, Amerika Serikat (AS), pada 31 Agustus 2020. Jumlah kasus COVID-19 di AS melampaui angka 6 juta pada Senin (31/8), menurut Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Universitas Johns Hopkins. (Xinhua/Wang Ying)

Peningkatan kasus Covid-19 baru-baru ini telah mendorong beberapa bagian negara untuk mengambil kembali langkah-langkah yang lebih ketat untuk mengekang penyebaran virus ini.

Walikota Kota New York Bill de Blasio memerintahkan sekolah untuk menutup untuk pembelajaran tatap muka. Pada hari Kamis, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyarankan orang Amerika agar tidak bepergian untuk Thanksgiving karena wabah itu.

"Berita utama COVID negatif / peningkatan penguncian ekonomi (terutama di NYC dan LA County) mulai mengimbangi optimisme vaksin, dan itu membebani saham," tulis Pendiri The Sevens Report Tom Essaye.

"Kami sekarang menghadapi sejumlah besar pembatasan ekonomi sejak musim semi, dan itu akan membebani pertumbuhan ekonomi dan, berpotensi (menurunkan) pendapatan," jelas dia.

S&P 500 telah naik lebih dari 9 persen pada November bersama dengan Nasdaq. Sementara Dow telah naik 11,3 persen pada periode yang sama.

“Anda melihat pasar benar-benar ingin bergerak ke satu arah, dan kemudian saya pikir berita vaksin jelas merupakan katalis untuk mempercepatnya sedikit. Jadi saya tidak akan terkejut melihat bahwa perdagangan bertahan untuk beberapa waktu," ungkap Kepala Investasi di Bryn Mawr Trust, Jeff Mills.

“Meski begitu, menurut saya kepemimpinan di pasar bisa berubah-ubah selama beberapa bulan ke depan karena Anda akan berjuang melawan peningkatan kasus Covid dan berita yang secara bertahap lebih baik terkait vaksin,” tutup Mills.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya