Liputan6.com, Jakarta Sepanjang pekan ini, Dena Rachman mengejutkan publik dengan sejumlah pengakuan dari kronologi memutuskan jadi transgender hingga pindah keyakinan. Ia kini menjadi seorang Nasrani.
Diakui Dena Rachman menjadi transgender bukan perkara mudah. Orangtuanya syok berat. Bahkan, ayah Dena Rachman butuh waktu lebih lama untuk menerima keputusan anaknya.
Baca Juga
Advertisement
Belakangan Dena Rachman mengaku, banyak orang memintanya bertobat. Dena Rachman lantas melewati perjalanan spiritual berliku. Dulu ia merasa kurang dan gagal, kini sudut pandangnya berubah.
Tak Bisa Melihat Cinta
“Dulu waktu gue pakai kacamata dunia, gue melihat semuanya dengan penuh kegagalan. Penuh ketakutan, kacau,” beri tahu selebritas kelahiran Jakarta, 30 Agustus 1987 itu.
“Gue enggak bisa melihat cinta, gue enggak bisa melihat Tuhan, grace, blessing, semua yang gue lihat adalah ketakutan. Duniawi gitu lo. Gue enggak bisa melihat berkat Tuhan, kebaikan dunia,” aku Dena Rachman.
Advertisement
Gue Mengubah Perspektif
Pengakuan ini disampaikannya dalam video “Ketika Bertaubat Dena Rachman Mengubah Perspektif dan Pikirannya” di kanal YouTube Daniel Mananta Network, Kamis (19/11/2020).
“Gue mengubah perspektif. Gue memperbarui pikiran. Gue pakai tuh kacamata Tuhan, menggunakan lensa kasih. Jadi sekarang gue bisa melihat keindahan segalanya,” ia menambahkan.
Balas dengan Kasih
“Kacamata” Tuhan memungkinkannya melihat keindahan pekerjaan, persahabatan, beragam situasi meski sedang pandemi dengan lebih jelas. Bahkan Dena Rachman bisa melihat sisi indah musuh yang selama ini menabur negativitas.
Dena Rachman menyadari setiap orang, apapun identitasnya, adalah berharga dan layak dicintai. “Kamu dibenci, balas dengan kasih. Kami ditakut-takuti, balas dengan kasih. Pokoknya kasih saja,” paparnya.
Advertisement
Bukan Urusan Orang
Dena Rachman menilai, pengetahuan dan kebijaksanaan semestinya berjalan seiring. Pengetahuan tanpa kebijaksanaan seperti menerima pelajaran tanpa tahu cara mengamalkannya.
Ia juga menyorot orang-orang yang belakangan gemar mengurusi orang lain dengan dalih ingin mengubah sesama. “Bukan urusan orang untuk mengubah karakter seseorang. Itu adalah urusan Tuhan, hanya Dia yang bisa mengubahnya,” pungkasnya.