Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi tengah memetakan rencana Indonesia untuk melakukan ekspor mobil dalam bentuk utuh atau Completely Built Up (CBU) 1 juta unit.
"Kita lihat pertumbuhan ekspor akan membesar, karena pemerintah menginginkan yang namanya ekspor CBU mencapai 1 juta unit. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa ekspor 1 juta unit?," ungkapnya dalam sesi webinar bersama Liputan6.com, Jumat (20/11/2020).
Advertisement
Gaikindo disebutnya telah bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian untuk meminta izin kepada pemegang merek otomotif ternama seperti Hyundai dan Toyota untuk memperluas pasar ekspor.
"Jadi ekspor itu ditentukan oleh para pemegang merek. Misalnya Hyundai, ekspor dari Indonesia akan ditentukan oleh pimpinan brand Hyundai di Korea (Selatan). Toyota akan ditentukan oleh pimpinan brand Toyota di Jepang," terangnya.
"Jadi kami dengan Kementerian Perindustrian akan mendatangi para principle untuk meminta izin supaya Indonesia dijadikan basis untuk ekspor," dia menambahkan.
Lewat upaya ini, Yohannes pun menargetkan Indonesia bisa tembus pasar ekspor mobil Australia, yang setiap tahunnya mengkonsumsi 1,2 juta unit mobil impor. Namun, saat ini tak ada satu pun mobil produksi Indonesia di Negeri Kangguru.
"Padahal di Australia tidak ada pabrik mobil. Jadi 1,2 juta mereka impor CBU dari luar. Indonesia sebagai penghasil mobil terbesar ke-13 di dunia belum mengekspor satu pun mobil ke Australia," ucap dia.
Yohannes mencontohkan, mobil bermerek Toyota Fortuner di Australia sangat laku, tapi belum ada yang berasal dari Indonesia. Oleh karenanya, ia ingin terbang ke Jepang untuk mengajukan izin agar bisa mengekspor Fortuner dari Indonesia ke Australia.
"Kami dengan pak Menteri (Agus Gumiwang Kartasasmita) nanti mudah-mudahan bisa mendatangkan para principle dan meminta kuota ekspor mobil. Sehingga 1 juta kendaraan bisa kita ekspor dari Indonesia, yang secara langsung mendatangkan devisa yang cukup tinggi untuk negara kita," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Industri Otomotif Diprediksi Masih Lesu hingga 2021
Pengamat transportasi senior sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai kinerja industri otomotif masih stagnan hingga tahun depan. Menyusul kian turunnya daya beli masyarakat akibat dampak pandemi Covid-19.
"Sekarang penurunan daya beli masyarakat jauh sekali. Orang jadi berfikir dua kali buat beli produk otomotif seperti mobil kan. Jadi pada 2021 nanti masih stagnan untuk industri otomotif ini," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (11/11/2020).
Djoko mengatakan, hal ini tercermin dari lesuhnya penjualan mobil baru secara kuartalan maupun tahunan baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk ekspor. Bahkan, mobil bekas masih cukup banyak yang belum laku di tahun ini.
Terlebih, ujar Djoko, banyak kota di Indonesia yang mulai mengembangkan sistem transportasi umum modern dan terintegrasi. Alhasil mulai masyarakat mulai melirik penggunaan transportasi umum, khususnya kaum urban.
"Palembang sudah punya LRT kan, Jakarta dengan MRT, juga Bandung dan Surabaya dengan progres kereta cepat. Sehingga Ini pasti juga berdampak ke penjualan produk otomotif yang menurut," tegasnya.
Selain itu, berkembangnya tren bersepeda juga turut mempengaruhi turunnya pembelian kendaraan bermotor. Mengingat saat ini sepeda juga digunakan sebagai alternatif transportasi untuk menunjang berbagai aktivitas keseharian masyarakat.
"Jadi, ke depan saya fikir pemanfaatan sepeda ini akan lebih luas. Apalagi banyak kebijakan pemerintah juga yang ramah bagi Pesepeda," terangnya.
Maka dari itu, dia meyakini pemulihan sektor industri otomotif akan membutuhkan waktu sedikit lama, minimal 2 tahun. Terutama bagi kendaraan pribadi di era kebiasaan baru ini.
"Pulihnya industri otomotif ini akan bertahap. Tetapi, tergantung kondisi ekonomi negara juga ya," tutupnya.
Advertisement