Cerita Nakes Tangani Pasien COVID-19 sejak Awal Pandemi

Ratusan ribu pasien COVID-19 berguguran, termasuk dari pihak tenaga kesehatan. Awal-awal COVID-19, aturan protokol kesehatan begitu ketat. Namun, belakangan ini seakan banyak orang yang mengabaikan protokol kesehatan.

oleh Melly Febrida diperbarui 22 Nov 2020, 14:00 WIB
Ilustrasi Dokter (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Ratusan ribu pasien COVID-19 berguguran, termasuk dari pihak tenaga kesehatan. Awal-awal COVID-19, aturan protokol kesehatan begitu ketat. Namun, belakangan ini seakan banyak orang yang mengabaikan protokol kesehatan.

Spesialis Penyakit Dalam dr Dika Iyona Sinulingga, Mked (PD), SpPD, FINASIM dalam buku Mitos dan Fakta Menghadapi COVID-19: Pengalaman 4 Dokter Spesialis Penyakit Dalam, diceritakan bagaimana pengalamannya melayani masyarakat pada awal COVID-19 merebak di Indonesia dibanding saat ini.

Menurutnya, pada awal-awal, jumlah pasien COVID-19 masih sangat sedikit sehingga jauh lebih mudah melayaninya . Masyarakat juga masih patuh dengan protokol kesehatan. Berbeda dengan sekarang hingga akhirnya jumlah pasien terus bertambah.

“Kami sangat terbantu dengan penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) oleh pemerintah. Sekarang, peraturan sudah begitu longgar. Tidak ada sanksi yang jelas,” katanya.

Bahkan ketika warga sudah berhati-hati untuk mencegah penularan COVID-19, kata Dika, seharusnya itu juga berlaku universal. Tidak bisa salah satu pihak saja yang harus berhati-hati, perlu melibatkan orang yang berada di lingkungan sekitarnya.

"Biasanya dengan orang terdekat, kita akan lengah. Kita cenderung abai. Maka orang terdekat kita pun harus memiliki kehati-hatian yang sama dengan kita.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Hadapi Rekan pun Alami Stres karena Corona

Dika juga menceritakan bagaimana beberapa sejawatnya, yang bukan dokter, mengaku sangat stres. Sangat khawatir tertular Corona. Sebenarnya, rasa takut itu penting untuk menghindar dari bahaya. Tapi, kalau berlebihan maka orang tidak akan bisa berpikir jernih dan tenang.

"Pada akhirnya, rasa takut itu sendiri yang akan menjadi sumber masalah dan penyakit," ujarnya.

Ketika sesorang takut berlebih, lanjut Dika, umumnya mengeluh gangguan lambung atau maag, yang kemudian disangkanya sebagai salah satu gejala COVID-19.

Sebagai tenaga medis Dika tidak menampik tugasnya di masa pandemi ini membuatnya kelelahan. Salah satunya saja dalam pemakaian baju Hazmat. Proses pemasangan sampai pelepasannya saja ribet dan harus hati-hati.

Penelitian menunjukkan, salah satu tempat terbanyak tenaga medis tertular adalah di kamar ganti. Ia pun sampai mandi berkali-kali, baik itu di rumah sakit atau di rumah sebelum menyentuh apapun, apalagi menyentuh anak. Belum lagi ia harus mencuci pakaiannya secara terpisah.

Untuk itu Dika menegaskan bahwa virus ini benar-benar ada. Jangan sampai Anda mempercayainya setelah ada orang terdekat yang sakit atau meninggal karena COVID-19.


Infografis

Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya