Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Akibat penumpukan tanaman gulma yang hanyut terbawa arus, Sungai Mahakam di Kawasan Desa Jantur, Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara lebih mirip seperti padang rumput. Warna kuning yang menjadi ciri khas, kini berubah menjadi hijau.
Menurut Koordinator Lapangan Seksi Trantib Kecamatan Muara Muntai, Rubiah, penumpukan tersebut sampai menutup akses sungai seluruhnya.
“Tanaman gulma atau biasa kami sebut napung, itu hanyut dan menumpuk perlahan. Penumpukan semakin banyak hingga menutup akses sungai,” kata Rubiah saat dihubungi lewa telepon, Sabtu (21/11/2020).
Baca Juga
Advertisement
Meski demikian, Rubiah menyebut tumpukan gulma yang kemudian mengubah Sungai Mahakam menjadi mirip padang rumput itu memiliki dampak positif dan negatif. Meski menutup akses sungai, keberadaan tanaman yang hidup di kawasan rawa itu mendatangkan ikan yang banyak.
“Dampaknya itu sarana transportasi menuju ibu kota Kecamatan Muara Muntai jadi terhambat,” katanya.
Meski demikian, kehadiran gulma juga memberi dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. Sebab, ikan air tawar akan berkumpul di bawah gulma.
“Tapi kebanyakan dampaknya negatif, karena apa, karena sarana transportasi di sini jadi lebih sulit,” kata Rubiah.
Rubiah menjelaskan, tanaman gulma datang dari Danau Jempang secara bertahap yang kemudian menumpukdi satu titik. Tanaman ini tumbuh saat air danau surut.
“Gulma itu menumpuk dulu di Danau Jempang, begitu air pasang tanaman itu langsung dibawa arus sungai,” papar Rubiah.
Simak juga video pilihan berikut
Menutup Akses Tiga Desa
Penumpukan Gulma terjadi di persimpangan Sungai Mahakam yang menjadi akses tiga desa yakni Desa Jantur, Desa Jantur Baru, dan Desa Jantur Selatan. Akibatnya, akses tiga desa tersebut tertutup.
“Ada jalur lain dengan memutar ke Danau Jempang, namun aksesnya semakin jauh dan terkendala waktu,” kata Rubiah.
Kepala Desa Jantur Baru, Danhar, sudah mengerahkan warga desa untuk membersihkan aliran sungai. Bersama petugas dari BPBD Kutai Kartanegara, mereka menggunakan alat manual untuk membersihkan aliran sungai.
“Sudah hampir sebulan ini kami tiga desa menangani ini dengan cara manual, memakai alat seadanya,” kata Danhar.
Karena manual, pengerjaannya dengan cara memotong tanaman gulma kemudian menariknya ke daerah lain. Kegiatan itu dilakukan secara bertahap, namun memerlukan waktu yang sangat lama.
“Sudah dua hari ini dari BPBD Kukar dengan anggotanya ikut membantu penanganan gulma ini,” tambahnya.
Danhar berharap ada bantuan lebih banyak pihak agar akses sungai masyarakat desa bisa Kembali lancar. Selain itu, penanganan di hulu sungai, terutama di Danau Jempang, bisa segera dilakukan agar tak ada lagi penumpukan gulma.
Advertisement