Liputan6.com, Jakarta - "Saya akan lebih hemat bulan ini." Banyak orang pastinya sudah pernah mengucapkan kalimat seperti itu. Tapi menurut konsultan finansial, Amanda Clayman, mengubah kebiasaan buruk dalam mengelola uang memang tidak mudah.
Clayman sendiri berpendapat, kebiasaan pengeluaran uang yang impulsif biasanya akan cenderung dilakukan jika otak kita berada di mode autopilot. Tetapi mengimplementasikan solusi jangka pendek dan panjang bisa menjadi solusi dari kecenderungan buruk tersebut, seperti melansir laman CNBC, Minggu (6/12/2020):
Advertisement
1. Gunakan Uang Tunai
Dulu saat Clayman masih membayar hutang dari penggunaan kartu kredit, dirinya membiasakan untuk membawa sejumlah uang tunai ke dalam dompetnya. Tujuannya adalah untuk bisa menyisakan uang tunai sebanyak mungkin pada akhir Minggu.
Membayar sesuatu dengan menggunakan kartu kredit atau aplikasi memang terasa jauh lebih nyaman, tapi dengan adanya visualisasi uang tunai yang terus dibelanjakan, menurut Clayman cukup efektif dalam membuat dirinya mengubah perilakunya.
Clayman merasa bahwa hal itu efektif karena ada suatu beban tersendiri bagi seseorang untuk mengeluarkan uang tunai dan menghitungnya untuk membayar sesuatu.
Sampai sekarang pun, Clayman masih mengikuti aturan ini: Jika dirinya tidak mempunyai rencana pengeluaran penting, maka dia selalu menyimpan sejumlah uang tunai, satu atau dua kartu kredit, SIM, beberapa kartu bisnis dan catatan tentang 3 tujuan finansial akhir.
Psikologis Mary Gresham bahkan mengambil langkah yang lebih jauh lagi. Dirinya merekomendasikan untuk membawa jumlah uang tunai jauh lebih banyak, sekitar USD 50 (Rp 700 ribu) hingga USD 100 (Rp 1 juta), dengan begitu orang berfikir dua kali jika ingin melakukan pengeluaran besar.
2. Ketahui Pola Pengeluaran Masing-Masing
Mengidentifikasi kebiasaan diri sendiri perlu menerima 2 kejujuran soal hubungan kamu dengan uang.
- Kondisi emosional kamu mempengaruhi pengeluaran uang
- Kamu menaruh sebuah nilai simbolik kepada sesuatu yang sudah dibeli.
Pikirkan perasaan atau emosi apa yang membuat kamu perlu mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli sesuatu. Kebutuhan emosional apa yang terpenuhi jika kamu sudah melakukan kebiasaan ini? Apakah kamu mengejar sebuah pencapaian? Atau kamu berbelanja untuk menghilangkan rasa cemas?
Selanjutnya, refleksikan hal apa yang kamu belanjakan dan alasannya. Apakah kamu menilai diri sebagai orang yang selalu mentraktir orang lain saat makan siang atau menjadi individu yang selalu mempunyai barang-barang terbaru?
Dengan lebih mengenal akan kondisi emosional dan pemicu simbolik kamu, maka hal itu akan membantu dalam mencegah seorang individu untuk tidak terlalu boros untuk soal pengeluaran uang tabungannya.
3. Berhenti Sejenak
Pengeluaran spontan memang kelihatannya terlihat tidak terlalu serius, tapi jika diakumulasikan maka jumlah uang yang sudah dikeluarkan bisa jadi menumpuk.
Untuk mengurangi kebiasan dari pengeluaran semacam ini, Clayman biasanya mengaplikasikan peraturan untuk berhenti sejenak selama 24 jam jika inginmembeli sesuatu. Mengatakan "tidak" di momen sesaat bisa menjadi tantangan tersendiri, mengingat mengatakan "iya" akan jauh lebih mudah. Tapi dengan mengatakan "saya belinya esok hari saja," akan membuat kamu jauh lebih mudah untuk keluar dari kolom pembayaran dari komputer atau smartphone masing-masing.
Dengan keputusan tersebut pun, bisa memberikan kamu waktu untuk merefleksikan kepentingan dan menghentikan kebiasaan impulsif untuk berbelanja.
4. Bersemangat dalam Mencapai Tujuan Akhir
Berdasarkan studi dari Prudential Financial Wellness Census, sebanyak 50% orang Amerika Serikat merasa bahwa mobilitas finansial mereka sudah tidak bisa dirubah. Dimana kebanyakan dari mereka berfikir bahwa kondisi keuangan di masa depan nanti sudah tidak bisa dirubah kembali.
Cara terbaik untuk menangkal mindset seperti ini adalah untuk memvisualisasikan masa depan dan mencoba untuk merencakan tujuan demi meraih mimpi tersebut. Misalnya saat kamu bisa berhasil memotong pengeluaran, apa yang akan dilakukan selanjutnya?
Coba catat 3 tujuan akhir finansial kamu, dan tempel di tempat yang bisa mudah terlihat. Dengan begitupun, kamu akan terus teringatkan untuk terus berusaha mencapai tujuan akhir tersebut dan mengurangi pengeluaran yang tidak terlalu dibutuhkan.
5. Kencani uang Kamu
Memang normal untuk menghindari sebuah masalah jika tidak mau berhubungan dengan perasaan negatif. Kalau memang hal itu merupakan kebiasaan kamu, mungkin menghindari pernyataan bank dan tagihan menjadi sebuah keperluan sendiri yang memang memberikan rasa kelegaan sementara, tapi akan memunculkan kecemasan untuk nantinya.
Clayman sendiri bercerita bahwa dirinya belajar dari pengalaman pahitnya. Dengan lebih banyak waktu yang diluangkan dengan uang masing-masing, maka akan semakin tinggi kepercayaan diri dan kemampuan seseorang dalam membuat perubahan dalam hidup sesuai yang diinginkan.
Clayman menyarankan untuk memperlakukan kegiatan mengulas kondisi finansial seperti kencan mingguan daripada sebagai tugas. Buat kegiatan tersebut sebagai pengalaman yang kamu ingin lakukan. Lakukanlah dengan hal-hal yang membuat kamu senang, seperti dengan menonton film, mendengar playlist lagu favorit atau memesan makanan dari luar.
6. Jadikan Otomatisasi Sebagai Teman Kamu
Saat kamu sedang bertarung dengan kebiasaan pengeluaran yang tidak diinginkan, akan sangat membantu untuk mengurangi resiko dengan mengotomatisasi pembayaran tagihan penting.
Dengan Memastikan bahwa prioritas kamu terpenuhi setiap bulannya, akan mengurangi rasa cemas berlebihan untuk pengeluaran sehari-hari nantinya.
Reporter: Yoga Senjaya Putra
Advertisement