Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini, aktivitas Gunung Merapi semakin meningkat. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi(BPPTKG) Yogyakarta menyebutkan, hingga saat ini magma masih bergerak menuju ke permukaan kawah Gunung Merapi
"Magma belum muncul di permukaan. Masih menuju ke permukaan," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida saat ditemui di Kantor BPPTKG Yogyakarta, dikutip Antara, Kamis, 19 November 2020.
Advertisement
Sedangkan menurut Pos Pantau Merapi Induk Balerante yang ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menyatakan, gelombang seismik aktivitas Gunung Merapi yang terekam pada seismograf mulai memperlihatkan pergerakan yang dinamis seiring dengan perubahan status dari waspada ke siaga.
Hingga Kamis, 19 November 2020 kemarin, sudah merupakan hari ke-15 status Gunung Merapi berubah. Dan guna memantau kondisi terkini, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo melakukan kunjungan ke Kantor BPPTKG Yogyakarta.
"Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi kira-kira letusan yang berpotensi itu arahnya ke mana, dan kira-kira berapa dampaknya," ungkap Doni menurut informasi yang diterima Liputan6.com.
Berikut kondisi terkini Gunung Merapi pada hari ke-15 statusnya berubah dari waspada menjadi siaga dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Magma Masih Terus Bergerak
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi(BPPTKG) Yogyakarta menyebutkan bahwa hingga saat ini magma masih bergerak menuju ke permukaan kawah Gunung Merapi.
"Magma belum muncul di permukaan. Masih menuju ke permukaan," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida saat ditemui di Kantor BPPTKG Yogyakarta, dikutip Antara, Kamis, 19 November 2020.
Hanik mengatakan berdasarkan data-data kegempaan sejak Oktober 2020 memang mengindikasikan bahwa magma sedang bergerak menuju ke permukaan kawah Gunung Merapi.
Namun demikian, belum dapat diperkirakan kapan magma itu akan sampai di permukaan. Karena magma belum muncul di permukaan, menurut Hanik, kecepatan pertumbuhan dan volume magma hingga kini belum bisa diketahui.
Advertisement
Kubah Lava dan Arah Gugurannya
Sementara itu, menurut Hanik, berdasar pemantauan morfologi puncak sampai dengan 16 November 2020, kubah lava juga belum terdeteksi muncul di permukaan Gunung Merapi.
"Nanti kita ikuti prosesnya. Kalau terbentuk kubah lava maka akan terjadi guguran lava pijar, awan panas, dan sebagainya," kata dia.
Terkait potensi bahaya guguran lava, menurut Hanik, memiliki kemungkinan mengarah ke bukaan kawah atau ke arah Kali Gendol. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan ke arah barat, barat laut atau ke Kali Senowo.
"Tetap ada kemungkinan ke arah barat, barat laut melihat EDM atau deformasinya atau perubahan bentuk tubuh Gunung Merapi yang ada di sisi barat," jelas Hanik.
Gelombang Seismik Dinamis
Pos Pantau Merapi Induk Balerante yang ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menyatakan gelombang seismik aktivitas Gunung Merapi yang terekam pada seismograf mulai memperlihatkan pergerakan yang dinamis seiring dengan perubahan status dari waspada ke siaga.
Berdasarkan pantauan di Desa Balerante, Kamis, 19 November 2020, grafik pada gelombang seismik menunjukkan pergerakan dengan rentang satu sentimeter dari grafik yang seharusnya.
Terkait dengan pergerakan tersebut, Koordinator Pos Pantau Merapi Induk Balerante Agus Sarnyata mengatakan artinya di puncak Gunung Merapi terjadi guguran.
"Sebetulnya, peralatan ini sebagai acuan saja. Kami lebih ke pantauan secara visual. Itu kalau ada indikasi guguran, dari sini baru beberapa kali terdengar, kemarin pagi terdengar gemuruh, ini tadi tidak," kata Agus, dikutip Antara.
Ia mengatakan, jika grafik menunjukkan perbedaan maka petugas pos pantau akan mencari informasi di pos-pos lain untuk memastikan kondisi puncak Gunung Merapi pada saat itu.
Advertisement
Ada 3 Pos Pantau dan Selalu Gunakan Handy Talkie
Menurut Agus, dari pos pantau yang lain, pihaknya memastikan apakah benar di puncak Gunung Merapi terjadi guguran atau bahkan lava.
"Pos kami ada tiga, kalau pos kami terdengar semua maka informasi akan valid. Kalau cuma satu saya belum berani menyebut terdengar suara, kecuali tiga sumber melihat. Kalau terjadi awan panas dan lava pijar dan dari sini melihat maka kami sampaikan informasi tersebut," kata dia.
Sementara itu, indikasi awal jika terjadi pergerakan yang tidak biasa pada puncak Merapi maka audio yang terus berdenging di seluruh penjuru desa akan terdengar melengking.
"Kalau suaranya datar artinya normal, tetapi kalau sudah melengking masyarakat langsung sadar diri untuk segera turun. Ini sudah bagus, kalau dulu sebelum tahun 2006, suara terdengar melengking seperti ini kami harus jemput ke atas untuk mengajak mereka turun," ucap Agus.
Bahkan, saat ini sebagian masyarakat sudah memilih "handy talkie" (HT) yang terhubung dengan frekuensi radio pos induk sehingga kapan saja bisa tahu kondisi terkini puncak Merapi.
Erupsi Gunung Merapi 2020 Sama seperti 2006?
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono dalam penjelasannya terkait informasi terkini Gunung Merapi mengatakan, hasil kajian sementara ditambah pengamatan secara visual menunjukkan, aktivitas Gunung Merapi pada 2020 diprediksi memiliki kesamaan dengan erupsi 2006 silam.
Aktivitas Gunung Merapi 2020 berpotensi memicu terjadinya guguran lahar panas, akan tetapi diperkirakan tidak akan lebih buruk dari erupsi 2010.
Hanya saja, menurut Eko, hal tersebut tetap perlu diantisipasi berbagai pihak terkait, untuk situasi dan kondisi tertentu yang dapat terjadi ke depannya.
"Dapat terjadi guguran lahar panas, namun bisa jadi tidak separah 2010 lalu," kata Eko.
Lebih lanjut, Eko juga menjelaskan, Gunung Merapi saat ini memiliki potensi erupsi dengan jenis letusan efusif, yakni lava dari letusannya mengalir terus dari gunung ke tanah.
Selain itu, menurut Eko, Gunung Merapi juga berpotensi meletus secara eksplosif, di mana magma yang terfragmentasi dengan keras kemudian dikeluarkan dengan cepat dari kawah gunung.
Oleh sebab itu, BPPTKG memberikan rekomendasi untuk wilayah radius 5 kilometer dari puncak kawah merapi agar dikosongkan dari segala jenis aktivitas manusia dan tidak boleh ditinggali penduduk.
Hal itu dimaksudkan agar apabila kemudian Gunung Merapi meletus sewaktu-waktu, maka tidak terjadi korban jiwa maupun kerugian harta benda.
"Rekomendasi Radius 5 kilometer harus dikosongkan. Karena kalau jadi meletus nanti agar tidak menimbulkan korban jiwa," jelas Eko.
Advertisement
BNPB Sudah Siagakan Helikopter
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiagakan satu unit helikopter jenis Dauphin untuk memantau segala aktivitas yang menyangkut penanganan akibat erupsi Gunung Merapi.
Helikopter itu dapat digunakan oleh pemerintah daerah yang mencakup wilayah administrasi Gunung Merapi untuk penanganan jika sewaktu-waktu terjadi erupsi.
"Kami dari BNPB akan menempatkan helikopter di sini, yang bisa mungkin nanti dimanfaatkan oleh Gubernur DI Yogyakarta dan Gubernur Jawa Tengah untuk memantau perkembangan Gunung Merapi," kata Kepala BNPB Doni Monardo, Kamis, 19 November 2020.
Menurut dia, kehadiran helikopter itu menjadi upaya nyata pemerintah dalam hal mitigasi dan penanganan bencana alam serta sebagai bakti pemerintah dalam memberikan pelayanan untuk masyarakat.
"Solus Populi Suprema Lex, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Sehingga semua rencana-rencana yang berhubungan dengan antisipasi erupsi Gunung Merapi harus kita lakukan sebaik mungkin, agar mengurangi risiko, terutama korban jiwa, termasuk juga kerugian harta benda," katanya seperti dikutip Antara.
Helikopter tersebut akan dititipkan kepada jajaran TNI dan disiagakan di Lanud Adi Sucipto Yogyakarta. Badan Geologi maupun Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan dan Geologi (BPPTKG) bisa memanfaatkan helikopter itu untuk memberikan informasi yang akurat dan menjadi dasar penanganan.
Kepala BNPB Lakukan Tinjauan Langsung
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meninjau lokasi pengungsi akibat erupsi Gunung Merapi, pada Kamis, 19 November 2020.
Kunjungan ini untuk memastikan kesiapsiagaan antisipasi erupsi Gunung Merapi dilakukan dengan baik oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat.
"BNPB dan Pemerintah Provinsi menyiapkan dukungan yaitu berupa dukungan anggaran, keahlian, logistik, dan SDM,” kata Doni Monardo dalam keterangannya, Jumat (20/11/2020).
Kepala BNPB menyampaikan pengungsi Gunung Merapi prioritas adalah kelompok rentan yaitu orangtua, anak-anak, ibu hamil, orang sakit dan disabilitas. Selain itu, ia juga memastikan penerapan protokol kesehatan.
"Para pengungsi dan relawan harus swab untuk menghindari penyebaran virus Covid-19 di lingkungan pengungsian Gunung Merapi. Selain itu protokol kesehatan harus tetap dijalankan selama masa pengungsian. memakai masker, jaga jarak dan hindari kerumunan, serta rajin cuci tangan," jelas Doni.
Advertisement