PBB: Sekitar 200 Ribu Orang Mengungsi dari Ethiopia dalam 6-12 Bulan

Menurut PBB ada begitu banyak remaja laki-laki yang mengungsi karena mereka khawatir akan dipaksa berperang jika tetap tinggal di desa mereka.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Nov 2020, 09:00 WIB
Pengungsi Ethiopia berjalan di wilayah Qadarif, Sudan, Rabu (18/11/2020). Badan Pengungsi PBB mengatakan konflik yang berkembang di Ethiopia telah mengakibatkan ribuan orang melarikan diri dari wilayah Tigray ke Sudan. (AP Photo/Marwan Ali)

Liputan6.com, Jakarta - Sedikitnya ada 200 ribu orang pengungsi dalam kurun waktu enam hingga 12 bulan terakhir yang menyeberang dari Etiopia ke Sudan untuk melarikan diri dari konflik di Tigray. Hal ini disampaikan dalam laporan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (21/11/2020) PBB mengatakan bahwa 1.896 pengungsi telah menyebrangi perbatasan pada Rabu lalu (18/11).

PBB juga menambah bahwa jumlah orang yang mengungsi sejak konflik terjadi dua minggu lalu menjadi 33 ribu orang.

Di antara para pengungsi itu adalah Guesh Weldemhret, yang lari bersama istri dan kedua anak mereka yang masih kecil, akibat serangan di bagian barat komunitas Humera di Tigray.

"Orang-orang lari menyelamatkan diri," ujar buruh harian itu pada VOA melalui telepon, dari sebuah tempat penampungan di kota Hamdai, dekat Sudan.

Sebagian tetangganya tidak dapat menyelamatkan diri. Guesh menambahkan ia mengenali mayat sepasang pengantin baru dan seorang perempuan tua diantara puing-puing bangunan di Humera.

Menurut PBB ada begitu banyak remaja laki-laki yang mengungsi karena mereka khawatir akan dipaksa berperang jika tetap tinggal di desa mereka.

 

Saksikan Video Berikut Ini:


Pengungsi Kelaparan dan Lelah

Pengungsi Ethiopia beristirahat di wilayah Qadarif, Sudan, Rabu (18/11/2020). Badan Pengungsi PBB mengatakan konflik yang berkembang di Ethiopia telah mengakibatkan ribuan orang melarikan diri dari wilayah Tigray ke Sudan. (AP Photo/Marwan Ali)

Sebagian pengungsi mengatakan mereka terpaksa jalan selama berhari-hari, melewati semak-semak.

PBB mengatakan banyak di antara mereka yang kelaparan dan sangat kelelahan, sebagian bahkan membutuhkan perhatian medis.

Kondisi di Tigray menjadi tidak menentu setelah pemerintah Etiopia melancarkan ofensif militer dua minggu lalu. Pemerintah mengatakan serangan itu untuk menanggapi dugaan serangan oleh Front Pembebasan Rakyat Tigray terhadap sebuah pos keamanan pemerintah.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya