6 Hal Penting yang Ditekankan Jokowi dalam Forum APEC 2020

Selain upaya memulihkan perekonomian, sejumlah terobosan baru juga diungkap Jokowi dalam forum yang dihadiri para pemimpin APEC dari 21 negara tersebut. Salah satunya APEC Putrajaya Vision 2040.

oleh Maria Flora diperbarui 21 Nov 2020, 08:05 WIB
Presiden Jokowi hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (KTT APEC). Jokowi ikut secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (20/11/2020).

Liputan6.com, Jakarta Pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 menjadi salah satu isu penting yang dipaparkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam KTT APEC 2020 yang digelar secara virtual di Istana Bogor, Jumat 20 November kemarin. 

Selain upaya memulihkan perekonomian, sejumlah terobosan baru juga diungkap Jokowi dalam forum yang dihadiri para pemimpin APEC dari 21 negara tersebut. Salah satunya APEC Putrajaya Vision 2040. 

"APEC Putrajaya Vision 2040 merupakan lanjutan dari bogor goals yang tenggatnya selesai 2020 ini. Dan visi baru ini akan jadi landasan kerja sama APEC 20 tahun ke depan," ungkap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di situs pemutar video resmi milik Sekretariat Presiden.

Satu hal yang juga menjadi harapannya dari pertemuan APEC di masa pandemi Covid-19 kali ini. Yaitu adanya trend pertumbuhan positif setelah sebagian besar negara mengalami masa-masa sulit di tengah pandemi.

"Upaya kita harus dimulai dari sekarang. Perjalanan bisnis esensial harus didorong termasuk dengan optimalisasi APEC Business Travel Card yang dilengkapi protokol kesehatan. Kita harus perkuat rantai pasok di kawasan, konektivitas, dan digitalisasi ekonomi," tutur Jokowi.

Berikut sederet hal penting yang ditekankan Jokowi dalam Forum APEC 2020 dari Istana Bogor:

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bogor Goal Dinilai Masih Relevan

Presiden Jokowi dalam acara Leaders' Retreat Luncheon di APEC Nurimaru House, Busan, Korea Selatan. (Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden)

KTT APEC 2020 yang untuk kali pertama digelar secara virtual pada Jumat kemarin tersebut, menurut Jokowi dapat dijadikan momentum untuk para negara anggota membangun kembali komitmen kebersamaan ekonomi yang telah dirajut sejak 26 tahun lalu, yaitu Bogor Goals. 

"Saat ini saya berada di Bogor, tempat kelahiran 'Bogor Goals' 26 tahun yang lalu. Saya kembali membaca Bogor Goals dan menemukan berbagai terobosan besar yang masih sangat relevan," kata Jokowi saat berpidato dalam KTT APEC tahun 2020 melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat 20 November. 

Dia melanjutkan, Bogor Goals merupakan kerangka kerja sama APEC selama 26 tahun terakhir yang disepakati pada masa keketuaan Indonesia di APEC 1994 tersebut. Saat itu, Indonesia menekankan pentingnya memperkokoh sistem pasar terbuka. 

Serta, multilateralisme dengan mengakui adanya perbedaan kondisi antara ekonomi maju dan berkembang. Kemudian, tebalnya spirit saling membantu, bekerja sama, untuk mencapai tatanan ekonomi yang menguntungkan semua. Hal tersebut, kata Jokowi, masih sangat relevan dengan kebutuhan negara-negara dewasa ini.


Mempertebal Strategic Trust

Jokowi hadiri KTT APEC 2020 secara virtual. Sebagai bagian dari bangsa Asia-Pasifik, Jokowi menyampaikan Indonesia membawa semangat ekonomi kebersamaan demi menangkal pandemi.

Visi APEC pasca-2020 yang diharapkan akan disepakati oleh para pemimpin APEC pada pertemuan tahun ini akan menjadi momentum untuk mempertebal strategic trust guna mewujudkan kerja sama saling menguntungkan.

Kemudian, Jokowi melanjutkan, ekonomi anggota APEC harus dapat mereaktivasi pertumbuhan perekonomian APEC. Harapannya, pada tahun 2021 mendatang akan terjadi pertumbuhan positif setelah sebagian besar negara mengalami pertumbuhan negatif di masa pandemi.

"Upaya kita harus dimulai dari sekarang. Perjalanan bisnis esensial harus didorong termasuk dengan optimalisasi APEC Business Travel Card yang dilengkapi protokol kesehatan. Kita harus perkuat rantai pasok di kawasan, konektivitas, dan digitalisasi ekonomi," tuturnya.


Mendorong Perdagangan Multilateral

Presiden Jokowi saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Australia secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat, Sabtu (14/11/2020). (Foto Biro Pers Sekretariat Presiden)

APEC menurut Jokowi juga harus terus mendorong perdagangan multilateral yang terbuka dan adil. Langkah ini melanjutkan semangat Bogor Goals 1994, reformasi struktural harus dilakukan masing-masing negara untuk dapat mendorong perdagangan multilateral.

"Saat ini tidak ada pilihan lain bagi ekonomi anggota APEC untuk tetap bekerja sama sebagaimana yang telah berhasil disepakati di Kota Bogor pada 26 tahun silam," tutup Jokowi.


Perkokoh Sistem Pasar Terbuka

Presiden Jokowi mengingatkan para kepala daerah fokus mengendalikan COVID-19 dan mengampanyekan penerapan protokol kesehatan saat ratas di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/9/2020). (Kementerian Sekretariat Negara)

Dalam forum itu Presiden Jokowi juga berbicara terkait terobosan APEC pada tahun 1994. Menurutnya, terobosan APEC 26 tahun lalu soal sistem pasar terbuka dan multilateralisme masih sangat relevan hingga saat ini.

"Presiden Republik Indonesia antara lain menyampaikan bahwa sebuah terobosan besar telah dilakukan APEC di tahun 1994, terobosan ini dinilai presiden masih sangat relevan sampai saat ini antara lain mengenai pentingnya memperkokoh sistem pasar terbuka dan multilateralisme," kata Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi di akun resmi sekretariat presiden secara virtual, Jumat, 20 November 2020.

"Dan tebalnya spirit saling membantu, bekerja sama untuk mencapai tatanan ekonomi yang menguntungkan semua," sambungnya.

Dia menambahkan, Jokowi juga menyampaikan aspek membangun kembali komitmen sekuat yang dilakukan pada tahun 1994 di Bogor dalam merajut visi APEC pasca 2020. Kepala negara secara jujur mengatakan bahwa fondasi kebersamaan yang telah dibangun di masa lalu cenderung melemah.

"2 tahun lalu KTT APEC tidak dapat mencapai kesepakatan oleh karena itu presiden menyambut baik bahwa di KTT kali ini kita dapat menyepakati hasil pertemuan," ungkapnya.


Mendorong Pembangunan SDM

Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat membuka MTQ Nasional ke-28. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Selain itu, Retno menambahkan, dalam visi APEC 2020 Indonesia berhasil memasukkan sejumlah isu-isu. Antara lain, mendorong pembangunan sumber daya manusia berkualitas, mendorong pembangunan konektivitas dan mendorong pemberdayaan UMKM dan perempuan dalam ekonomi digital.

"(kemudian) mengarus utamakan kepentingan Indonesia di bidang investasi, akses perdagangan dan pengembangan kapasitas sebagaimana yang tercantum dalam Bogor Goals tahun 1994," pungkasnya. 


Pemulihan Ekonomi Pasca COVID-19

Presiden Jokowi mengingatkan jajarannya mewaspadai peningkatan kasus penularan COVID-19 di banyak negara Eropa, seperti Spanyol, Prancis, dan Jerman saat memimpin ratas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (24/8/2020). (Kementerian Sekretariat Negara)

Pertemuan yang berlangsung secara virtual ini dihadiri oleh para pemimpin APEC dan hadir pula Kristalina Georgieva, IMF Managing Director.

Dalam keterangan persnya, Menteri Luar Negeri RI menyampaikan dalam pertemuan itu dibahas dua agenda pembahasan utama.

"Yang pertama kerja sama penanganan COVID-19 dan upaya pemulihan ekonomi di kawasan dan pembahasan visi APEC pasca 2020 yang kemudian dinamakan APEC Putrajaya Vision 2040," ujar Menlu Retno.

"Bagi Indonesia, APEC di tahun ini merupakan pertemuan yang sangat penting. Mengingat pertemuan APEC dilakukan di tengah situasi pandemi dan menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia."

Menlu Retno juga menyatakan bahwa saat ini dunia juga menyaksikan rivalitas yang kian menajam antara negara-negara besar.

"Di tahun 2020, APEC tidak dapat menghasilkan outcome document. Dan tahun 2020 ini merupakan tenggat dari Bogor Goals. Dan pada APEC tahun ini, disepakati APEC Putrajaya Vision 2040 yang melanjutkan visi Bogor Goals tahun 1994," ujarnya.

Menlu Retno menyebutkan bahwa dalam pertemuan itu Presiden Joko Widodo menyampaikan sebuah terobosan besar telah dilakukan APEC di tahun 1994.

"Terobosan ini dinilai oleh presiden masih sangat relevan sampai saat ini. Antara lain mengenai pentingnya memperkokoh sistem pasar terbuka dan multilateralisme dan tebalnya spirit saling membantu," jelas Retno Marsudi.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya