Pengungsi Gunung Merapi di Boyolali yang Rentan Tertular Covid-19 Terus Bertambah

Hingga hari ini, Jumat (20/11/2020), warga yang mengungsi sejak Gunung Merapi erupsi menjadi 630 orang.

oleh Maria Flora diperbarui 20 Nov 2020, 20:04 WIB
Petugas dari komunitas Siaga Merapi memantau aktivitas gunung merapi dari Lapangan Stiper, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Kamis (19/11/2020). Status Gunung Merapi sudah dinaikkan pada 5 November 2020 lalu dari waspada level II menjadi siaga level III. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah pengungsi akibat erupsi Gunung Merapi dari tiga desa yang masuk di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Boyolali terus bertambah. Hingga hari ini, Jumat (20/11/2020), warga yang mengungsi menjadi 630 orang.

Ketua Satgas Covid-19 Boyolali, Masruri, mengatakan para pengungsi tersebut merupakan warga yang masuk kelompok rentan yang dievakuasi di Tempat Penampungan Pengungsian Sementara (TPPS) desa masing-masing sejak status Gunung Merapi dinaikan dari waspada ke siaga per 5 November lalu. 

"Jumlah warga masuk kelompok rentan yang dievakuasi di TPPS desa masing-masing sejak status Gunung Merapi dinaikan dari waspada ke siaga per 5 November hingga sekarang sudah mencapai 630 orang, sedangkan hari sebelumnya 586 orang," kata Masruri, seperti dilansir Antara, Jumat (20/11/2020). 

Masruri mengaku pihaknya melalui pemerintah desa, Tim Siaga Desa (TSD) dan relawan TNI/Polri terus melakukan sosialisasi agar warga yang masih kelompok rentan baik lansia, ibu hamil, balita, anak-anak, ibu menyusui, dan disabilitas baik dievakuasi ke tempat lebih aman atau TPPS desa masing-masing. 

"Data jumlah pengungsi terus bertambah dari tiga desa di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali yakni Tlogolele, Klakah dan Jrakah yang masuk daerah KRB III erupsi Merapi," ujar Masruri.

Jumlah warga Desa Tlogolele yang rentan dan dievakuasi di TPPS balai desa setempat, hingga Jumat ini, ada sebanyak 275 jiwa. Jumlah itu, terdiri dari lansia 29 jiwa, balita 63 jiwa, anak-anak 47 jiwa, ibu hamil 5 jiwa, ibu menyusui 63 jiwa, disabilitas 3 jiwa, dan dewasa 65 jiwa.

Jumlah pengungsi di Desa Klakah ada 119 jiwa yakni terdiri dari lansia 6 jiwa, balita 36 jiwa, anak-anak 30 jiwa, dewasa 46 jiwa, dan ibu hamil satu jiwa. Mereka menempati di TPPS Balai Desa Klakah.

Jumlah pengungsi di Desa Jrakah ada 121 jiwa asal Dukuh Sepi dan 125 jiwa asal Dukuh Kajor, sehingga totalnya 246 jiwa. Jumlah itu, terdiri dari lansia 71 jiwa, balita 58 jiwa, disabilitas 4 jiwa, anak-anak 30 jiwa, dewasa 66 jiwa, ibu hamil 3 jiwa, dan ibu menyusui 14 jiwa.

"Jumlah pengungsi akan terus bertambah sambil melihat perkembangan terkini status Gunung Merapi dari BPPTKG," kata Masruri.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Protokol Kesehatan Diterapkan di Pengungsian

Kendati demikian, pihaknya terus meminta warga dalam pengungsian terus menerapkan protokol kesehatan. Seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan menjauhi kerumunan untuk mencegah penularan COVID-19.

Menyinggung soal bantuan dari BNPB pusat, Masruri menjelaskan ada sebanyak 2.500 reagen pemeriksaan tes usap untuk pengungsi, 75.000 masker, 150 lampu garam, dan setiap kabupaten juta mendapatkan bantuan dari pusat Rp 1 miliar untuk operasional penanganan pengungsi atau bencana erupsi Merapi.

Dia mengatakan untuk 2.500 reagen, pihaknya mengutamakan untuk pemeriksaan tes cepat untuk semua sukarelawan dan petugas yang bertugas di lokasi pengungsian. Mereka datang dari luar daerah harus steril dari COVID-19 sebelum bertugas ke pengungsian.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya